Jumat, 12 Juli 2013

Tiga Indikasi Kesuksesan


 
عن عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ : قُلْتُ : يَارَسُولَ اللهِ ، مَا النَّجَاةُ ؟ قَالَ : امْلِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ ، وَلْيَسَعْكَ بَيْتُكَ ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ.

“Dari Uqbah bin Amir, Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah kesuksesan itu?, Rasulullah bersabda: “ Jagalah lidahmu, lapangkanlah rumahmu, tangisilah dosa-dosamu.[1]

Rasulullah terkadang menjawab pertanyaan para sahabat dengan jawaban yang tidak langsung, ini sebagai pelajaran untuk mereka bahwa jawaban yang Rasulullah sebutkan kedudukannya lebih baik dari apa yang difikirkan oleh para sahabat.


Contoh:

Rasulullah ditanya oleh seorang Badui tentang kapan hari kiamat.

حديث أنس رضي الله عنه : ((أَنَّ رَجُلًا مِنْ أَهْلِ الْبَادِيَةِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَقَالَ : يَا رَسُولَ الله , مَتَى السَّاعَةُ قَائِمَةٌ ؟ قَالَ : وَيْلَكَ ! وَمَا أَعْدَدْتَ لَهَا ؟ قَالَ : مَا أَعْدَدْتُ لَهَا إِلَّا أَنِّي أُحِبُّ الله وَرَسُولَهُ , قَالَ : إِنَّكَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

Hadits Anas Radhiyallahu Anhu: Seseorang dari penduduk desa datang kepada Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam lalu berkata: “ Wahai Rasulullah, kapankah terjadinya hari kiamat.?, Rasulullah menjawab: “ Celakalah, Apa yang sudah kamu persiapkan untuk menghadapinya, orang itu berkata: “Aku tidak mempersiapkan selain aku mencintai Allah dan Rasulnya. Rasulullah bersabda: “ Kamu bersama orang yang kamu cintai “.[2]



TIGA INDIKASI KESUKSESAN

1.       Menjaga lidah

·         Setiap perkataan akan dihisab Allah

Lidah tak bertulang, begitu ungkapan orang. Terkadang kita mengucapkan perkataan yang tidak kita sadari benar atau salahnya, padahal semua itu akan di hisab oleh Allah.

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد) [ق: 18]

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. ( Qaf:18 )

Nabi ditanya tentang perkara yang paling banyak menyebabkan masuk neraka, beliau menjawab: mulut dan kemaluan ( Tirmidzi berkata ini hadits hasan Sahih )


·         Bicaralah dengan perkataan yang baik, atau diam.

وعن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: قال رسول الله -صلى الله عليه وسلم-: من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيرا أو ليصمت، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم جاره، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليكرم ضيفه رواه البخاري ومسلم.

Dari abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata benar atau diam, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya. [3]


Lurusnya lisan cermin lurusnya hati

وعن أنس بن مالك رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "لا يستقيمُ إيمانُ عبدٍ حتى يستقيمَ قلبُهُ، ولا يستقيمُ قلبُهُ حتى يستقيمَ لسانُـهُ، ولا يدخلُ الجنـةَ حتى يأمنَ جارُهُ بَوائقَهُ\".
[رواه أحمد، وابن أبي الدنيا في "الصمت"، وحسنه الألباني(

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,: Tidaklah lurus iman seorang hamba hingga lurus hatinya,dan tidak lurus hatinya hingga lurus lisannya, dan tidak akan masuk surge hingga tetangganya aman dari perilakunya. [4]


 Perkataan bisa mengundang Rahmat Allah atau laknat-Nya


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ، قَالَ:إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ ، عَزَّ وَجَلَّ ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً ، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ.أخرجه أحمد 2/334(8392) . والبُخاري (6478) .

Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berkata dengan perkataan yang mengundang keridhaan Allah Azza wa Jalla tanpa disadarinya Allah akan menganngkat derajatnya, dan seorang hamba berkata dengan perkataan yang mengundang murka Allah tanpa disadarinya hingga menyebabkannya masuk neraka Jahannam.[5]




2.       Perhatian kepada rumah tangga

·         Memilih jodoh terbaik

\"تنكح المرأة لأربع: لمالها، وحسبها، ولجمالها، ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك\" متفق عليه

·         Tarbiyah anggota keluarga dari istri dan anak-anak

عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ - رضى الله عنهما - أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ:كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، فَالإِمَامُ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالرَّجُلُ في أَهْلِهِ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ ، وَالْمَرْأَةُ في بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهْىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا ، وَالْخَادِمُ في مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ ، وَهْوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ.

Dari salim bin Abdillah, dari Abdillah bin Umar- radhiyallahuanhuma- dia mendengar Rasulullah – shalallahu alaihi wa sallam bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin atas yang dipimpinnya, imam adalah pemimpin, laki-laki dirumahnya pemimpin ia akan ditanya akan yang dipimpinnya, wanita dirumah suami adalah pemimpin atas yang dipimpinnya, penjaga harta tuannya adalah pemimpin ia akan ditanya tentang yang dipimpinnya. [6]


3.       Menangisi dosa-dosa

Tiga mata yang tidak akan diazab

عن معاوية بن حيدة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : \"ثلاثةٌ لا ترى أعينُهم النارَ: عينٌ حَرَسَت في سبيلِ اللهِ، وعينٌ بَكَت مِن خشيةِ اللهِ، وعينٌ كَفَّت عن مَحارمِ اللهِ

Dari Muawiyah bin Hidah – radhiyallahu anhu- berkata, bersabda Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, ada tiga mata yang tidak akan disiksa dari api neraka: mata yang terjaga di jalan Allah, mata yang menangis takut karena Allah, dan mata yang menutup dari apa yang diharamkan Allah.[7]



[1] HR. Ahmad 4/148 no 17467. Tirmidzi 2406, ia berkata hadits hasan, Albani mensahihkan no.888.
[2]  HR. Bukhari Muslim ( Sahih )
[3] HR. Bukhari Muslim
[4] HR. Ahmad, Ibnu Abi Dunya dalam kitab As Shamt, Al Bani menghasankan )
[5] ( HR. Ahmad 2/334 ( 8392 ) Bukhari no.6478.

[6] HR. Ahmad no.6026, Bukhari 2751, Muslim 4755
[7] HR. Thabrani, rawi tsiqat ( Al Bani Hasan lighairihi )

Kamis, 11 Juli 2013

Kendaraan Iman




Dikisahkan bahwa Ibrahim bin Adham  hendak melakukan perjalanan ke Baitullah. 

Tiba-tiba seorang  Arab Badui berseru dari atas onta yang di tungganginya dan bertanya: “ Wahai orang tua, hendak kemanakah engkau?”

Ibrahim bin Adham menjawab: “ Aku hendak ke Baitullah”. Arab Badui itu menyahut:” Engkau seperti orang gila wahai orang tua, aku tidak melihat kendaraan yang akan kau tunggangi dan perbekalan yang engkau siapkan, sedang perjalanan sangatlah jauh.

Ibrahim bin Adham berkata: “Sesungguhnya aku memiliki kendaraan, namun kamu tidak melihatnya.
Arab Badui itu berkata: “ Apa itu?”

Ibrahim bin Adham berkata: “ Jika aku ditimpa musibah aku akan mengendarai kendaraan SABAR, jika aku dikaruniai kenikmatan, aku akan mengendarai kendaraan SYUKUR, jika aku mendapatkan takdir  aku mengendarai kendaraan RIDHA, jika hawa nafsuku memerintahkan sesuatu, aku mengetahui bahwa sisa umurku lebih pendek dari  yang sudah berlalu.

Arab Badui itu berkata: “ Pergilah dengan izin Allah, engkau memang memiliki banyak kendaraan sedangkan aku hanya pejalan kaki.[1]




[1] Musthafa Murad, Alfu Qishatin wa Qisah, ( Mesir: Darul fajr At Turats 2012, ) hal 94

Taubat, Janganlah Ditunda !




Secara bahasa taubat adalah kembali kepada Allah setelah melakukan dosa dan kesalahan.jika berkaitan dengan hak Allah maka ada tiga syarat:
1.       Meninggalkan maksiat tersebut secara total
2.       Menyesali perbuatan
3.       Bertekad kuat untuk tidak terjerumus lagi kedalam dosa tersebut, sehingga bila salah satu dari ketiga syarat ini tidak terpenuhi maka taubatnya tidak sah.
Jika berkaitan dengan  manusia maka syarat diatas ditambah dengan mengembalikan hak manusia jika berupa harta, meminta maaf jika terkait kehormatan, jika tidak ada meminta agar dihalalkan.
Al Qur’an telah memerintahkan kita untuk bertaubat sesegera mungkin. Firman Allah:

﴿ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴾

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.[1]
Dalam ayat lain Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

“ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.[2]

Umar bin Khatab mengatakan:

التوبة النصوح أن يتوب من الذنب ، ثم لا يعود إليه ، كما لا يعود اللبن في الضرع

“ Taubat nasuha yaitu bertaubat dari dosa lalu tidak mengulanginya, seperti tidak kembalinya air susu ke sumbernya. 

Imam As Sa’di mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah memerintahkan hambanya untuk segera bertaubat dari dosa-dosa, yang akan dibalas dengan pengampunan, dimasukkan ke surga dan keberuntungan dan kemenangan. Sehingga mereka akan diberikan kesempurnaan cahaya di hari kiamat, ketika kaum munafik meminta kesempurnaan cahaya itu kepada Allah. Itulah pengaruh taubat.[3]

Firman Allah:

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.[4]

Imam At Thabari mneyebutkan bahwa yang pertama kali akan diangkat dari hati manusia adalah rasa khusyu” ( tenang ).[5]

Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa dosa dapat berakibat fatal bila pelakunya tidak segera bertaubat. Diantara akibat dosa adalah:[6]

1.       Tidak mendapatkan ilmu. Sebab ilmu itu adalah nur yang diberikan Allah ke suatu hati, sedangkan maksiat itu berfungsi mematikan nyala nur tersebut. Imam Malik pernah berkata kepada Imam Syafi'i muridnya: Sungguh aku telah melihat Allah memberikan nur ke hatimu, maka jangan engkau matikan dengan kemaksiatan.

2.       Kehilangan jatah rizkinya. Nabi bersabda: "Sungguh seseorang bisa tidak mendapatkan rizkinya sebab dosa yang dilakukannya." (HR. Ahmad dan Hakim dari Tsauban)

3.       Pelaku maksiat akan mengalami kegersangan jiwa terhadap Rabbnya. Dia akan kehilangan kelezatan ma'iyatillah, padahal hal ini tidak bisa dinilai dengan kenikmatan duniawi. Jika semua kelezatan duniawi disatukan tidak akan bisa mengobati kekeringan jiwa seseorang.

4.       Dia juga akan merasa buas dengan sesama, utamanya dengan para pelaku kebaikan. Semakin kuat rasa kebuasannya semakin jauh dia dengan manusia baik. 

5.       Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal. Kebalikannya, orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan way out dari segala urusannya. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang bertakwa kepada Allah, maka Allah menjadikan segala urusanya menjadi lebih mudah.

6.       Pendosa ini akan mendapati kegelapan hati. Ia merasakannya seperti saat berjalan pada malam kelam. Pertama kali akan tampak secara lahiriyah di matanya, lalu menjalar ke mukanya dan akhirnya akan diketahui oleh semua orang.
7.       Kemaksiatan bisa melemahkan badan dan hati seseorang. Maka dari itu, ia tidak memiliki keteguhan hati dan juga akan terlihat loyo saat kegentingan yang memerlukannya walau kelihatan tegap badan dan ototnya.
8.       Kehilangan ketaatan dan banyak pahala. Karena dengan dosa tersebut, ia terhalang untuk melakukan berbagai ketaatan. Padahal sebuah amal ketaatan itu jauh lebih baik daripada dunia seisinya.
9.       Kemaksiatan mengurangi jatah umur dan menghilangkan keberkahannya. Karena amal kebajikan itu menambah umur seseorang maka kemaksiatan (amal bejat) dapat mengurangi usia. Rahasianya, usia seseorang adalah waktu hidupnya. Sedangkan hidup tidak berarti kecuali dengan berbakti (beribadah) kepada Penciptanya, merasa nikmat dengan mencintai dan mengingatNya serta lebih mendahulukan ridhaNya.
10.   Kemaksiatan menumbuhkan benih-benih dosa. Sebagian ulama berkomentar: Termasuk balasan amal buruk (maksiat) adalah amal buruk berikutnya. Sedangkan balasan amal baik (hasanat) ialah amalan baik selanjutnya.
11.   Kemaksiatan melemahkan keinginan pelakunya. Karena maksiat itu akan menguatkan keinginan berbuat dosa dan melemahkan keinginan bertobat.
12.   Menganggap kemaksiatan sebagai hal yang biasa. Lalu lenyaplah rasa benci kepadanya dan bahkan berubah menjadi suatu tradisi. Pelakunya menjadi apatis tidak menghiraukan suara dan pandangan masyarakat.
13.   Kemaksiatan salah satu faktor jatuhnya di mata Tuhan dan masyarakatnya. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada lagi yang memuliakannya." (QS. Al-Hajj: 18)
14.   Kesialan akan menghantui pelakunya.
15.   Kemaksiatan mewariskan kehinaan. Karena kehormatan dan kemuliaan itu berada pada naungan taat kepada Allah. Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang menginginkan kemuliaan, sesungguhnya seluruh kemuliaan itu hanya milik Allah." (QS. Fathir: 10)
16.   Kemaksiatan merusak otak. Karena pikiran itu memiliki nur sedangkan maksiat fungsinya adalah memadamkan nur tersebut. Jika nur pikiran padam maka berkuranglah kebriliannya.
17.   Jika dosa-dosa banyak menumpuk, maka akan lengket di hati pelakunya dan menjadikannya orang yang lalai. Sebagian ulama menafsirkan ayat yang artinya: " ... " (QS. Al-Muthoffifin: 14) dengan: Dosa di atas dosa.
18.   Pelaku kemaksiatan masuk dalam rangkaian laknat rRasulullah  . Maka sungguh amat merugi manusia yang didoakan buruk oleh orang yang amat mustajab doanya.
19.   rDia juga kehilangan peluang untuk mendapatkan doa baik dari Rasulullah  dan para malaikat.
20.   Dosa dan kemaksiatan itu termasuk faktor utama dalam kerusakan bumi. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah tampak jelas kerusakan di daratan dan lautan sebab tingkah polah manusia (dengan dosanya) agar merasakan akibat tindakannya tersebut dan mau kembali." (QS. Ar-Rum: 11)
21.   Juga bisa mematikan api kecemburuan dalam hati. Padahal ghirah itu merupakan energi dan penawar hati. Manusia termulai adalah yang paling hebat kadar ghirahnya, utamanya pada diri sendiri , keluarga dan seluruh umat.
22.   Kemaksiatan bisa menghilangkan sifat malu. Malu merupakan inti kehidupan hati seseorang dan pangkal segala kebaikan. Jika hilang, maka ia kehilangan banyak hal. Nabi bersabda: "Rasa malu itu adalah kebaikan seluruhnya." (HR. Muslim)
23.   Demikian pula dapat melemahkan rasa pengagungan terhadap Allah dalam hati seseorang dan menghilangkan kewibawaanya di mata manusia. Karena termasuk balasan dari meremehkan Allah adalah dicabutnya kewibawaan di mata orang lain, baik ia rela atau tidak. Akhirnya ia tidak memiliki harga di mata mereka.
24.   Kemaksiatan termasuk salah satu faktor dilupakan Allah dan dibiarkan bergelimang dengan hawa nafsu dan setannya. Maka dari itu, kebinasaan dan kehancuran saja yang akan didapat. Allah berfirman yang artinya: " Waha orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah, hendaknya seseorang itu melihat apa yang telah dipersembahkan untuk esok dan sekali lagi bertakwalah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah Maha Tahu mengenai apa saja yang kalian kerjakan. Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah, maka Allah melupakan jiwa mereka. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (QS. Al-Hasyr: 18-19)
25.   Dosa dan maksiatu itu memperlemah jalan seseorang menuju Allah dan akhirat dan bahkan menyebabkannya terputus.
26.   Dosa-dosa itu juga bisa menyingkirkan nikmat dan mendatangkan bencana. Karena termasuk balasan buruk bagi pelakunya adalah menghilangkan kenimatan yang datang dan memutus aliran nikmat yang akan diterima. Oleh karenanya, seorang hamba selalu dalam kenikmatan selama tidak melanggar dosa dan tidak mendapati malapetakan melainkan karena dosa pula. Allah berfirman yang artinya: "... " (QS. Al-Anfal: 53) seorang penyair bersenandung:
Jika anda dalam kenikmatan maka peliharalah
karena kemaksiatan itu menghilangkan kenikmatan-kenikmatan
Hapuslah kemaksiatan tersebut dengan menaatiNya
karena siksa dan ancamanNya amatlah cepat
27.   Sebab kemaksiatan, Allah menimpakan ketakutan dan rasa kecut di hati pelakunya. Karena ketaatan itu adalah benteng Allah yang agung, siapa saja yang memasukinya akan mendapati jaminan keamanan dari siksa dunia dan akhirat. Sedangkan pelaku kemaksiatan tidak terlihat kecuali dalam kondisi penuh ketakutan dan kehawatiran, sebab dihantui perasaan dosanya terus menerus.
28.   Kemaksiatan itu membelokkan hati seseorang dari komitmen dan konsisten kepada inhiraf (melenceng) dan sakit. Sungguh, pengaruh hati itu amat besar seperti sakit atas badan seseorang. Bahkan dosa-dosa itu pada hakikatnya adalah penyakit hati yang hanya bisa sembuh dengan meninggalkannya.
29.   Kemaksiatan itu mematikan mata hati, meredupkan cahayanya, menutup jalan ilmu dan menghalangi pintu hidayah.
30.   Kemaksiatan mengkerdilakan jiwa dan menjadikannya hina dina. Sebaliknya amal taat mengembangkan jiwa, membersihkan dan membesarkannya. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah berbahagia orang yang ..." (QS. As-Syams: 9-10)
31.   Dosa juga menjatuhkan kedudukan seseorang di sisi Allah dan di mata manusia. Karena orang termulia di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa, sedangkan yang paling dekat denganNya ialah orang yang paling taat kepadaNya.
32.   Kemaksiatan merampas nama terpuji dan kemuliaan. Maka ia kehilangan predikat mukmin, pelaku kebaikan dan orang yang bertaqwa. Tapi mendapatkan predikat pendurhaka, fasik, penzina, pemabok dll.
33.   Kemaksiatan memutus tali hubungan seseorang dengan Rabbnya. Jika hal itu terputus, maka terputuslah aliran kebaikan dan hanya menemui semua faktor keburukan.
34.   Kemaksiatan menghapuskan keberkahan-keberkahan, baik keberkahan umur, rizki, ilmu, pekerjaan dan ketaatan. Secara keseluruhan menghilangkan keberkahan agami dan duniawi.
35.   Kemaksiatan menjadikan pelakunya hina dina. Padahal memiliki peluang menjadi lebih terhormat. Nabi bersabda: "Aku diutus dihadapan hari Kiamat. Rzkiku berada di bawah tombakku dan ditimpakan orang yang tidak menaatiku kehinaan dan kekerdilan." (HR. Ahmad dari Abdullah bin Amr)
36.   Kemaksiatan menarik makhluk lain untuk lebih berani kepada pelakunya. Maka dari itu, setan lebih berani menimpakan penyakit, kesesatan, waswas, kesedihan dan kesusahan. Demikian pula setan manusia dan hewan lain.
37.   Kemaksiatan itu menghianati pelakunya dalam hal yang amat diperlukannya. Baik itu dalam mendapatkan ilmu, lebih mementingkan sesuatu yang remeh daripada yang lebih mulia.
38.   Maksiat bisa menjadikan lupa pelakunya terhadap dirinya sendiri. Jika ia melupakannya maka akan menyia-nyiakan, merusakkan dan menghancurkannya. Allah berfirman yang artinya: " Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19). Juga dalam ayat: "Mereka lupa Allah, maka Allah lupa mereka." (At-Taubah: 67)
39.   Maksiat menjauhkan diri pelakunya dari para penolongnya. Maka ia akan lebih dekat kepada setan.
40.   Termasuk efek maksiat adalah kehidupan sulit di dunia, kubur dan siksa pedih di akhirat. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja yang berpaling dari mengingatKu, maka sungguh ia akan menemui kehidupan susah." (Thoha: 124)




[1] An Nur: 31
[2] At Tahrim: 8
[3] Abdurrahman Nashir As Sa’di, Taysir Karim Ar Rahman Fi Tafsir Kalamil Mannan w 1376 H,    ( Muasasah Risalah 1420H) juz 1 hal 874.
[4] Al Hadid:16
[5] At Thabari,
[6] Ibnul Qayyim Al Jauziyah, Ad Daa Wa Ad Dawaa