Penulisan Tafsir mengalami beberapa fase
diantaranya:
·
Fase pertama
Fase ini dimulai dengan berpedoman kepada
riwayat dan penulisan sahabat yang meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu
alaihi wasallam.
·
Fase kedua
Fase
ini tafsir dimasukkan dalam bahasan kitab-kitab hadits dan dikumpulkan
bersamanya, seperti kitab hadits Bukhari dan Muslim yang mencantumkan bagian
tafsir Al Qur’an dalam hadits mereka, begitu pula kumpulan hadits-hadits dalam kutub
as sunan.
·
Fase ketiga
Fase
ini penulisan tafsir sudah tersusun rapi sesuai dengan urutan surat-surat
didalam Al Qur’an seperti Surat Al Fatihah, Surat Al Baqarah, dan seterusnya
hingga surat An Nas. Diantara para ulama yang menuliskannya adalah:
§
Ibnu Majah (273 H)
§
Ibnu Jarir At Thabari (310 H)
§
Abu Bakar Bin Mundzir An Naisaburi (
318 H)
§
Ibnu Abi Hatim ( 327 H)
§
Abi Hayyan ( 369 )
§
Al Hakim ( 405 H)
§
Abu Bakar bin Mardawaih ( 410 H)
Mereka meriwayatkan dengan sanad dari
Rasulullah, sahabat, tabi’in hingga tabiut tabi’in. ( Adz Dzahabi, At Tafsir
wal Mufassirun, 1/141)
·
Fase keempat
Pada fase ini
mulai tercampur penafsiran sesuai sanad dan penafsiran sesuai keilmuan para
mufassirnya, sehingga dijumpai penafsiran dengan pendapat dan pemikiran
mufassir ( tafsir bi ar ra’yi ). Corak tafsir mengikuti pemikiran
filsafat oleh Fakhrudin Ar Razi dalam tafsirnya Mafatihul Ghaib, Ibnu
Hayyan dalam tafsirnya al Bahrul Muhith. Corak fikih dan perbandingan
madzhab seperti tafsir al Jami’ li Ahkamil Qur’an oleh Imam Al
Qurthubi, juga corak tafsir yang memuat
kisah-kisah seperti dalam tafsir Al Kasyf wal Bayan ‘an tafsir al Qur’an
oleh Ats Tsa’labi.
Tafsir
Maudhu’i
Merupakan salah satu corak tafsir Al Qur’an
yang membahas tema-tema atau bagian tertentu dari isi Al Qur’an, pertama kali
di gagas oleh seorang ulama bernama Qatadah bin Da’amah Ad Dusi ( 118 H).
kemudian diteruskan dengan penulisan bahasan Nasikh dan Mansukh didalam Al
Qur’an oleh Abu Ubaidah Ma’mar bin Al Matsna ( 210H), begitupula Abu Daud As
Sijistani menuliskan tema yang sama ( 275H). kemudian diteruskan oleh Abu Ali
Bin Al Madani ( 234H) ia juga guru Imam Al Bukhari mengarang kitab Asbabun Nuzul, dialah yang
pertama kali menuliskan Asbabun Nuzul ( Tafsir At Thabari, 310 )
Kitab-Kitab
Terkenal Dibidang Tafsir Bil Ma’tsur
Tafsir bil matsur
berpedoman kepada riwayat yang berasal dari nabi Shalallahu Alaihi wasallam,
1.
Jamiul Bayan ‘an Ta’wil Ay Al Qur’an karya Ibnu
Jarir At Thabari ( 310 H ).
Beliau lahir di Tibristan 224H dan wafat di Bagdad tahun 310H. ia
seorang fakih, muhadits, dan al Hafidz, mengetahui makna Al Quran dan hadits,
begitu produktifnya, ia menyediakan
waktu selama 40 tahun untuk menulis. Diantara karya beliau adalah”
§
Tarikh al Umam wal Muluk dibidang
sejarah
§
Kitab Ikhtilaf Fukaha
§
Kitab Tabshirah Fi Ahwal ad Din
§
Kitab Tafsir Jamiul Bayan An Ta’wil
Ay Al Qur’an
Metode Al Hafidz At Thabari Dalam Tafsirnya
-
Kitab tafsir beliau adalah yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu tafsir, karena berdasarkan riwayat dari nabi,
sahabat, tabi’in dan tabiut tab’in. tafsir yang ada sebelum masa Ibnu Jarir at
Thabari menyebutkan periwayatan secara umum dan terpisah-pisah, hingga
disempurnakan oleh At Thabari antar pendapat dan menyebutkan sisi kedudukan
bahasa dan syair-syair Arab dan makna lafadznya.
-
At Thabari meringkas pendapat yang
terdapat dalam ayat kemudian menyebutkan riwayat-riwayat bersumber dari Rasulullah,
sahabat, atau tabiin, kemudian diurutkan berdasarkan pendapat pertama, kedua,
ketiga dan seterusnya. Beliau juga mengutip pendapat yang berseberangan lalu
memberikan bantahannya. Semula At Thabari ingin tafsirnya membahas lebih luas
hingga Ibnu Subki menyebut dalam tabaqatnya bahwa jumlah lembaran tafsir At
Thabari semula 30.000 kertas, kemudian diringkas kembali menjadi 3.000 lembar
kertas.
-
Meski menyebut riwayat namun
mayoritas beliau tidak memilah manakah riwayat yang sahih atau dhaif, karena
beliau melihat seperti yang tertera dalam sumber usul al hadits, meski terkadang beliau juga memberikan
bantahan dalam beberapa periwayatan, juga terkadang menukil kisah-kisah
israiliyat.
2.
Al Kasf Wal Bayan ‘An Tafsir al
Qur’an karya Ats Tsa’labi ( 427 H)
Beliau adalah Abu Ishaq Ahmad bin Ibarahim ats Tsa’labi An
Naisaburi, seorang ulama Qira’at dan tafsir.
Metode penafsiran Ats Tsa’labi adalah:
-
Menyebutkan riwayat dari salaf
dengan seperlunya diawal tafsir kemudian beliau lebih mendalam pada persoalan
bahasa ( nahwu ) dengan cabang-cabang bahasa dan syair-syair penegas pendapat.
Kemudian menyentuh persoalan fikih, perbedaan didalamnya dan dalil-dalil
terkait.
-
Beliau banyak menyebut kisah-kisah
dalam tafsirnya, bahkan kisah para nabi ( qasasul anbiya ). Misalnya kisah Ashabul Kahfi serta Ya’juj dan
Ma’juj.
-
Mengutip sebagian kisah-kisah
Israiliyat dan hadits –hadits yang belum di takhrij kesahihannya. Ibnu Taimiyah
berkata,” Ats Tsa’labi ulama yang baik dalam agama, ia menyampaikan ceramah
siang dan malam, namun ia menukil hadits sahih, dhaif dan maudhu’ dalam
tafsirnya”. ( Ibnu Taimiyah, Usul at Tafsir)
3.
Tafsir Ma’alim Tanzil, Karya
Al Baghawi ( 436-516 H)
Beliau adalah Abu Muhammad al Husain bin Mas’ud bin Muhammad Al
Farra. Seorang ulama fikih Syafiiyah, ahli hadits terkenal dengan sebutan Muhyi
Sunnah ( penghidup Sunnah ) atau Ruknu ad Din ( Penopang Agama ).
Beberapa kitab karangan beliau adalah:
Syarhu
as Sunnah, Mashabih as Sunnah,At Tahdzib fi al Fikh,Al Jam’u Baina As Shahihain
Tafsir
Maalim At Tanzil. ( lihat Tabaqat Al Mufassirin, 1/157)
Metode beliau dalam tafsirnya:
-
Merupakan ringkasan dari tafsir Ats
Tsa’labi namun beliu menjaga dari hadits
lemah dan kisah-kisah Israiliyat.
-
Menafsirkan ayat secara ringkas,
lalu menukil riwayat dari salaf diawal tanpa menyebutkan sanadnya. Seperti
berkata Ibnu Abbas…, berkata Mujahid… dll)
-
Menyebutkan sanad pada pertengahan
tafsirnya namun jika berbeda jalur periwayatan.
-
Menyebut riwayat dari salaf namun
tidak merajihkan.
-
Menyebutkan sisi Balaghah dan Nahwu.
-
Menyebutkan sisi Israiliyat dan sisi
perawi yang lemah.
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah pernah ditanya tentang kitab tafsir apa yang paling dekat
dengan sunnah, apakah tafsir Zamakhsari, Al Qurthubi atau Al Baghawi atau yang
lainnya? Beliau menjawab,” dari tiga tafsir tersebut yang paling selamat dari
bid’ah dan hadits dhaif adalah tafsir al Baghawi.” ( Majmu’ Fatawa,13/386)
4.
Tafsir Al Qur’an Al Adzim,
karya Ibnu Katsir ( 701-774 H)
Beliau lahir di Syam tahun 701 H, nama lengkapnya adalah Imaduddin
Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir, seorang ahli fikih sekaligus tafsir
bermadzhab Syafi’i. sebagian dari karya beliau adalah: Kitab Al Bidayah wa
Nihayah dibidang tarikh, Syarah Sahih Bukhari dibidang Hadits, Tabaqat
Syafiiyah dll. Tafsir Ibnu Katsir dikenal sebagai rujukan kedua setelah
Tafsir At Thabari karena banyak menukil riwayat dari salaf.
Metode Ibnu Katsir dalam tafsirnya:
-
Menafsirkan ayat dengan metode mudah
dan jelas, menyebutkan qiraat.
-
Menafsirkan ayat per ayat
dilanjutkan dengan penafsiran ayat berikutnya yang sesuai.
-
Ibnu Katsir terkenal dengan
penafsiran Al Qur’an dengan Al Qur’an
-
Menyebutkan hadits yang terkait
dengan ayat yang ditasfirkan.
-
Banyak mengutip pendapat para ulama
sebelumnya seperti At Thabari, Ibnu Abi Hatim, Abdurazaq, Ibnu ‘Atiyah, Fakhru
Razi dan lainnya.
Imam
As Suyuti berkata,” Belum ada yang menulis kitab sepadan dengan Tafsir Ibnu
Katsir.” ( Mu’jam Al Buldan, 626)
5.
Tafsir Ad Dur al Mantsur Fi
Tafsir Bil Ma’tsur, karya As Suyuthi
( 849-911 H)
Beliau
adalah al hafidz Jalaluddin Abu al Fadhl
Abdurrahman bin Abu Bakr bin Muhammad
As Suyuthi, bermadzhab Syafi’i
, beliau hafal al quran pada usia 8 tahun, dan
banyak hafal matan -matan hadits
serta memiliki banyak karya tulis. Diantaranya: Kitab Al Jami’ As Saghir, Ham’ul
Hawami’, Husnul Muhadharah Fi Akhbar Misr wal Qahirah, al Itqan ( At Tafsir
Wal Mufassirun,1/253)
Metode
penafsiranya:
-
Banyak menukil dari Bukhari, Muslim,
An Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, Ahmad, Ibnu Jarir, Abi Hatim, Abdurrahman bin
Humaid dan Ibnu Abi Dunya
-
Menukil riwayat dari salaf namun
tidak memilah sahih dan dhaifnya kecuali sedikit saja.
-
Tafsir ini merupakan tafsir bil matsur yang pendek.
Berikut ini adalah kitab-kitab tafsir terkenal
lainnya, namun para ulama menggolongkannya dalam tafsir bi ra’yi
1.
Tafsir Mafatihul Ghaib, karya
Ar Razi ( 544-606 H)
2.
Tafsir Al Jami’ Liahkamil Qur’an,
Karya Al Quthubi ( 671 H)
3.
Tafsir Fathul Qadir karya As
Syaukani ( 1250 H)
4.
Tafsir Ruhul Ma’ani karya Al
Alusi ( 1270 H) dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar