إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ (1) وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِي دِينِ
اللَّهِ أَفْوَاجًا (2) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ
تَوَّابًا (3)
2.
Dan kamu lihat manusia
masuk agama Allah dengan berbondong-bondong,
3.
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun
kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.
A. Identifikasi
Surat
·
Termasuk Madaniyah
·
Urutan surat 110
·
Dinamakan juga surat Al Fath (Kemenangan) dan juga
surat At Taudhi’ (Perpisahan)
·
Jumlah ayatnya ada 3 dan 23 kata serta 70 huruf [1]
·
Menurut An Nasai dari Ubaidillah bin Abdullah bin Utaibah,
surat An Nasr merupakan surat terakhir yang diturunkan Allah.
·
Turun setelah surat At Taubah
·
Waktu turun surat ini ada 2 pendapat:
o
Sebelum Fathu Makkah, dan merupakan janji Allah
seperti tercantum dalam firman-Nya:
إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرادُّكَ إِلى مَعادٍ
Sesungguhnya
yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al Quran, benar-benar akan
mengembalikan kamu ke tempat kembali QS. (Al Qashash[28]: 85)
o
Setelah Fathu Makkah terjadi tahun 8 Hijriyah pada bulan Ramadhan, kemudian
surat ini turun pada tahun 10 hijriyah. Dimana 70 hari setelah surat ini turun,
Rasulullah wafat. Dan mayoritas Ulama berpendapat dengan hal ini.
·
Menurut Syekh Wahbah Az Zuhaily surat ini dinamakan
surat An-Nashr, karena dimulai dengan kata:
إِذَا جَاءَ نَصْرُ
اللَّهِ وَالْفَتْحُ
Menyatakan tentang peristiwa Fathu Makkah Al Mukarramah[2].
B. Sebab TuruN Surat
Imam Asy Syaukani
menyebutkan dalam Tafsirnya:
Surat ini turun di
Madinah, seperti riwayat yang bersumber dari Abi Syaibah,
هَذِهِ
السُّورَةُ نَزَلَتْ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَوْسَطَ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ بِمِنًى، وَهُوَ فِي حَجَّةِ الْوَدَاعِ إِذا جاءَ
نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ حَتَّى خَتَمَهَا فَعَرَفَ رسول الله صلى الله عليه
وسلم أنها الْوَدَاعُ
Surat ini turun atas Nabi Muhammad
Shalallahu alaihi wasallam pertengahan hari tasyriq di Mina, saat beliau
melaksanakan haji wada’, Jika datang pertolongan Allah dan kemenangan hingga
selesia, dan Rasulullah mengetahui akan saat perpisahan.[3]
Imam Al Bukhari dalam kitab Shahihnya
menyebutkan tentang sebab turun surat An Nasr:
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ
إِسْمَاعِيلَ، حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ، عَنْ أَبِي بِشْرٍ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ
جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ أَشْيَاخِ
بَدْرٍ فَكَأَنَّ بَعْضَهُمْ وَجَدَ فِي نَفْسِهِ، فَقَالَ: لِمَ تُدْخِلُ هَذَا
مَعَنَا وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ، فَقَالَ عُمَرُ: إِنَّهُ مَنْ قَدْ
عَلِمْتُمْ، فَدَعَاهُ ذَاتَ يَوْمٍ فَأَدْخَلَهُ مَعَهُمْ، فَمَا رُئِيتُ أَنَّهُ
دَعَانِي يَوْمَئِذٍ إِلَّا لِيُرِيَهُمْ، قَالَ: مَا تَقُولُونَ فِي قَوْلِ
اللَّهِ تَعَالَى: {إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ} ؟ فَقَالَ بَعْضُهُمْ:
أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ إِذَا نُصِرْنَا، وَفُتِحَ
عَلَيْنَا، وَسَكَتَ بَعْضُهُمْ فَلَمْ يَقُلْ شَيْئًا، فَقَالَ لِي: أَكَذَاكَ
تَقُولُ يَا ابْنَ عَبَّاسٍ؟ فَقُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَمَا تَقُولُ؟ قُلْتُ: «هُوَ
أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَعْلَمَهُ لَهُ»، قَالَ:
{إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ} «وَذَلِكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ»،
{فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا} فَقَالَ عُمَرُ: «مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلَّا
مَا تَقُولُ»
Telah menceritakan
Musa bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Abi Bisyr dari
Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Umar memasukkanku bersama
tokoh-tokoh senior Perang Badar, timbul tanda tanya pada sebagian mereka,”Mengapa
engkau memasukkan anak ini, kamipun punya anak sepertinya, lalu Umar berkata,”Sesungguhnya
ia seperti yang kalian telah ketahui, lalu Umar memanggilnya pada suatu hari
dan memasukkannya bersama mereka, aku tidak melihat melainkan Umar ingin
menunjukkanku kepada mereka. Lalu Umar berkata,”Apa pendapat kalian tentang
firman Allah:
{إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ}
Sebagian mereka berkata,”Kita
diperintahkan untuk memuji Allah, memohon ampun kepada-Nya, jika Dia
memenangkan kita, membukakan kemenangan untuk kita. Dan sebagian lagi terdiam
tak berkata sedikitpun”. Lalu Umar berkata kepadaku,’Begitukan maknanya wahai
Ibnu Abbas?”. Aku berkata,”Bukan”. Umar berkata,” Lalu apa pendapatmu,”Menurutku
Itu adalah ajalnya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam,”.
{إِذَا
جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالفَتْحُ}
Itu adalah tanda ajalnya, lalu Umar
berkata, “Tak ada yang lebih tahu melainkan seperti apa yang kau katakan”. (HR.
Bukhari, No. 4970)
Ibnu Hajar Al Asqalani menyebutkan, bahwa salah satu kebiasaan Umar
bin Khattab adalah memasukkan orang yang diangga memiliki keistimewaan dalam
sebuah majelis sebagai penghormatan.
كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِي مَعَ
أَشْيَاخِ بَدْرٍ أَيْ مَنْ شَهِدَ بَدْرًا مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَكَانَتْ عَادَةُ عُمَرَ إِذَا جَلَسَ لِلنَّاسِ أَنْ يَدْخُلُوا عَلَيْهِ عَلَى
قَدْرِ مَنَازِلِهِمْ فِي السَّابِقَةِ وَكَانَ رُبَّمَا أَدْخَلَ مَعَ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ مَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ إِذَا كَانَ فِيهِ مَزِيَّةً
Umar
memasukkanku bersama Syaikh Badr, yaitu dari kalangan Muhajirin dan Anshar,
yang turut dalam perang Badar, karena kebiasaan Umar dalam majelis, ia
memasukkan seseorang yang memiliki kedudukan, terkadang ia memasukkan
orang-orang bersama penduduk Madinah meski bukan dari orang Madinah jika orang
tersebut memiliki keistimewaan”.[4]
C. Kandungan Umum
Surat
·
Surat ini merupakan bisyarah (kabar gembira) dari
Rasulullah Shalalahu alaihi wasallam, bahwa kelak agama Islam akan tersebar
luas, manusia akan berbondong-bondong masuk kedalamnya. Ditandai dengan
peristiwa Fathu Makkah.
·
Perintah untuk senantiasa mensucikan Allah dengan
bertasbih, memuji Allah, bersyukur dan memohon ampunan dalam kehidupan
sehari-hari.
والله أعلم
Diringkas Oleh
Al Faqir Ilallah
Fauzan
Sugiyono, Lc, M.Ag