Jumat, 22 April 2022

INI ALASANNYA MENGAPA ALLAH RAHASIAKAN LAILATUL QADAR

 



Mengapa Allah Rahasiakan Lailatul Qadar?

 

Lailatul Qadar adalah malam keutamaan, ketika Allah menurunkan rahmat-Nya pada malam itu, dengan jaminan pahala, siapa orang yang menghidupkan lailatul qadar, dengan ibadah maka setara dengan ibadah 1000 bulan. Ibadah satu malam saja, senilai ibadah 83 tahun balasan dari Allah.

Menarik untuk dikaji ketika Allah merahasiakan keberadaan pasti Lailatul Qadar kepada hamba-hamba-Nya. Ada banyak riwayat yang menjelaskan kemunculannya dalam hadits-hadits yang kuat dan mu’tabar. Mengerucut pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam yang ganjil. Beragam riwayat; ada yang menyebutkan Lailatul Qadar ada pada malam 21, 23, 25, 27 bahkan 29. Tetapi sekali lagi, Allah rahasiakan keberadaannya, seolah tersembunyi dalam malam sunyi saat orang-orang shalih bermunajat di akhir Ramadhan.

Menjawab tanda tanya itu, Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Al Hasan bin Al Husain, At Taimy, atau dikenal dengan Fakruddin Ar Razy Khatib Ray (606H), mengungkapnya dalam Tafsir Al-Kabir tentang mengapa Allah rahasiakan keberadaan Lailatul Qadar.

أَنَّهُ تَعَالَى أَخْفَى هَذِهِ اللَّيْلَةَ لِوُجُوهٍ أَحَدُهَا: أَنَّهُ تَعَالَى أَخْفَاهَا، كَمَا أَخْفَى سَائِرَ الْأَشْيَاءِ، فَإِنَّهُ أَخْفَى رِضَاهُ فِي الطَّاعَاتِ، حَتَّى يَرْغَبُوا فِي الْكُلِّ، وَأَخْفَى غَضَبَهُ فِي الْمَعَاصِي لِيَحْتَرِزُوا عَنِ الْكُلِّ، وَأَخْفَى وَلِيَّهُ فِيمَا بَيْنَ النَّاسِ حَتَّى يُعَظِّمُوا الْكُلَّ، وَأَخْفَى الْإِجَابَةَ فِي الدُّعَاءِ لِيُبَالِغُوا فِي كُلِّ الدَّعَوَاتِ، وَأَخْفَى الِاسْمَ الْأَعْظَمَ لِيُعَظِّمُوا كُلَّ الْأَسْمَاءِ، وأخفى في الصَّلَاةَ الْوُسْطَى لِيُحَافِظُوا عَلَى الْكُلِّ، وَأَخْفَى قَبُولَ التَّوْبَةِ لِيُوَاظِبَ الْمُكَلَّفُ عَلَى جَمِيعِ أَقْسَامِ التَّوْبَةِ، وَأَخْفَى وَقْتَ الْمَوْتِ لِيَخَافَ الْمُكَلَّفُ، فَكَذَا أَخْفَى هَذِهِ اللَّيْلَةَ لِيُعَظِّمُوا جَمِيعَ لَيَالِي رَمَضَانَ 

Allah merahasiakan malam ini (Lailatul Qadar) dengan beberapa alasan:

Pertama, Allah merahasiakannya seperti halnya merahasiakan hal lain, Allah merahasiakan ridha-Nya dalam ketaatan, hingga orang-orang tertarik untuk beribadah pada semua ketaatan.

a)      Allah merahasiakan murka-Nya pada kemaksiatan, agar kalian menghindari semua kemaksiatan.

b)      Allah merahasiakan walinya dikalangan manusia, agar kalian memuliakan semua manusia.

c)      Allah merahasiakan pengabulan doa, agar kalian bersungguh-sungguh dalam semua doa-doa.

d)   Allah merahasiakan ismu al-a’zham (Asma) (Nama-Nya)  yang paling Mulia) dari sekian banyak Nama. Agar kalian memuliakan semua asma-asma Allah.

e)      Allah merahasiakan shalat yang paling utama, agar kalian menjaga semua waktu-waktu shalat.

f)       Allah merahasiakan penerimaan taubat, agar kalian berdisiplin dalam segala jenis taubat.

g)      Allah merahasiakan lailatul qadar, agar kalian bersungguh-sungguh dalam setiap malam Ramadhan.

h)      Allah merahasiakan kematian, agar kalian takut (bersiap-siap selalu)


 وَثَانِيهَا: كَأَنَّهُ تَعَالَى يَقُولُ: لَوْ عَيَّنْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، وَأَنَا عَالِمٌ بِتَجَاسُرِكُمْ عَلَى الْمَعْصِيَةِ، فَرُبَّمَا دَعَتْكَ الشَّهْوَةُ فِي/ تِلْكَ اللَّيْلَةِ إِلَى الْمَعْصِيَةِ، فَوَقَعْتَ فِي الذَّنْبِ، فَكَانَتْ مَعْصِيَتُكَ مَعَ عِلْمِكَ أَشَدَّ مِنْ مَعْصِيَتِكَ لَا مَعَ عِلْمِكَ، فَلِهَذَا السَّبَبِ أَخْفَيْتُهَا عَلَيْكَ.

Kedua: Seolah Allah berfirman: “Jika Aku tentukan Lailatul Qadar, dan Aku tahu kalian akan bermaksiat, mungkin kalian tergoda melakukan maksiat pada malam itu, dan engkau tahu maksiat dengan ilmu lebih berat disisi Allah daripada melakukan maksiat tidak dengan ilmu.

أَنِّي أَخْفَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ حَتَّى يَجْتَهِدَ الْمُكَلَّفُ فِي طَلَبِهَا، فَيَكْتَسِبَ ثَوَابَ الِاجْتِهَادِ

Ketiga:  Aku rahasiakan Lailatul Qadar, agar kalian bersungguh-sungguh dan meski kalian tak menjumpainya, kalian mendapatkan pahala sungguh-sungguh ibadah.

أَنَّ الْعَبْدَ إِذَا لَمْ يَتَيَقَّنْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، فَإِنَّهُ يَجْتَهِدُ فِي الطَّاعَةِ فِي جميع ليالي رَمَضَانَ، عَلَى رَجَاءِ أَنَّهُ رُبَّمَا كَانَتْ هَذِهِ اللَّيْلَةُ هِيَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، فَيُبَاهِي اللَّهُ تَعَالَى بِهِمْ مَلَائِكَتَهُ، وَيَقُولُ: كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِيهِمْ يُفْسِدُونَ وَيَسْفِكُونَ الدِّمَاءَ فَهَذَا جِدُّهُ وَاجْتِهَادُهُ فِي اللَّيْلَةِ الْمَظْنُونَةِ، فَكَيْفَ لَوْ جَعَلْتُهَا مَعْلُومَةً لَهُ! فَحِينَئِذٍ يَظْهَرُ سِرُّ قَوْلِهِ: إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ [الْبَقَرَةِ: 30] .

Keempat: Seorang hamba yang tidak tahu kepastian malam al qadar, ia bersungguh-sungguh setiap malam, dengan harapan siapa tahu salah satunya malam Al Qadar, lalu Allah membanggakan mereka dihadapan malaikat,”Wahai malaikat, kalian yang berkata, manusia diciptakan hanya akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah, lihatlah mereka bersungguh-sungguh meski tidak aku beritahu Malam Al Qadar, bagaimana jika Aku beritahu mereka? Itulah rahasia firman Allah,”Aku (Allah) Lebih tahu apa-apa yang kalian tidak ketahui” (QS.2:30) (Tafsir Al Kabir, 32/229

====

20 Ramadhan 1443 H/2022

Menjelang Ifthar

Fauzan Sugiyono, Lc M.Ag

(ICMI Depok)

Minggu, 18 Juli 2021

MENGAPA NABI IBRAHIM DIGELARI KHALILULLAH?

  



Khalilullah adalah kekasih Allah, orang yang mencintai Allah dan iapun dicintai Allah. Dialah sosok Nabi Ibrahim alaihissalam diabadikan Al-Qur’an sebagai Khalilullah, seperti termaktub dalam firman Allah:

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya). (QS. An Nisa:125)

Fakhruddin Ar Razy (606 H) dalam tafsirnya menyebutkan beberapa alasan penyebutan KHALILULLAH kepada nabi Ibrahim Alaihissalam, diantaranya:

  • Nabi Ibrahim menjadi teladan dalam akhlak dan perjalanan hidupnya, karena menjadi Uswatun Hasanah (QS. Al Mumtahanah:4) dan menjadi imam teladan dalam hidup yg mempraktekkan ajaran Allah (QS. Al Baqarah:124

  •  Khalil memiliki makna puncak kecintaan (ghayatul mahabbah) karena nabi Ibrahim mencintai Allah dalam setiap urusan hidupnya sampai hal-hal yang rahasiapun ia tetap mencintai Allah, disbanding yang lainnya

  •  Allah berkehendak agar nabi Ibrahim memiliki kebaikan dan manfaat  yang banyak untuk umatnya. Dengan  berdakwah berulang kali kepada kaumnya, agar meninggalkan penyembahan berhala, bintang, bulan dan matahari. Hingga Allah memberikan kabar gembira bahwa akan diutus para nabi dari keturunannya (Ismail, Ishak, Ya’kub, Yusuf hingga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dari jalur Nabi Ismail). Karena kekasih akan memberikan kebaikan dan manfaat yang banyak untuk yang dikasihinya

  • Khalilullah artinya memiliki ketaatan yang paripurna, tidak ada pembangkangan baik lahir maupun bathin. (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Baqarah:131)

  • Konon gelar Khalilullah karena kisah raja Namrud yang membagi-bagi makanan kepada semua penduduk negerinya, terkecuali nabi Ibrahim, karena nabi Ibrahim mengajak Namrud untuk menyembah Allah namun ditolak mentah-mentah dan marah, akhirnya Ibrahim tak diberikan makanan, lalu nabi Ibrahim tak ingin pulang kerumah dengan tangan kosong, ia isi kantong itu dengan pasir, sesampainya dirumah karena kelelahan, iapun tertidur. Ketika bangun, ia melihat istrinya sedang memasak, lalu ia bertanya,” Dari manakah makanan ini?” Istrinya menjawab.”Dari kantung yang kau taruh” lalu Ibrahim menjawab, “Itu dari kekasihku (khalili) Allah.

  • Nabi Ibrahim pernah didatangi malaikat, dalam wujud seorang laki-laki, kemudian dia berzikir kepada Allah dengan suara yang merdu dan menyentuh hati. Ibrahim kemudian berkata, “Sebutlah Nama Allah sekali lagi.” Malaikat itu menjawab, “Aku tidak akan melakukannya secara cuma-cuma.” Ibrahim membalas, “Aku akan memberikan semua hartaku padamu.” Malaikat kemudian berdzikir dengan suara yang lebih merdu dari suara sebelumnya. Ibrahim kembali berkata, “Sebutlah Allah sekali lagi, engkau akan mendapatkan putraku.” Malaikat kemudian menjelaskan, “Berbahagialah wahai Ibrahim, sesungguhnya aku adalah Malaikat, aku tidak membutuhkan harta dan anakmu, aku hanya ingin mengujimu. Karena kesediaan Ibrahim untuk menyerahkan seluruh harta dan anak demi untuk mendengar nama Allah disebut, Allah kemudian menjadikan Ibrahim sebagai khalil.

  •   Nabi Ibrahim gemar menjamu tamu, saat Malaikat Jibril bersama malaikat lain bertamu kepadanya dalam wujud anak kecil yang tampan,  lalu disembelihkanlah anak sapi yang gemuk seraya berkata,” Makanlah dengan menyebut nama Allah diawal, dan hamdallah diakhir makanmu”. Lalu malaikat Jibril berkata,”Engkau Khalilullah”.

 

والله علم

 

Sumber: Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, Fakhruddi Ar Razy, Beirut: Dar Ihya Turats, 1420, 11/231

 

=====

#Khalilullah

 

Depok, 9 Dzulhijjah 1442H

Fauzan Sugiyono, Lc M.Ag

Sabtu, 20 Februari 2021

NIATLAH YANG IKHLAS, AGAR WAFATMU HUSNUL KHATIMAH



Beragam aktifitas manusia di dunia nyaris tak bisa terungkap dengan tulisan. Ada yang baik, terus berusaha baik. Ada pula yang tenggelam dalam keburukan, dosa dan maksiat, asik menikmati, sampai ajal tiba-tiba menjemput tak sadar.

Awali Amal Dengan Niat 

Syekh Abdul Qadir Al Jailany (w560 H) dalam Kitab Al-Fathur Rabbani menyebutkan, orang yang bertakwa dalam ibadahnya tidak memaksakan diri, karena apa yang dilakukan lahiriahnya, sama seperti bathinya:

التقي لا يتكلف عبادة الحق لأنها صارت طبعه, فهو يعبد الله بظاهره وباطنه من غير التكلف

“Orang bertakwa tidak memaksakan diri dalam ibadah dan kebenaran, karena sudah menjadi kebiasaannya, ia beribadah secara lahir dan bathin tanpa memaksakan diri” (Kitab Al Fathur Rabbani Wal FaidhuRahmani, hal 45)

Rasulullah bersabda:

 إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Setiap amal tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan dibalas sesuai apa yang diniatkannya (HR. Bukhari Muslim)

Barangsapa yang beramal dengan niat karena Allah, maka Allah akan membalasnya dengan kebaikan dan pahala, namun barangsiapa yang beramal bukan karena Allah, maha ia tak akan mendapatkan balasan apapun disisi Allah, kosong percuma.

Wanita Pezina yang diampuni dosanya

Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:

غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah” (HR. Al Bukhari no.3321, Muslim no.2245).

Pelajaran dari hadits diatas adalah:

  • Jangan menjustifikasi nasib orang sekarang sebelum tahu akhir hayatnya
  • Jangan sombong dengan ketakwaan diri sendiri dan merendahkan para pendosa, mereka adalah objek untuk taubat dan memperbaiki diri bukan dihakimi.
  • Allah Maha mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya
  • Namun jangan salah kaprah juga, dengan mengatakan tidak apa apa berbuat maksiat asal terus berbuat baik kepada manusia, tanpa ada keinginan taubat.

 

Pentingnya akhir yang baik

Rasulullah bersabda:

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Nilai amal ada di penghujungnya (HR. Ibnu Hibban, Ahmad)

Akhir hayat adalah sebuah misteri bagi siapa saja, karena mutlak milik Allah, manusia hanya berdoa dan berharap agar finish dalam hidup ini husnul khatimah. Karena hati adalah milik Allah, Dia yang Maha Kuasa untuk membolak balikkannya. Berdoalah selalu agar kita di luruskan dalam agama hingga akhir.

 

Kisah Hafizh Qur’an yang Murtad

Imam Ibnu Katsir mengisahkan kejadian dalam kitabnya Al Bidayah Wa Nihayah, J 11 h 64)

Tentang seorang tabiin yang bernama Abdah bin Abdurrahim, meski terdapat perselisihan pendapat dengan Ibnul Jauzy, tentang sosok yang diceritakan.  Saat seorang yang hafiz quran terpedaya oleh kecantikan wanita Nasrani Romawi. Wanita itu yang akhirnya menyebabkan sang hafiz qur’an murtad. Sampai ketika kaum muslimin menemuinya, “apa yang tersisa dari hafalannmu? Sang hafizh itu menjawab:

 


رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ

“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”

 

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. Al Hijr: 2-3).

 

Hikmahnya:

·         Jangan terlena dan jangan takabur dengan apa yang dimiliki.

·         Selalu berdoa agar wafat husnul Khatimah

 

======

Jumat yang gendung, 19/02/2021

Abu Nawa, Lc

 


Senin, 15 Februari 2021

TAFSIR SURAT AL MULK AYAT 19 (BAG.10)

 



DESKRIPSI KEKUASAAN ALLAH

PADA SEEKOR BURUNG

 

 NASH AYAT

 

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ (19)

 

·         Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS.Al Mulk: 19)

 

TINJAUAN BAHASA

 

الطَّيْرِ

Burung

 

صَافَّاتٍ

Mengepakkan sayap

 

وَيَقْبِضْنَ

 

Mengatupkan sayap

 

 

PESAN TERSIRAT DALAM AYAT

 

Burung-burung yang mengepakkan sayapnya, tiada yang menahan atau melepaskan kepakan sayapnya melainkan Ar Rahman, sedangkan orang-orang musyrik mengikari keberadaan Ar Rahman, mereka tak menyadari bahwa mereka hidup dalam naungan Allah yang Maha Rahman. Kasih sayang Allah begitu jelas, nampak nyata. Pada ayat ini Allah kekuasaan Allah terlihat pada burung yang terbang dengan mengepakkan sayap-Nya, kepakan yang teratur, terarah, tidak pernah saling bertabrakan antara satu sayap dan lainnya. Namun mengapa masih saja ada orang yang enggan menyembah Allah? Padahal jika mereka mau berfikir pada proses terbangnya seekor burung niscaya disana terdapat tanda-tanda Allah Maha Pengasih dan Penyayang. ( Al Jazairi, Aisar Tafasir, 401)

 

 

Dalam ayat lain Allah berfirman:

أَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Tidakkah mereka mengamati burung yang terbang di angkasa, Allah lah yang mengendalikannya. Di balik itu ada tanda-tanda kekuasaanNya bagi orang-orang yang beriman (QS.An-Nahl:79).

 

Kedua ayat berbeda diatas sama-sama berbicara tentang binatang ciptaan Allah yaitu burung      ( الطَّيرُ)

 

Ayat diatas juga menggunakan ungkapan yang sama yaitu

   أَوَلَمْ يَرَوْا

( tidakkah mereka melihat) 

 

Melihat disini sebenarnya bukan hanya memperhatikan, namun lebih dari itu memperhatikan, meneliti dan mengambil hikmah dari penciptaan Allah atas makhluk-Nya. “ Melihat” Sebuah ungkapan jelas yang menunjukkan bahwa setiap orang bisa melihat fisik burung, anatomi dan keindahan bulu maupun suaranya. Apalagi para kolektor burung piaraan yang berharga sangat fantastis.  Juga saat seekor burung terbang diangkasa dengan cepat, meluncur deras, menerkam mangsanya,  seolah tak terpengaruh dengan gaya gravitasi bumi, sangat cepat dan lihai.

 

Hikmahnya adalah ada sebuah kekuatan Maha Besar  Pengatur pergerakan burung-burung tersebut, yang terbang  tinggi di angkasa, mengatur keseimbangannya sehingga bisa tetap melayang diudara tidak jatuh. Siapakah yang mengatur itu semua? Jawabnya adalah Allah Subhanahu wa taala.

 

Karena Allah Yang Maha Mengetahui bagaimana menciptakan Makhluk dan bagaimana mengaturnya (Tafsir An Nasafi, 3/515)

 

Seolah Allah juga ingin menggambarkan, sebagaimana Dia bisa membuat keadaan burung di udara sesuai dengan keinginan-Nya, seperti juga Dia bisa mengazab kaum kafir atas pembangkangan mereka. ( Tafsir Jalalain,1/756)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 1 ( Bagian 2)

 


 

·         Nash Ayat

تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya segala kerajaan dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu ( QS. Al Mulk [67]:1)

 

·         Tinjauan Bahasa Arab

 

تَبَارَكَ

Kata tabarak berasal dari pola تفاعل ( ta-fa-a-la) berfungsi sebagai sighat mubalaghah           ( tingkat superlative ) . Tabarak, berpola ta-fa-a-la, berasal dari kata: Al Barakah maknanya banyak dan luas, Al Azhari berkata,” Tabaraka ta’ala berarti Maha Agung dan Maha Tinggi.   ( Tafsir Al Qurthubi, 7/223).

Sedangkan makna barakah adalah tumbuh dan berkembang ( Fathul Bayan,14/229)

 

Menurut  Az Jujaj kata barakah meiliki dua makna:

ü  Makna pertama, bertambahnya kebaikan

ü  Makna kedua, Maha Tingginya Allah dalam Dzat, Sifat dan perbuatan-Nya (  Tafsir Ar Razi, 24/428)

 

  PENDAPAT PARA ULAMA

 

·         Imam Al Qurthubi  menyebutkan dalam tafsirnya:

 

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: بِيَدِهِ الْمُلْكُ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُحْيِي وَيُمِيتُ، وَيُغْنِي وَيُفْقِرُ، وَيُعْطِي وَيَمْنَعُ. وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ: لَهُ مُلْكُ النُّبُوَّةِ الَّتِي أَعَزَّ بِهَا مَنِ اتَّبَعَهُ وَذَلَّ بِهَا مَنْ خَالَفَه

 Ibnu Abbas berkata,” Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan untuk memuliakan siapa saja yang dikehendaki dan merendahkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, Yang menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi kekayaan, Yang memberi kemiskinan, Yang memberi dan menahan, Berkata Ibnu Ishak,” Bagi Allah kekuasaan untuk mengutus kenabian, memuliakan pengikutnya dan menghinakan siapa yang mengingkari tentangnya”. ( Tafsir Al Qurthubi,18/306)

 

 

 

 

 

·         Syekh Wahbah Az Zuhaily berkata:

تَبارَكَ تعاظم وتعالى بالذات عن كل ما سواه، وكثير خيره وإنعامه، من البركة: وهي النماء والزيادة الحسية أو المعنوية. بِيَدِهِ الْمُلْكُ المالك المطلق وصاحب السلطان المتفرد، وبِيَدِهِ نؤمن باليد كما جاء على مراد الله، والظاهر من الآية هنا بيان قدرة الله وسلطانه ونفاذ تصرفه في ملكه

Tabaraka,  artinya keagungan Allah dalam Dzat-Nya atas makhluk lain, banyaknya kebaikan dan nikmat dari Allah, kata Tabaraka berasal dari kata barakah yang artinya tumbuh dan berkembang baik secara lahir maupun batin, di tangan Allahlah segala kekuasaan mutlak, Dia-lah pemilik kekuasaan tunggal. Dengan tangan-Nya lah kami beriman kepada Allah seperti  yang Allah maknakan dalam kata tangan. Secara lahiriyah ayat ini menjelaskan tentang ketetapan Allah dan  berlaku kekuasaan-Nya.

 

·         Imam As Syaukani berpendapat:

 

تَبَارَكَ: تَقَدَّسَ، وَصِيغَةُ التَّفَاعُلِ لِلْمُبَالَغَةِ، وَالْيَدُ مَجَازٌ عَنِ الْقُدْرَةِ وَالِاسْتِيلَاءِ، وَالْمُلْكُ: هُوَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَهُوَ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ، وَيَرْفَعُ مَنْ يَشَاءُ وَيَضَعُ مَنْ يَشَاءُ

Tabaraka, artinya Maha Suci, pola kalimat Ta-faa-ul, dalam bahasa Indonesia berfungsi  sebagai sighat mubalaghah ( superlative ). Makna tangan disini adalah bentuk majaz atas qudratnya Allah.

 Al Mulk adalah kekuasaan Allah yang meliputi langit dan bumi, dunia dan akherat, Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang dikehendaki-Nya. Mengangkat dan merendahkan siapa saja yang DIa kehendaki. ( Fathul Qadir,5/308)

 

·         An Nasafi dalam tafsirnya berpendapat:

Tabaraka maknanya adalah Allah Maha suci dan Maha Agung dari segala sifat-sifat makhluk, yang ditangan-Nya kekuasaan, yang meliputi semua makhluk-Nya, memberi kekuasaan  kepada siapa saja yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Dia maha Kuasa atas segala sesuatu, dari memberikan nikmat dan memberikan ancaman, Dia Maha Kuasa atas kesempurnaan. ( Tafsir Al Alusi, 3/510)

 

·         Sayyid Qutub berpendapat:

 

Ayat pertama dalam surat ini, merupakan terapi baru dalam meluruskan pemikiran antara wujud kebendaan dengan sang Penciptanya.  Pemikiran yang luas, menyeluruh, meretas batas bumi yang sempit, dan dunia yang terbatas kepada alam langit dan kehidupan akherat. Juga kepada makhluk ciptaan lain selain manusia di dunia seperti jin, burung-burung dan lainnya, dan alam akherat seperti neraka Jahannam dan seisinya, kepada alam ghaib selain alam kebendaan yang selalu mendekam dalam hati manusia  ( Fi Dzilalil Qur’an,6/3639)

 

 

 

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 16 (BAG. 9)

 


 

ALLAH  MAHA PEMBERI RASA AMAN

 

 

·         Nash Ayat

 

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا

فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)

 

“Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?

“Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan akan mengetahui bagaimana ( akibat mendustakan) peringatan-Ku “. (QS.Al Mulk:16-17)

 

·         Pendahuluan

Saat kita merasa takut ketahuilah bahwa ada tempat paling aman untuk berlindung dan bermohon pertolongan, Dia lah Allah Dzat Yang Maha Memberi Aman. Orang-orang mukmin akan selalu berinteraksi dengan sumber rasa Aman beribadah dan berharap hanya kepada-Nya,  Dia lah Allah. Sementara orang-orang kafir mereka akan menjauhi Allah, beralih kepada selain-Nya,  padahal Dia lah Allah Pemberi Aman. Tiada keamanan, kenyamanan, kedamaian dan keamanan hakiki melainkan dengan kembali kepada Allah dengan sebenarnya.

 

·         Tinjauan  Bahasa

 

أَأَمِنْتُمْ

Sudah amankah kamu

 

Pola istifham (pertanyaan) dalam ayat ini menunjukkan ungkapan “heran” bagi kaum yang masih saja merasa aman dari azab Allah meski mereka menyimpang dari perintah Allah dan membangkang. (Muhammad Sayid Thantawi,Tafsir Al Wasith,15/21)

 

أَنْ يَخْسِفَ

Ditelan, gempa

حَاصِبًا

Badai berbatu

 

·         Kandungan Ayat

 

Ayat ini merupakan pertanyaan yang Allah ajukan kepada orang-orang kafir yang mendustakan ayat ayat Allah bahwa mereka tak akan aman selama keingkaran masih bercokol di hati. Karena Allah yang Maha Memberi Aman, Dia juga yang Maha Menghilangkan Rasa Aman bagi orang-orang yang tak henti-hentinya mengerjakan larangan Allah, namun ingkar akan perintah-perintah-Nya. Mereka enggan mendengarkan peringatan yang di dakwahkan oleh para Rasul-Rasul-Nya. ( Tafsir At Thabari,23/513)

 

Balasan bagi orang-orang selalu ingkar kepada aturan Allah adalah kelak mereka akan merasakan pedihnya azab saat langit menurunkan hujan batu yang bergerak bak awan berarak ( Abu Ubaidah Ma’mar Bin Matsani Al Bashri, Majazul Qur’an, 3/262)

 

Juga seperti azab yang menimpa kaum nabi Luth yg menyimpang dari fitrah manusia dengan menyukai sesama jenis dengan ditimpakan badai bercampur batu dan kerikil. (Ghayatul Amani Fil Kalami  ar Rabani,1/200)


 Oleh:  Fauzan Sugiyono, Lc

Bersambung …..