Selasa, 30 Juli 2013

Akhirnya Militer AS Buka Suara



Washington - Menteri Pertahanan Amerika Serikat Chuck Hagel pada Selasa menyeru lagi militer Mesir untuk menahan diri dalam menghadapi aksi-aksi unjuk rasa.

Hagel berbicara kepada Jenderal Abdel Fattah al-Sisi melalui telepon setelah Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengadakan kunjungan pertama untuk bertemu dan berbicara dengan presiden terguling Mesir Mohammad Moursi.

Hagel berbicara dengan al-Sisi "untuk membahas situasi keamanan di Mesir dan mendesak pasukan keamanan Mesir menahan diri dalam mengatasi protes-protes," kata juru bicara Pentagon George Little.

Keduanya berbicara tentang kunjungan Ashton dan "perlunya bagi sautu proses rekonsiliasi inklusif," kata Little.

AS telah berulang-ulang mendesak militer Mesir menahan diri sejak penggulingan Moursi pada 3 Juli. Moursi adalah presiden pertama Mesir yang terpilih secara demokratis.

Tetapi AS telah menolak menggunakan istilah kudeta dilakukan oleh militer Mes miliir bahkan setelah pembunuhan 82 orang dalamunjuk rasa pro-Moursi pada Sabtu. AS akan memutuskan bantuannya jika menyatakan militer Mesir melakukan kudeta.

Dari Kairo dilaporkan Ashton pada Selasa bertemu dengan Moursi di satu lokasi yang tak disebutkan.

Presiden terguling itu dalam keadaan sehat dan memiliki akses untuk memperoleh berita, kata dia.

"Moursi dalam keadaan sehat," kata Ashton kepada wartawan, seraya menambahkan dia memiliki akses untuk mendapatkan surat kabar dan menonton televisi, dan melukiskan pembicaraan mereka "bersahabat, terbuka dan sangat terus terang."

Dia mengadakan pembicaraan dua jam dengan Moursi Selasa dinihari, dengan sumber-sumber mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP, dia bertolak dari Kairo dengan helikopter militer.

Dia menolak mengatakan di mana Moursi ditahan atau menyebutkan komentar-komentarnya kepada dia. Antaranews

Mesir, Suriah, Libanon Dan Palestina Takkan Berakhir Dalam Waktu Singkat



Nazaret – Menteri Keamanan penjajah Zionis Jenderal Moshe Ya’alon mengatakan, ketidak setabilan di Mesir menuntut ‘Israel’ untuk tetap terbangun. Karena, menurutnya, peristiwa-peristiwa di Mesir, Suriah dan Libanon adalah peristiwa bersejatah yang harus difahami secara mendalam dan tidak akan berakhir dalam waktu dekat. 

Ya’alon menambahkan bahwa di Mesir ada revolusi dan revolusi yang tandingan. Bahwa keadaan tidak stabil yang tidak mungkin diketahui akhir kesudahannya mengharuskan militer Zionis tetap terbangun dari dua sisi intelijen dan spionase. Ini juga mengharuskan level politik. 

Mengenai apa yang terjadi di Suriah, Ya’alon mengatakan bahwa di sana ada perang saudara yang sampai saat ini sudah mengakibatkan sekitar 100 ribu orang meninggal. “Saya tidak tahu bagaimana perang ini akan berakhir,” ungkapnya. Dia menegaskan bahwa perang ini telah melintasi perbatasan ke Libanon. 

Ya’alon mengklaim bahwa ‘Israel’ tidak ikut sampur dalam peristiwa yang terjadi di negara-negara tersebut. Dia menyatakan bahwa apa yang terjadi adalah peristiwa sejarah yang memiliki orgensi besar tidak akan selesai dalam waktu dekat.  Infopalestina.com


Shalat Jumat di Bulan Suci, Ribuan Jamaah Padati Al Aqsa



YERUSSALEM--Sekitar 80 ribu jamaah memenuhi Masjid Al Aqsa guna  melakukan shalat Jumat pertama di bulan suci. Berbarengan dengan itu, lebih dari tiga ribu polisi Israel mengawasi shalat Jumat tersebut.

Seperti dikutip arabnews, Sabtu (13/7), polisi Israel melakukan pembatasan jamaah yang memasuki masjid Al Aqsa. Mereka yang boleh masuk minimal berusia 40 tahun. Namun, pembatasan itu tidak menghalangi antusiasme Muslim memakmurkan Masjid Al Aqsa.

Di luar pelaksanaan shalat Jumat, sejumlah wanita menggelar aksi damai dengan mengibarkan bendera Palestina dan Mesir. Mereka menolak kudeta yang dilakukan militer Mesir pada presiden Mursi. Republika.co.id






Eropa Berniat Damaikan Mesir



KAIRO -- Konflik perpecahan berdarah di Mesir menemui titik terang setelah kedatangan juru damai dari Uni Eropa (UE), Catherine Ashton. Kedua pihak yang bertikai telah bersepakat untuk menghindari kekerasan.

Perdamaian ini, kata Ashton, merupakan kesimpulan pertemuannya dengan pemimpin militer, oposisi, dan Ikhwanul Muslimin. "Dari semua pertemuan, kesimpulan yang saya ambil, tidak ada tempat bagi kekerasan dan demonstrasi yang berlangsung damai itu jauh lebih penting," katanya, Selasa (31/7).

Kepala Kebijakan Luar Negeri UE ini menegaskan, kehadirannya di Negeri Piramid itu untuk mendamaikan Mesir, bukan mendikte rakyat Mesir. Ashton merupakan satu-satunya tokoh internasional yang diterima semua pihak yang berseteru.

Pada hari pertamanya di Mesir, Senin (29/7), Ashton bertemu pemimpin militer Jenderal Abdul Fatah al-Sisi, Presiden interim Mesir Adly Mansur, dan pemimpin oposisi sekaligus Wakil Presiden interim Mesir Muhammad el-Baradei.

Pada Selasa, militer membawa Ashton menggunakan helikopter meninggalkan Kairo menuju tempat penahanan Mursi. Bagi Mursi, pertemuan dengan Ashton merupakan kontak pertamanya dengan dunia internasional setelah terguling pada Rabu (3/7).

Pada awal pertemuan, Ashton menyampaikan salam dari semua orang kepada Mursi. Mursi pun membalas salam itu. Setelah berbicara dua jam dengan Mursi, Ashton mengatakan, Mursi dalam kondisi sehat. Dia menolak menyampaikan isi pembicaraan dengan tokoh Ikhwanul Muslimin itu.

Ashton ingin memastikan kepada keluarga Mursi bahwa Mursi baik-baik saja. Mursi tidak buta informasi dan tetap memiliki akses pada media massa. Namun, aktivis Partai Buruh di Inggris ini tidak mengetahui di mana dia berada. Mursi dikabarkan menjalani penahanan di sebuah fasilitas militer.

Meski begitu, kondisi di lapangan belum menunjukkan adanya perdamaian. Ikhwanul Muslimin tetap menjalankan aksi dalam skala kecil, menolak rekonsiliasi, dan menyerukan demonstrasi, Selasa ini. Pemerintah juga tampak tak ingin berdamai dengan pihak Ikhwanul Muslimin dan akan menegakkan hukum kepada kelompok yang mengganggu.

Delegasi Ikhwanul Muslimin, Ali Bishr, mengatakan, pertemuan Ashton bersama kelompok pendukung Mursi tidak menuntut harapan. Ali menegaskan, gagasan rujuk tidak akan digubris jika militer tidak memulihkan kepemimpinan Mursi. Ikhwanul Muslimin mengingatkan rekonsiliasi bisa berjalan jika semua faksi setuju menempatkan Konstitusi 2012 sebagai dasar hukum yang sah.Republika.co.id

Presiden terguling Moursi "sehat", punya akses baca surat kabar



Kairo (ANTARA News) - Presiden terguling Mesir Mohammad Moursi dalam keadaan sehat dan memiliki akses untuk memperoleh berita, kata Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton pada Selasa setelah bertemu dengannya di satu lokasi yang tak disebutkan.

"Moursi dalam keadaan sehat," kata Ashton kepada wartawan, seraya menambahkan dia memiliki akses untuk mendapatkan surat kabar dan menonton televisi, dan melukiskan pembicaraan mereka "bersahabat, terbuka dan sangat terus terang."

Dia mengadakan pembicaraan dua jam dengan Moursi Selasa dinihari, dengan sumber-sumber mengatakan kepada kantor berita Prancis AFP dia bertolak dari Kairo dengan helikopter militer.

Dia menolak mengatakan di mana Moursi ditahan atau menyebutkan komentar-komentarnya kepada dia.

Ashton tiba di Kairo pada Ahad malam untuk mengadakan pertemuan-pertemuan yang jadwalnya ketat dengan para pejabat pemerintah Mesir dan para wakil oposisi.

Kunjungan dia terjadi beberapa hari setelah kekerasan yang merenggut 82 jiwa di pihak pengunjuk rasa pro-Moursi di Kairo pada Sabtu pagi.

Dia mendesak daikhirinya pertumpahan darah dan transisi politik yang akan mencakup organisasi Ikhwanul Muslimin yang jadi organisasi asal Moursi.

Tetapi Ashton mengatakan Selasa bahwa dia di Mesir tak bermaksud mendesak masing-masing pihak untuk mengambil tindakan-tindakan khusus atau mengambil prakarsa.

"Saya di snini tidak meminta orang-orang melakukan sesuatu," kata dia, seraya menambahkan bahwa dia akan membantu menemukan "dasar sama" antara dua pihak.

"Saya tidak datang ke sini untuk mengatakan orang hendaknya berbuat ini, orang berbuat itu, ini negara Anda," kata dia. "Solusi untuk rakyat Mesir."

Sebelumnya Ashton mengatakan Uni Eropa akan meneruskan upaya penengahan guna mengakhiri kemelut di Mesir.

Ashton, yang berbicara di samping Wakil Presiden Sementara Mesir Mohamed El Baradei, mengatakan bahwa sejumlah diplomat Uni Eropa akan tetap berada di Mesir untuk melanjutkan upaya tersebut.