Minggu, 27 Agustus 2017

HARI-HARI ALLAH DALAM AL QUR’AN




Ayyama Allah (hari-hari Allah) أيام الله , terlihat ada yang istimewa dari kalimat ini. Al Qur’an pun sedikit menyebutkannya khusus dengan idhafah (kata majemuk) kepada lafaz Allah. Dua kata yang berbeda lalu disatukan membentuk sebuah makna. Sisa nya dengan kata lain, seperti sab’ah ayyam (tujuh hari) sittata ayyam (enam hari) yaumain (dua hari) atau tsalatsata ayyam( tiga hari) dan lainnya. Lalu, apakah rahasianya sehingga Allah sendiri menyebut ungkapan hari-hari Allah (Ayyamallah) dalam Al Qur’an?.

Pertama, Hari Izin Berperang Untuk Membela Kehormatan Islam

 Ayat pertama yang mengungkap khusus tentang lafaz Ayyamallah adalah  firman Allah:


قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Jatsiyah [45]:14

Menurut Al Mawardi dalam tafsirnya,”Ayat ini turun berkaitan dengan Umar bin Khattab yang dicaci maki oleh seorang lelaki dari kaum musyrikin, kemudian Umar hendak memukulnya, lalu turunlah ayat ini melarang perbuatan Umar tersebut”(Tafsir Al Mawardi, 5/262).

Imam Al Qurthubi menyebutkan dalam tafsirnya,  bahwa saat itu Umar sudah menghunus pedangnya untuk memenggal kepada seorang Yahudi yang menghina Allah subhanahu wata’ala, kemudian Rasulullah melarangnya. Kemudian Umar terheran-herang mengapa Nabi melarang seraya berkata:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، صَدَقْتَ. أَشْهَدُ أَنَّكَ أُرْسِلْتَ بِالْحَقِّ

Wahai rasulullah, benarkah? Sungguh aku bersaksi bahwa engkau diutus membawa kebenaran”. Lalu Nabi membaca ayat:

قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Katakanlah kepada orang-orang yang beriman hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Jatsiyah [45]:14

Makna Ayyamallah dalam ayat diatas adalah, balasan Allah dan azab-Nya (Tafsir Al Qurthubi,16/161)

Namun para ulama tafsir menyebutkan bahwa ayat ini telah mansukh ( dihapus) hukumnya  oleh dua ayat berikut yaitu:

فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (QS. At Taubah [9]:5)

Menurut Ibnu Jarir At Thabari maksud ayat ini adalah,” Jikalau bulan-bulan Haram telah berlalu (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) maka dibolehkan memerangi kaum musyrikin yg tidak ada ikatan perjanjian keamanan dengan kaum muslimin atau kaum musyrikin yang engingkari 
perjanjian dengan kaum muslimin.(Tafsir At Thabari, 14/134).

Ayat keduanya yang menasakhkan surat diatas adalah:

أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah 

dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu (QS. Al Hajj 

[22]:39)

Ibnu Abbas mengatakan, inilah ayat pertama kali izin berperang melawan orang-orang kafir karena 
mereka telah menzalimi kaum muslimin. Sampa- sampai Abu Bakar Ash Shiddik yang berjiwa lembut dan berperangai halus berkata,” Wahai kaum musyrikin, kalian telah mengusir Nabi Muhammad dari Mekkah, Innalillah wainna ilaihi raji’un,sungguh kalian akan binasa!” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/434).
Ini merupakan restu dari Allah kepada kaum muslimin di Madinah pasca hijrah, untuk membela dirinya, mempertahankan kehormatan agamanya dari kaum yang menghalangi dakwah Islam dan kemuliaan kaum muslimin.


Kedua, Hari Saat Allah Memenangkan Hamba-Nya dan Menghinakan musuh-Nya
Al Quran menyebutkan Ayyamallah, saat Allah mengutus Nabi Musa kepada kaumnya, mengajak 

hanya menyembah Allah dan meng-Esakan. Hingga datang penolakan keras dari Fir’aun, kemudian 
Allah selamatkan Nabi Musa dari  kekejaman Fir’aun.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur (QS Ibrahim 
[14]:5)


Maksud dari Ayyamallah dalam ayat diatas, menurut Syaikh Ibnu Asyur dalam tafsirnya adalah:
الْأَيَّامُ الَّتِي أَنْجَى اللَّهُ فِيهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ أَعْدَائِهِمْ وَنَصَرَهُمْ وَسَخَّرَ لَهُمْ أَسْبَابَ الْفَوْزِ

“Hari-hari saat Allah menyelamatkan nabi Musa dari musuh-musuhnya, dan menundukkan kepadanya sebab-sebab kemenangan dan pertolongan (Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir, 13/190)

Kesimpulan Makna Ayyamallah:

1.      Nikmat Allah yang diturunkan untuk hamba-hambanya sehingga sudah sewajarnya bersyukur atas segala karunia tersebut.

2.      Kejadian-kejadian besar yang agung, yang pantas diingat dan dijadikan pelajaran didalamnya karena semua satua waktu dan hari adalah milik Allah yang Maha Sempurna.

Mari pergunakan hari-hari istimewa khususnya sepuluh hari pertaman bulan Dzul Hijjah ini dalam ketaatan dan ibadah kepada Allah.

والله أعلم


Tidak ada komentar:

Posting Komentar