Rabu, 01 November 2017

Tafsir Surat An Nashr ayat 3 (selesai)




PERINTAH BERTASBIH, MEMUJI DAN BERISTIGHFAR KEPADA ALLAH
                                               
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat”. (QS. An Nashr:3)

1.      Tinjauan Bahasa

فَسَبِّحْ
Maka bertasbihlah

بِحَمْدِ رَبِّكَ
Dengan memuji Rabbmu

وَاسْتَغْفِرْهُ
Mohonlah ampun kepada Allah

2.      Pendapat Ibnu Umar Isyarat tentang akhir hayat Nabi Muhammad.

Seperti telah disebutkan dalam bahasan yang lalu, Ibnu Abbas mengekspresikan bahwa turunnya merupakan pertanda dekatnya ajal Rasulullah Shalalahu alaihi wasallam, karena Islam sudah tersebar ke segenap penjuru dan manusia semakin banyak yang masuk Islam, risalah sudah sempurna diturunkan, dan tugas Rasulullah sudah sebagai penyampai risalah pun demikian juga. Disamping itu Imam Al Qurthubi menyebutkan pendapat Ibnu Umar dalam tafsirnya:
(وَقَالَ ابْنُ عُمَرَ: نَزَلَتْ هَذِهِ السُّورَةُ بِمِنًى فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ، ثُمَّ نَزَلَتْ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي . فَعَاشَ بَعْدَهُمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَمَانِينَ يَوْمًا. ثُمَّ نَزَلَتْ آيَةُ الْكَلَالَةِ ، فَعَاشَ بَعْدَهَا خَمْسِينَ يَوْمًا. ثُمَّ نَزَلَ لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ , فَعَاشَ بَعْدَهَا خَمْسَةً وَثَلَاثِينَ يَوْمًا. ثُمَّ نَزَلَ وَاتَّقُوا يَوْماً تُرْجَعُونَ فِيهِ  إِلَى اللَّهِ ,فَعَاشَ بَعْدَهَا أَحَدًا وَعِشْرِينَ يَوْمًا. وَقَالَ مُقَاتِلٌ سَبْعَةَ أَيَّامٍ
Ibnu Umar berkata,”Surat ini turun di Mina pada saat Haji Wada’, kemudian turun setelahnya surat “Al Yauma Akmaltu Lakum Dinakum (Surat Al Maidah:3) maka Nabi Shalallahu Alaihi wasallam hidup setelahnya 80 hari. Lalu turun ayat Kalalah (Surat An Nisa:176/ tentang warisan), maka Nabi hidup setelahnya 50 hari, lalu turun ayat “Laqad Ja akum Rasulun Min Anfusikum (Surat At Taubah:128), maka nabi hidup setelahnya 35 hari, lalu turun ayat,” Wattaqu Yauman Turja’una Fih Ilallah (Surat Al Baqarah:281) maka Nabi hidup setelahnya 25 hari dan pendapat Muqatil 7 hari. (Al Qurthubi (671H), Al Jami’ Li Ahkam Al Qur’an, 20/233)

Beliau juga menyebutkan hadits dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi Shalallahu alaihi wasallam lebih bersungguh-sungguh sejak turun surat ini, hingga bengkak kedua kaki dalam ibadah, lemah fisik, sedikit senyum, dan banyak menangis.             ( Tafsir Al Qurthubi, 20/232)

3.      Perintah bertasbih, memuji Allah dan Beristighfar
Secara umum ayat ini memerintahkan untuk bertasbih (mensucikan Allah, ucapan Subhanallah) memuji Allah (ucapan Alhamdulillah) dan istighfar (ucapan memohon ampun kepada Allah.

فاشكر ربك، وسبّح بحمده، ونزّهْه عن كل شريك - لما حقّق لك وللمؤمنين من النصر العظيم - واطلُب المغفرةَ لك ولأمتك من الله تعالى، فإنه يَقْبَلُ التوبةَ، وبابُه مفتوحٌ دائما للتوابين

“Bersyukurlah kepada Allah, sucikan Dia dengan bertasbih dan memuji-Nya, sucikan dari segala macam sekutu, atas pencapaian kaum muslimin berupa kemenangan besar, mintalah ampun kepadamu dan untuk umatmu, ampunan dari Allah, karena Allah Maha menerima taubat, pintu taubat selalu terbuka untuk orang-orang yang bertaubat. (Ibrahim Al Qatan, Taisir At Tafsir, 3/456)

Menurut Ibnu Asyur, penyebutan antara tasbih dan istighfar secara berurutan dalam ayat ini merupakan kekhususan, karena kemenangan dan Fathu Mekkah merupakan isyarat dekatnya ajal Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, dekatnya ajal tersebut seperti beriring dekatnya tasbih dan istighfar (Tafsir Ibnu Asyur,30/594).

4.      Mengapa Nabi diperintahkan beristighfar, bukankah beliau sudah diampuni segala dosanya?

Imam Al Qurthubi menyebutkan beberapa analisanya:
a.       Karena nabi membaca doa memohon ampunan, karena beliau merasa membatasi diri dalam menunaikan apa yang semestinya dikerjakan merupakan dosa, apalagi jika dikaitkan dengan agungnya nikmat Allah.

رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي، وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي كُلِّهِ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطَئِي وَعَمْدِي، وَجَهْلِي وَهَزْلِي، وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وأنت المؤخر، إنك على شي قَدِير
Ya Allah, ampunilah kesalahanku, tindak kebodohanku, sikap berlebihan dalam seluruh urusanku, dan yang Engkau lebih mengetahuinya. Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kesengajaanku dan kebodohanku, gurauanku, semua itu ada pada diriku. Ya Allah, ampunilah apa yang sudah aku kerjakan dan apa yang belum, apa yang aku sembunyikan dan yang aku tampakkan. Engkaulah Dzat Yang mendahulukan dan Engkau Dzat yang mengundurkan dan Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
b.      Istighfar merupakan wujud selalu bergatung seorang hamba kepada Allah, merendahkan diri dihadapan-Nya, atas terbatasnya melaksanakan perintah dan hak-hak Allah, agar tidak terputus amal-amalmu.
c.       Istighfar disini merupakan ibadah yang wajib dilakukan, bukan istighfar memohon ampunan seperti yang lain.
d.      Istighfar ini maksudnya pelajaran untuk umatnya agar tidak meninggalkan untuk memohon ampunan selalu kepada Allah.( Tafsir Al Qurthubi, 20/233)
                         
5.      Nabi Membaca Doa ini Saat rukuk

Imam Muslim menyebutkan dalam kitab Sahihnya:
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ، وَإِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، قَالَ زُهَيْرٌ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ أَبِي الضُّحَى، عَنْ مَسْرُوقٍ، عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ: سُبْحَانَكَ اللهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي " يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Ishaq bin Ibrahim, berkata Zuhair, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Manshur dari Abi Dhuha dari Masruq dari Aisyah ia berkata,” Ketika rukuk, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam memperbanyak membaca bacaan
سُبْحَانَكَ اللهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ، اللهُمَّ اغْفِرْ لِي
Subhanaka Allahumma Wabihamdika Allahumaghfirli, Maha Suci Engkau, Ya Allah Rabb yang Maha Terpuji, Ya Allah Ampunilah aku”, seperti diperintahkan dalam Al Qur’an (HR. Muslim Bab Ma Yuqalu inda Ruku’ wa sujud, No. 484).


6.      Hikmah Surat
·         Allah memberikan nikmat yang agung berupa Fathu Makkah dan kota-kota setelahnya dalam naungan risalah Islam.
·         Fathu Makkah merupakan puncak sejarah bukti kebenaran tauhid yang diterima oleh fitrah manusia, karena manusia lahir dalam keadaan fitrah, sehingga mereka masuk kedalam agama Islam secara berbondong-bondong
·         Fathu Makkah merupakan rangkaian perjalanan perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam, yang sebelumnya sudah didahului oleh beragam peristiwa peperangan, kemenangan dan kekalahan, yang tujuannya menyiapkan mental kaum muslimin untuk menyambut kemenangan besar.
·         Perintah untuk mensucikan Allah, memuji-Nya dan memohon ampunan atas dosa dan kekurangan dalam menunaikan hak-hak Allah, senantiasa berzikir dan bersyukur atas segala nikmat-Nya.

والله أعلم

Tafsir Surat An Nashr Ayat 2










Saat Manusia Masuk Islam dengan Berbondong-Bondong

..dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong (QS. An Nashr [110]:2)

a.      Tinjauan Bahasa

يَدْخُلُونَ
Mereka masuk

فِي دِينِ اللَّهِ
Agama Allah  (Islam)
أَفْوَاجًا
Berkelompok-berkelompok

b.      Kandungan Ayat

Ayat ini menggambarkan karunia besar, nikmat Allah nan agung, yang dianugerahkan kepada Rasulullah dan kaum muslimin, berupa kemenangan-kemenangan dalam dakwah dan kemenangan besar dalam Fathu Makkah. Namun kemenangan yang besar ini tidaklah tidaklah diraih dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Rasulullah dan para sahabat telah mengalami ujian-ujian berat, saat di Mekkah, hijrah ke negeri Habasyah, hingga hijrah ke Madinah, hal itu terjadi setelah 20 tahun proses perjuangan dan jihad yang dilakukan oleh Rasulullah.  Sebuah kenikmatan akan terasa indah, saat meraihnya dengan berjuta pengorbanan, disitulah kedekatan dan kesyukuran terpanjatkan kehadirat Allah subhanahu wata’ala. Saat manusia dengan berkelompok-kelompok, bersuku-suku masuk kedalam agama ini, tanpa paksaan, semua tunduk kepada Allah Aza wa Jalla (Yusuf Al Qardhawi, Tafsir Juz Amma, 547)

c.       Pendapat Para Mufassirin

1.       Syekh Mutawalli Asy Sya’rawi

“Dahulu Allah menunjukkan pertolongan-Nya saat membinasakan Abrahah dan tentara bergajah yang menyerang ka’bah, Allah selamatkan Baitullah dan orang-orang yang taat kepada-Nya. Kemudian Allah menunjukkan pertolongannya lagi saat Fathu Makkah, berupa kemenangan besar tanpa pertumpahan darah, dan manusia memeluk agama Islam dengan berbondong-bondong. Ini bukti bahwa dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah adalah dakwah yang haq. Karena pertolongan Allah hanya akan turun kepada orang-orang yang mengusung kebenaran. (Syekh Mutawalli Asy Sya’rawi, 637H).

2.       Ibnu Katsir
Beliau menyebutkan tentang Rasulullah menyebutkan keutamaan penduduk Yaman saat peristiwa Fathu Makkah ini,

جَاءَ الفتحُ وَنَصْرُ اللَّهِ، وَجَاءَ أَهْلُ اليَمن". فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا أَهْلُ الْيَمَنِ؟ قَالَ: "قَوْمٌ رَقِيقَةٌ قُلُوبُهُمْ، لَيِّنَةٌ قلوبهم، الإيمان يمان، والفقه يَمان
Telah datang kemenangan dan pertolongan Allah, dan juga telah datang penduduk Yaman, lalu seseorang berkata,”Wahai Rasulullah, Apa keutamaan penduduk Yaman?”, Nabi menjawab,” Mereka kaum yang halus budi, lembut hati, iman adalah Yaman, dan Fikih adalah Yaman. (At Thabrani, Al Mu’jam Al Kabir, 11/328)

3.       Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
Beliau menyebutkan:
أي جماعات بعد أن كانوا يدخلون فيه أفرادا 
“Mereka masuk Islam secara berjamaah setelah mereka masuk sendiri sendiri. (Syekh Shalih Utsaimin, Tafsir Juz Amma, 340)

Tabiat orang yang takut terhadap sesuatu, mereka akan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi. Saat Fathu Makkah orang masuk Islam dengan terang-terangan, tanpa tanpa takut, pada tahun itupula banyak utusan-utusan dari beragam wilayah menyatakan keislamannya.

4.       Imam Al Quthubi
Beliau menyebutkan:
أَرَادَ بِالنَّاسِ أَهْلَ الْيَمَنِ. وَذَلِكَ أَنَّهُ وَرَدَ مِنَ الْيَمَنِ سَبْعُمِائَةِ إِنْسَانٍ مُؤْمِنِينَ طَائِعِينَ، بَعْضُهُمْ يُؤَذِّنُونَ، وَبَعْضُهُمْ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ، وَبَعْضُهُمْ يُهَلِّلُونَ، فَسُرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لك، وَبَكَى عُمَرُ وَابْنُ عَبَّاسٍ
“Maksud kata (الناس ) adalah penduduk Yaman. Karena tersebut jumlah mereka saat itu 700 orang mukmin yang masuk Islam, sebagian mereka mengumandangkan azan, sebagian lagi membaca Al Qur’an dan sebagian lagi bertahlil (mengucap lafaz La Ilaha Illallah) Nabi pun gembira, Umar dan Ibnu Abbas lalu menangis. (Tafsir Ibnu Katsir, 20/320)
5.       Abu Manshur Al Maturidi (333H)

Tangisan itu merupakan petunjuk bahwa kemenangan dan sempurnanya syariat adalah tanda semakin dekatnya ajal Rasulullah shalallahu alaihi wasallam.
لما كفى مؤنة القيام بالتبليغ بنفسه بدخول الناس في الدِّين جماعة جماعة، وكان قبل ذلك يقوم بنفسه، عرف بذلك حضور أجله
Saat cukup perangkat dalam menyampaikan dakwah, manusia masuk kedalam agama Islam secara berjamaah-berjamaah, sebelumnya Nabi telah mendirikan dakwah dalam dirinya, diketahui dari hal tersebut kan tiba ajalnya.( Tafsir Al Maturidi, 10/635)


d.      Panjangnya Perjalanan Dakwah
Dr. Raghib  As Sirjani dalam kitab sirah Nabawiyahnya menyebutkan, masa persiapan menuju kemenangan dakwah lebih panjang dibanding dengan masa kokohnya dakwah Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, ini mengajarkan sabar dalam menempuh jalan dakwah. Sejarah mencatat Rasulullah masuk kedalam tahap penaklukan kota Mekkah setelah dakwah berjalan kurang lebih 21 tahun lamanya, sedangkan total usia perjalanan dakwah nabi Muhammad adalah 23 tahun. Artinya 90 persen masa persiapan, lebih panjang dari pada masa penaklukan yang hanya sekitar 10 persen. Buktinya, setelah Rasulullah wafat dan digantikan oleh Abu Bakar Ash Shidiq  muncul gerakan murtad dan pembangkangan terhadap syariat zakat  secara nyata. Sebabnya karena banyak orang yang masuk Islam terpesona dengan jumlah yang banyak, namun bukan karena memahami dengan benar prinsip-prinsip Islam, apalagi karena ada faktor duniawi yang melatar belakanginya. Maka jumlah yang mayoritas secara lahiriyah, tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat pemahaman terhadap agama ini. (Dr. Raghib As Sirjani, Sirah Nabawiyah, 10/37)

e.      Hikmah Ayat

1.       Rasulullah mengatur strategi dakwah sedemikian rupa sehingga masa persiapan menuju kemenangan pada Fathu Makkah sudah didahului oleh medan hijrah dan jihad qitali berulang kali, membuat kesiapan mental dikalangan kaum muslimin yang sudah terbiasa dengan kekalahan ataupun kemenangan, sehingga siap dalam segala kondisi.
2.       Fathu Makkah menjadi puncak sejarah dakwah Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sebagai fathan mubina (kemenangan yang nyata) sehingga banyak orang masuk Islam tanpa paksaan secara berbondong-bondong.
3.       Penyebutan bangsa Yaman yang memiliki kelembutan, iman dan fikih, merupakan keutamaan, meskipun ketakwaan tidaklah diukur dari suku bangsa tertentu.

والله أعلم


TAFSIR SURAT AN-NASHR AYAT 1




Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan (QS. An Nashr [110]:1)





A.    Makna Mufrodat

النصر: العون أو الإعانة على تحصيل المطلوب وَالْفَتْحُ تحصيل المطلوب الذي كان متعلقا أو موقوفا
An Nashr (pertolongan) atau bantuan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, dan Al Fath (kemenangan) adalah terkabulnya keinginann yang diharapkan yang sebelumnya tertunda atau terhalang. (Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir, 30/448)

إِذا
“jika”
Menurut Syekh Yusuf Al Qardhawi, kata إذا  adalah keterangan waktu yang berfungsi kata bersyarat, yang membutuhkan jawaban sari syarat itu (jawabu asy syart)[1]

B.     Makna ‘Al Fath”

Ibnu Jarir At Thabari memaknai, Al Fath (kemenangan) dalam ayat ini adalah Fathu Makkah.
Syekh Yusuf Al Qardawi menafsirkan bahwa datangnya pertolongan Allah pada Fathu Makkah merupakan bentuk kasih sayang Allah yang berulang-ulang kepada Rasulullah dan kaum muslimin, karena sebelum Fathu Makkah Allah menunjukkannya kepada kaum muslimin, diantaranya:

·         Allah menolong Rasulullah saat bersama Abu Bakar Siddik di Gua Tsur, pada peristiwa hijrah ke Madinah. Seperti termaktub dalam firman Allah:

إلاَّ تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُما فِي الْغارِ إِذْ يَقُولُ لِصاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْها وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (40)
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. At Taubah: 40)

·         Pertolongan Allah pada perang Khandak (bulan Syawal tahun 5 Hijriyah)
·         Pertolongan Allah pada perang Khaibar   (7 H) Sulhu Al Hudaibiyah (akhir tahun ke 6 Hijriyah)
·         Pertolongan Allah pada peristiwa Fathu Makkah

Kisah Fathu Makkah

Abdul Malik Bin Hisyam menyebutkan dalam sirahnya, bahwa peristiwa Fathu Makkah terjadi pada tahun ke 8 hijriyah di bulan Ramadhan.[2] Adapun kejadian sebelum Fathu Mekkah adalah Perjanjian Hudaibiyah yang salah satu butirnya adalah gencatan senjata antara kaum muslimin dan kaum Quraisy Mekkah selama 10 tahun. Tersebutlah dua kabilah pada saat itu Bani Bakr yang masuk ikut dalam barisan perjanjian kaum Quraiys, dan Bani Khuza’ah masuk dalam barisan perjanjian kaum Muslimin. Terjadilah perselisihan diantara kedua kabilah tadi, akibatnya terjadilah penyerangan Bani Bakr yang mendukung Quraisy Mekkah kepada Bani Khuza’ah yang hingga timbul korban. Tokoh-tokoh Quraiyspun turut serta dalam penyerangan tersebut.Abu Sofyan sebagai pemimpin Quraisy Mekkah merasa bahwa dirinya telah melanggar perjanjian, lalu orang kafir Quraisy pun mengutus Abu Sufyan ke Madinah untuk memperbarui isi perjanjian. Sesampainya di Madinah, dia memberikan penjelasan panjang lebar kepada Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, namun beliau tidak menanggapinya dan tidak memperdulikannya. Dengan adanya pengkhianatan ini, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memerintahkan para shahabat untuk menyiapkan senjata dan perlengkapan perang secara rahasia. Beliau mengajak semua shahabat untuk menyerang Makkah. Berangkatlah kaum muslimin bersama 10.000 pasukan lengkap menuju Mekkah. Meski sebelumnya seorang Sahabat Hatib bin Baltha’ah membocorkan rahasia penyerangan ke Mekkah ini, hingga membuat Umar bin Khattab berang, lalu Rasulullah menengahi bahwa maksud Hatib bin Baltha’ah adalah khawatir kepada keselamatan sanak saudaranya di Mekkah akan kedatangan kaum muslimin dan ia tidak bermaksud buruk. Singkatnya, kemudian Rasulullah masuk ke Mekkah, Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan untuk memasuki Makkah dari dataran rendah dan menunggu kedatangan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di Shafa. Sementara Zubair bin Awwam memimpin pasukan sayap kiri, membawa bendera Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan memasuki Makkah melalui dataran tingginya. Syekh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri menceritakan dalam sirahnya, Rasulullah kemudian memasuki Masjidil Haram serta membersihkan berhala-berhala didalam dan disekitarnya yang berjumlah 360 berhala, beliau juga mencium hajar Aswad dan tawaf seraya membaca firman Allah:[3]
 
وَقُلْ جاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْباطِلُ إِنَّ الْباطِلَ كانَ زَهُوقاً

 Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap (Qs. Al Isra [17]:81)

Kemudian Rasulullah melaksanakan shalat didepan ka’bah dan berceramah dihadapan kaum Quraisy.

يا معشر قريش، ما ترون أني فاعل بكم؟ قالوا: خيرا، أخ كريم وابن أخ كريم، قال: فإني أقول لكم كما قال يوسف لإخوته: لا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ اذهبوا فأنتم الطلقاء.

“Wahai orang Quraisy, apa yang kalian bayangankan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kalian? Merekapun menjawab, “Yang baik-baik, sebagai saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia. Beliau bersabda,“Aku sampaikan kepada kalian sebagaimana perkataan Yusuf kepada saudaranya: ‘Pada hari ini tidak ada cercaan atas kalian. Allah mengampuni kalian. Dia Maha penyayang.’ Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!”

Begitu lembutnya hati Rasulullah memaafkan kaum Quraisy yang dahulu menyusahkan beliau dan para sahabat, seandainya mau tentu beliau bisa memerangi dan membunuh mereka semua, namun keluhuran akhlak beliaulah Mekkah ditaklukkan tanpa pertumpahan darah. Lalu Rasulullah menetap di Mekkah selama 19 hari, mengarahkan manusia kepada petunjuk Allah, memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan dan mengadili para pembangkan dari kaum Quraisy serta membersihkan sisa-sisa kemusyrikan. Sebuah penaklukan yang besar, kemenangan yang abadi dalam sejarah Islam.

 


Beliau menyebutkan dalam tafsirnya:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: لَمَّا نَزَلَتْ: " إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ " دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاطِمَةَ  وَقَالَ: "إِنَّهُ قَدْ نُعِيت إِلَيَّ نَفْسِي"، فَبَكَتْ ثُمَّ ضَحِكَتْ، وَقَالَتْ: أَخْبَرَنِي أَنَّهُ نُعيت إِلَيْهِ نفسُه فَبَكَيْتُ، ثُمَّ قَالَ: "اصْبِرِي فَإِنَّكِ أَوَّلُ أَهْلِي لِحَاقًا بِي" فَضَحِكْتُ
Dari Ibnu Abbas berkata, saat turun ayat:

إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, memanggil Fatimah, dan bersabda,” Ini adalah ucapan belasungkawa terhadapku. Lalu Fatimahpun menangis, tak lama kemudian tertawa, dan berkata,” Rasulullah mengabarkan kepadaku bahwa ayat tersebut adalah ungkapan belasungkawa kepadanya, lalu aku menangis, kemudian Nabi bersabda,”Bersabarlah Fatimah, sesungguhnya kamu adalah keluargaku yang pertama yang akan menyusulku, lalu aku tertawa”.(Dalalil Nubuwah, 7/167)

والله أعلم

ditulis oleh: Ust. Fauzan Sugiyono, Lc, M.Ag


[1] Yusuf Al Qaradhawi, Tafsir Juz Amma, 546
[2] Abdul Malik bin Hisyam (213 H), Sirah Nabawiyah, (Mesir 1375 H), 2/389
[3] Ar Rakhiq Al Makhtum, Shafiyur Rahman Al Mubarakfuri (Damaskus:427), 1/343
[4] Tafsir Ibnu Katsir, 8/509