Sabtu, 20 Februari 2021

NIATLAH YANG IKHLAS, AGAR WAFATMU HUSNUL KHATIMAH



Beragam aktifitas manusia di dunia nyaris tak bisa terungkap dengan tulisan. Ada yang baik, terus berusaha baik. Ada pula yang tenggelam dalam keburukan, dosa dan maksiat, asik menikmati, sampai ajal tiba-tiba menjemput tak sadar.

Awali Amal Dengan Niat 

Syekh Abdul Qadir Al Jailany (w560 H) dalam Kitab Al-Fathur Rabbani menyebutkan, orang yang bertakwa dalam ibadahnya tidak memaksakan diri, karena apa yang dilakukan lahiriahnya, sama seperti bathinya:

التقي لا يتكلف عبادة الحق لأنها صارت طبعه, فهو يعبد الله بظاهره وباطنه من غير التكلف

“Orang bertakwa tidak memaksakan diri dalam ibadah dan kebenaran, karena sudah menjadi kebiasaannya, ia beribadah secara lahir dan bathin tanpa memaksakan diri” (Kitab Al Fathur Rabbani Wal FaidhuRahmani, hal 45)

Rasulullah bersabda:

 إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Setiap amal tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan dibalas sesuai apa yang diniatkannya (HR. Bukhari Muslim)

Barangsapa yang beramal dengan niat karena Allah, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala, namun barangsiapa yang beramal bukan karena Allah, maha ia tak akan mendapatkan balasan apapun disisi Allah, kosong percuma.

Wanita Pezina yang diampuni dosanya

Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah” (HR. Al Bukhari no.3321, Muslim no.2245).

Pelajaran dari hadits diatas adalah:

  • Jangan menjustifikasi nasib orang sekarang sebelum tahu akhir hayatnya
  • Jangan sombong dengan ketakwaan diri sendiri dan merendahkan para pendosa, mereka adalah objek untuk taubat dan memperbaiki diri bukan dihakimi.
  • Allah Maha mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya
  • Namun jangan salah kaprah juga, dengan mengatakan tidak apa apa berbuat maksiat asal terus berbuat baik kepada manusia, tanpa ada keinginan taubat.

 

Pentingnya akhir yang baik

Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Nilai amal ada di penghujungnya (HR. Ibnu Hibban, Ahmad)

Akhir hayat adalah sebuah misteri bagi siapa saja, karena mutlak milik Allah, manusia hanya berdoa dan berharap agar finish dalam hidup ini husnul khatimah. Karena hati adalah milik Allah, Dia yang Maha Kuasa untuk membolak balikkannya. Berdoalah selalu agar kita di luruskan dalam agama hingga akhir.

 

Kisah Hafizh Qur’an yang Murtad

Imam Ibnu Katsir mengisahkan kejadian dalam kitabnya Al Bidayah Wa Nihayah, J 11 h 64)

Tentang seorang tabiin yang bernama Abdah bin Abdurrahim, meski terdapat perselisihan pendapat dengan Ibnul Jauzy, tentang sosok yang diceritakan.  Saat seorang yang hafiz quran terpedaya oleh kecantikan wanita Nasrani Romawi. Wanita itu yang akhirnya menyebabkan sang hafiz qur’an murtad. Sampai ketika kaum muslimin menemuinya, “apa yang tersisa dari hafalannmu? Sang hafizh itu menjawab:

 


رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”

 

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. Al Hijr: 2-3).

 

Hikmahnya:

·         Jangan terlena dan jangan takabur dengan apa yang dimiliki.

·         Selalu berdoa agar wafat husnul Khatimah

 

======

Jumat yang gendung, 19/02/2021

Abu Nawa, Lc

 


Senin, 15 Februari 2021

TAFSIR SURAT AL MULK AYAT 19 (BAG.10)

 



DESKRIPSI KEKUASAAN ALLAH

PADA SEEKOR BURUNG

 

 NASH AYAT

 

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ (19)

 

·         Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS.Al Mulk: 19)

 

TINJAUAN BAHASA

 

الطَّيْرِ

Burung

 

صَافَّاتٍ

Mengepakkan sayap

 

وَيَقْبِضْنَ

 

Mengatupkan sayap

 

 

PESAN TERSIRAT DALAM AYAT

 

Burung-burung yang mengepakkan sayapnya, tiada yang menahan atau melepaskan kepakan sayapnya melainkan Ar Rahman, sedangkan orang-orang musyrik mengikari keberadaan Ar Rahman, mereka tak menyadari bahwa mereka hidup dalam naungan Allah yang Maha Rahman. Kasih sayang Allah begitu jelas, nampak nyata. Pada ayat ini Allah kekuasaan Allah terlihat pada burung yang terbang dengan mengepakkan sayap-Nya, kepakan yang teratur, terarah, tidak pernah saling bertabrakan antara satu sayap dan lainnya. Namun mengapa masih saja ada orang yang enggan menyembah Allah? Padahal jika mereka mau berfikir pada proses terbangnya seekor burung niscaya disana terdapat tanda-tanda Allah Maha Pengasih dan Penyayang. ( Al Jazairi, Aisar Tafasir, 401)

 

 

Dalam ayat lain Allah berfirman:

أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Tidakkah mereka mengamati burung yang terbang di angkasa, Allah lah yang mengendalikannya. Di balik itu ada tanda-tanda kekuasaanNya bagi orang-orang yang beriman (QS.An-Nahl:79).

 

Kedua ayat berbeda diatas sama-sama berbicara tentang binatang ciptaan Allah yaitu burung      ( الطَّيرُ)

 

Ayat diatas juga menggunakan ungkapan yang sama yaitu

   أَوَلَمْ يَرَوْا

( tidakkah mereka melihat) 

 

Melihat disini sebenarnya bukan hanya memperhatikan, namun lebih dari itu memperhatikan, meneliti dan mengambil hikmah dari penciptaan Allah atas makhluk-Nya. “ Melihat” Sebuah ungkapan jelas yang menunjukkan bahwa setiap orang bisa melihat fisik burung, anatomi dan keindahan bulu maupun suaranya. Apalagi para kolektor burung piaraan yang berharga sangat fantastis.  Juga saat seekor burung terbang diangkasa dengan cepat, meluncur deras, menerkam mangsanya,  seolah tak terpengaruh dengan gaya gravitasi bumi, sangat cepat dan lihai.

 

Hikmahnya adalah ada sebuah kekuatan Maha Besar  Pengatur pergerakan burung-burung tersebut, yang terbang  tinggi di angkasa, mengatur keseimbangannya sehingga bisa tetap melayang diudara tidak jatuh. Siapakah yang mengatur itu semua? Jawabnya adalah Allah Subhanahu wa taala.

 

Karena Allah Yang Maha Mengetahui bagaimana menciptakan Makhluk dan bagaimana mengaturnya (Tafsir An Nasafi, 3/515)

 

Seolah Allah juga ingin menggambarkan, sebagaimana Dia bisa membuat keadaan burung di udara sesuai dengan keinginan-Nya, seperti juga Dia bisa mengazab kaum kafir atas pembangkangan mereka. ( Tafsir Jalalain,1/756)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 1 ( Bagian 2)

 


 

·         Nash Ayat

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya segala kerajaan dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu ( QS. Al Mulk [67]:1)

 

·         Tinjauan Bahasa Arab

 

تَبَارَكَ

Kata tabarak berasal dari pola تفاعل ( ta-fa-a-la) berfungsi sebagai sighat mubalaghah           ( tingkat superlative ) . Tabarak, berpola ta-fa-a-la, berasal dari kata: Al Barakah maknanya banyak dan luas, Al Azhari berkata,” Tabaraka ta’ala berarti Maha Agung dan Maha Tinggi.   ( Tafsir Al Qurthubi, 7/223).

Sedangkan makna barakah adalah tumbuh dan berkembang ( Fathul Bayan,14/229)

 

Menurut  Az Jujaj kata barakah meiliki dua makna:

ü  Makna pertama, bertambahnya kebaikan

ü  Makna kedua, Maha Tingginya Allah dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya (  Tafsir Ar Razi, 24/428)

 

  PENDAPAT PARA ULAMA

 

·         Imam Al Qurthubi  menyebutkan dalam tafsirnya:

 

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: بِيَدِهِ الْمُلْكُ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُحْيِي وَيُمِيتُ، وَيُغْنِي وَيُفْقِرُ، وَيُعْطِي وَيَمْنَعُ. وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: لَهُ مُلْكُ النُّبُوَّةِ الَّتِي أَعَزَّ بِهَا مَنِ اتَّبَعَهُ وَذَلَّ بِهَا مَنْ خَالَفَه

 Ibnu Abbas berkata,” Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan untuk memuliakan siapa saja yang dikehendaki dan merendahkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi kekayaan, Yang memberi kemiskinan, Yang memberi dan menahan, Berkata Ibnu Ishak,” Bagi Allah kekuasaan untuk mengutus kenabian, memuliakan pengikutnya dan menghinakan siapa yang mengingkari tentangnya”. ( Tafsir Al Qurthubi,18/306)

 

 

 

 

 

·         Syekh Wahbah Az Zuhaily berkata:

تَبارَكَ تعاظم وتعالى بالذات عن كل ما سواه، وكثير خيره وإنعامه، من البركة: وهي النماء والزيادة الحسية أو المعنوية. بِيَدِهِ الْمُلْكُ المالك المطلق وصاحب السلطان المتفرد، وبِيَدِهِ نؤمن باليد كما جاء على مراد الله، والظاهر من الآية هنا بيان قدرة الله وسلطانه ونفاذ تصرفه في ملكه

Tabaraka,  artinya keagungan Allah dalam Dzat-Nya atas makhluk lain, banyaknya kebaikan dan nikmat dari Allah, kata Tabaraka berasal dari kata barakah yang artinya tumbuh dan berkembang baik secara lahir maupun batin, di tangan Allahlah segala kekuasaan mutlak, Dia-lah pemilik kekuasaan tunggal. Dengan tangan-Nya lah kami beriman kepada Allah seperti  yang Allah maknakan dalam kata tangan. Secara lahiriyah ayat ini menjelaskan tentang ketetapan Allah dan  berlaku kekuasaan-Nya.

 

·         Imam As Syaukani berpendapat:

 

تَبَارَكَ: تَقَدَّسَ، وَصِيغَةُ التَّفَاعُلِ لِلْمُبَالَغَةِ، وَالْيَدُ مَجَازٌ عَنِ الْقُدْرَةِ وَالِاسْتِيلَاءِ، وَالْمُلْكُ: هُوَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَهُوَ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ، وَيَرْفَعُ مَنْ يَشَاءُ وَيَضَعُ مَنْ يَشَاءُ

Tabaraka, artinya Maha Suci, pola kalimat Ta-faa-ul, dalam bahasa Indonesia berfungsi  sebagai sighat mubalaghah ( superlative ). Makna tangan disini adalah bentuk majaz atas qudratnya Allah.

 Al Mulk adalah kekuasaan Allah yang meliputi langit dan bumi, dunia dan akherat, Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya. Mengangkat dan merendahkan siapa saja yang DIa kehendaki. ( Fathul Qadir,5/308)

 

·         An Nasafi dalam tafsirnya berpendapat:

Tabaraka maknanya adalah Allah Maha suci dan Maha Agung dari segala sifat-sifat makhluk, yang ditangan-Nya kekuasaan, yang meliputi semua makhluk-Nya, memberi kekuasaan  kepada siapa saja yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Dia maha Kuasa atas segala sesuatu, dari memberikan nikmat dan memberikan ancaman, Dia Maha Kuasa atas kesempurnaan. ( Tafsir Al Alusi, 3/510)

 

·         Sayyid Qutub berpendapat:

 

Ayat pertama dalam surat ini, merupakan terapi baru dalam meluruskan pemikiran antara wujud kebendaan dengan sang Penciptanya.  Pemikiran yang luas, menyeluruh, meretas batas bumi yang sempit, dan dunia yang terbatas kepada alam langit dan kehidupan akherat. Juga kepada makhluk ciptaan lain selain manusia di dunia seperti jin, burung-burung dan lainnya, dan alam akherat seperti neraka Jahannam dan seisinya, kepada alam ghaib selain alam kebendaan yang selalu mendekam dalam hati manusia  ( Fi Dzilalil Qur’an,6/3639)

 

 

 

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 16 (BAG. 9)

 


 

ALLAH  MAHA PEMBERI RASA AMAN

 

 

·         Nash Ayat

 

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا

فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)

 

“Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?

“Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan akan mengetahui bagaimana ( akibat mendustakan) peringatan-Ku “. (QS.Al Mulk:16-17)

 

·         Pendahuluan

Saat kita merasa takut ketahuilah bahwa ada tempat paling aman untuk berlindung dan bermohon pertolongan, Dia lah Allah Dzat Yang Maha Memberi Aman. Orang-orang mukmin akan selalu berinteraksi dengan sumber rasa Aman beribadah dan berharap hanya kepada-Nya,  Dia lah Allah. Sementara orang-orang kafir mereka akan menjauhi Allah, beralih kepada selain-Nya,  padahal Dia lah Allah Pemberi Aman. Tiada keamanan, kenyamanan, kedamaian dan keamanan hakiki melainkan dengan kembali kepada Allah dengan sebenarnya.

 

·         Tinjauan  Bahasa

 

أَأَمِنْتُمْ

Sudah amankah kamu

 

Pola istifham (pertanyaan) dalam ayat ini menunjukkan ungkapan “heran” bagi kaum yang masih saja merasa aman dari azab Allah meski mereka menyimpang dari perintah Allah dan membangkang. (Muhammad Sayid Thantawi,Tafsir Al Wasith,15/21)

 

أَنْ يَخْسِفَ

Ditelan, gempa

حَاصِبًا

Badai berbatu

 

·         Kandungan Ayat

 

Ayat ini merupakan pertanyaan yang Allah ajukan kepada orang-orang kafir yang mendustakan ayat ayat Allah bahwa mereka tak akan aman selama keingkaran masih bercokol di hati. Karena Allah yang Maha Memberi Aman, Dia juga yang Maha Menghilangkan Rasa Aman bagi orang-orang yang tak henti-hentinya mengerjakan larangan Allah, namun ingkar akan perintah-perintah-Nya. Mereka enggan mendengarkan peringatan yang di dakwahkan oleh para Rasul-Rasul-Nya. ( Tafsir At Thabari,23/513)

 

Balasan bagi orang-orang selalu ingkar kepada aturan Allah adalah kelak mereka akan merasakan pedihnya azab saat langit menurunkan hujan batu yang bergerak bak awan berarak ( Abu Ubaidah Ma’mar Bin Matsani Al Bashri, Majazul Qur’an, 3/262)

 

Juga seperti azab yang menimpa kaum nabi Luth yg menyimpang dari fitrah manusia dengan menyukai sesama jenis dengan ditimpakan badai bercampur batu dan kerikil. (Ghayatul Amani Fil Kalami  ar Rabani,1/200)


 Oleh:  Fauzan Sugiyono, Lc

Bersambung …..

 

 

 

Tafsir Surat Al Mulk Ayat 13 dan 14 (Bag.8)

 


ALLAH MENGETAHUI YANG TERSEMBUYI DAN NYATA

 


 

Nash Ayat

 

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (13) أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)

 

13- “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah, Sungguh Dia ( Allah ) Maha Mengetahui     segala isi hati

14- “Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui

 

Tinjauan Bahasa

 

 وَأَسِرُّوا

“ Dan rahasiakanlah

 

اجْهَرُوْا

 “Nyatakanlah, terangkanlah

 

 

Kandungan Ayat

 

Ayat ini menceritakan kepada kita tentang sifat Allah yang mengetahui semua kondisi hamb-Nya, baik saat sendiri, tersembunyi,  tak ada orang yang mengetahui, namun Allah Maha mengetahui segala yang tersembunyi meski di lubuk hati yang paling dalam. Begitupula tentang segala yang nyata, jelas dan terlihat, tak luput sedikitpun dari pengetahuan Allah. Sudah sewajarnya manusia mengikhlaskan segala perbuatan hanya karena Allah subhanahu wata’ala, karena Dia mengetahui segalanya.

 

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil sebuah hadits dalam as Sahihain terkait dengan golongan yang berhak mendapat pertolongan dan naungan dari Allah kelak di hari kiamat saat tak ada naungan lain selain perlindungan Allah dalam hadits:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan  Allah  Subhanahu wata’ala dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan Allah Ta’ala. Yaitu:  

1.      Pemimpin yang adil

2.      Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala

3.      Seorang yang hatinya senantiasa bergantung di masjid

4.      Dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala. Mereka berkumpul karena Allah dan mereka pun berpisah juga karena Allah Ta’ala.

5.      Seorang yang diajak wanita untuk berbuat yang tidak baik, dimana wanita tersebut memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia mampu mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.

6.      Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.

7.      Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air mata.  ( Sahih Bukhari, no. 660, Sahih Muslim, no.1031 bersumber dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)

 

Syekh An Nawawi Al Bantani dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa dalam ayat ini, Allah mengetahui hati dan kondisinya, oleh karena itu berhati-hatilah dengan kemaksiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena Allah mengetahuinya sama persis seperti mengetahui kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan.(Marah Labid,2/547)

 

As Syahid Sayid Qutub menyebutkan dalam tafsirnya:

 

عندئذ يتقي المؤمن النية المكنونة، والهاجس الدفين، كما يتقي الحركة المنظورة، والصوت الجهير. وهو يتعامل مع الله الذي يعلم السر والجهر، الله الذي خلق الصدور فهو يعلم ما في الصدور

 

“Saat itulah seorang mukmin berhati-hati dengan niat, batasan yang membedakannya, seperti berhati-hati dengan gerakan yang terlihat, suara yang terdengar, karena dia berinteraksi dengan Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui hal yang tersembunyi dan yang nyata, Allah yang menciptakan hati, tentu Dia Maha Tahu apa yang tersembunyi didalamnya”. (Fi Dzilalil Qur’an, 6/3637)

 

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)

 “Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui”.

 

Dari Ibnu Ishaq Al Isfirai bahwa maksud Al Alim (Maha Mengetahui) merupakan sifat Allah yang  maknanya adalah mengetahui segala macam pengetahuan, diantaranya adalah al Khabir, salah satu sifat khusus Allah yang Maha Mengetahui sesuatu yang belum terjadi. Al Hakim, salah satu sifat khusus Allah yang Maha Mengetahui secara detail sifat-sifat makhluk-Nya. As Syahid, merupakah saifat Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,  Al Hafizh merupakan sifat khusus Allah yang tak akan pernah lupa. (As Syinkithi, Adhwaul Bayan, 8/237)

 

Hikmah Ayat

 

  1. Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan, tak ada perbedaan diantara keduanya.
  2. Pentingnya melihat kondisi hati dan niat terlebih dahulu sebelum beramal, Karena amal yang tidak disertai kehadiran hati dan keikhlasan hanya akan sia-sia, apalagi menyimpang dari ajaran Rasulullah.
  3. Orang yang beramal sembunyi-sembunyi lebih aman dari sifat riya.

Fauzan Sugiyono, Lc

  Bersamabung

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 10, 11 dan 12 ( Bag. 7 )

 


 

PENYESALAN ORANG-ORANG KAFIR

 

Nash ayat

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ (11) إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12)

 

Terjemah Ayat

 

10. Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".

 

11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.

 

12. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

 

Tinjauan Bahasa

 

نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ

 

“Kami mendengar atau memikirkan”

 

Ini adalah ungkapan orang – orang kafir saat mereka sudah dimasukkan kedalam neraka yang menyala-nyala, “ Seandainya kami dahulu berfikir dan mendengarkan ucapan pencari kebenaran dan petunjuk, niscaya kami tak akan masuk kedalam neraka”. ( Ali As Shabuni, Shafwat Tafasir,3/394)

 

Ungkapan mendengar lebih didahulukan dari berfikir, karena konteks mendengar disini adalah ketaatan dan kepatuhan kepada Allah.

 

فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ

 

“Mereka mengakui dosa mereka”

 

Pengakuan orang-orang kafir  atas dosa-dosa mereka, pengingkaran terhadap para nabinya, melakukan perbuatan yang menjauhkan dari rahmat Allah, penyesalan ini dilakukan ketika mereka sudah masuk kedalam neraka, sungguh sebuah penyesalan yang sia-sia.( Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir,29/17)

 

 

 

Al Hakim dan At Tirmidzi menyebutkan hadits, ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم takjub dengan kecerdasan orang Nashrani, “Ya Rasulullah betapa cerdasnya orang Nasrani itu?”.  Lalu Nabi bersabda,” Tidak !, Orang Kafir tidaklah cerdas, apakah kalian tidak mendengar Allah berfirman,” Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (Muhammad Thahir bin Asyur, at Tahrir wa Tanwir, 29/27)

 

Penyesalan Orang Kafir di Akherat Tiada Arti

 

Orang kafir ini berandai-andai jika saja mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, yaitu pendengaran dan akal mereka bisa mengambil manfaat terhadap wahyu yang Allah turunkan, Rasul yang datang di tengah-tengah mereka. Namun mereka tidak memanfaatkan pendengaran dan akal. Kondisi ini jauh berbeda dengan orang yang mendapatkan petunjuk  yang memanfaatkan pendengaran, akal mereka dan mengamalkan ilmu. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 876)

 

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

 

"لَنْ يَهْلِكَ النَّاسُ حَتَّى يُعذِروا مِنْ أَنْفُسِهِمْ"

 

“Seseorang tidak akan merasa binasa hingga ia mengakui kesalahan ( Musnad Ahmad,4/260)

Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari Abu Hurairah berikut menjelaskan:

لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ النَّارَ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً

Seseorang yang masuk neraka akan menyesal ketika ia ditampakkan tempat duduknya di surga seandainya surga itu baik baginya. Dan seseorang yang masuk surga akan bertambah syukur ketika ia ditampakkan tempat duduknya di neraka seandainya neraka layak untuknya.” (HR. Ahmad, 2/541. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)

Hikmah Ayat

ü  Orang kafir sebenarnya mengetahui tempat kembali mereka adalah neraka namun mereka enggan menggunakan akalan fikiran mereka untuk beriman kepada Allah.

ü  Penyesalan orang-orang kafir di akherat tidaklah berguna sama sekali.

ü  Orang yang beriman kepada Allah bagi mereka ampunan atas dosa dan kesalahan dan pahala yang besar di akherat.


Fauzan Sugiyono, Lc MAg

Bersambung....