Secara bahasa taubat adalah kembali kepada Allah setelah
melakukan dosa dan kesalahan.jika berkaitan dengan hak Allah maka ada tiga
syarat:
1.
Meninggalkan maksiat
tersebut secara total
2.
Menyesali perbuatan
3.
Bertekad kuat untuk tidak
terjerumus lagi kedalam dosa tersebut, sehingga bila salah satu dari ketiga
syarat ini tidak terpenuhi maka taubatnya tidak sah.
Jika berkaitan dengan manusia maka syarat diatas ditambah dengan
mengembalikan hak manusia jika berupa harta, meminta maaf jika terkait
kehormatan, jika tidak ada meminta agar dihalalkan.
Al Qur’an telah memerintahkan
kita untuk bertaubat sesegera mungkin. Firman Allah:
﴿ وَتُوبُوا
إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ ﴾
“Dan bertaubatlah kamu sekalian
kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى
رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ
تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“ Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang
semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai.
Umar bin Khatab mengatakan:
التوبة النصوح أن يتوب من الذنب ، ثم لا يعود إليه ، كما لا يعود
اللبن في الضرع
“ Taubat nasuha yaitu bertaubat dari dosa lalu tidak mengulanginya,
seperti tidak kembalinya air susu ke sumbernya.
Imam As Sa’di mengatakan bahwa dalam ayat ini Allah
memerintahkan hambanya untuk segera bertaubat dari dosa-dosa, yang akan dibalas
dengan pengampunan, dimasukkan ke surga dan keberuntungan dan kemenangan. Sehingga
mereka akan diberikan kesempurnaan cahaya di hari kiamat, ketika kaum munafik
meminta kesempurnaan cahaya itu kepada Allah. Itulah pengaruh taubat.
Firman Allah:
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ
اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا
الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ
وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya
bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan
kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti
orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al kitab kepadanya, kemudian
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
Imam At Thabari mneyebutkan bahwa yang pertama kali
akan diangkat dari hati manusia adalah rasa khusyu” ( tenang ).
Ibnul Qayyim Al Jauziyah menyebutkan bahwa dosa dapat
berakibat fatal bila pelakunya tidak segera bertaubat. Diantara akibat dosa
adalah:
1.
Tidak mendapatkan ilmu. Sebab ilmu itu adalah nur
yang diberikan Allah ke suatu hati, sedangkan maksiat itu berfungsi mematikan
nyala nur tersebut. Imam Malik pernah berkata kepada Imam Syafi'i muridnya:
Sungguh aku telah melihat Allah memberikan nur ke hatimu, maka jangan engkau
matikan dengan kemaksiatan.
2.
Kehilangan jatah rizkinya. Nabi bersabda: "Sungguh
seseorang bisa tidak mendapatkan rizkinya sebab dosa yang dilakukannya."
(HR. Ahmad dan Hakim dari Tsauban)
3.
Pelaku maksiat akan mengalami kegersangan jiwa
terhadap Rabbnya. Dia akan kehilangan kelezatan ma'iyatillah, padahal hal ini
tidak bisa dinilai dengan kenikmatan duniawi. Jika semua kelezatan duniawi
disatukan tidak akan bisa mengobati kekeringan jiwa seseorang.
4.
Dia juga akan merasa buas dengan sesama, utamanya
dengan para pelaku kebaikan. Semakin kuat rasa kebuasannya semakin jauh dia
dengan manusia baik.
5.
Semua perkaranya menjadi semakin susah. Maka dari
itu, ia akan selalu mendapati pintu tertutup dalam segala hal. Kebalikannya,
orang yang menjauhi dosa akan selalu menemukan way out dari segala urusannya.
Allah berfirman yang artinya: " Siapa saja yang bertakwa kepada Allah,
maka Allah menjadikan segala urusanya menjadi lebih mudah.
6.
Pendosa ini akan mendapati kegelapan hati. Ia
merasakannya seperti saat berjalan pada malam kelam. Pertama kali akan tampak
secara lahiriyah di matanya, lalu menjalar ke mukanya dan akhirnya akan
diketahui oleh semua orang.
7.
Kemaksiatan bisa melemahkan badan dan hati
seseorang. Maka dari itu, ia tidak memiliki keteguhan hati dan juga akan
terlihat loyo saat kegentingan yang memerlukannya walau kelihatan tegap badan
dan ototnya.
8.
Kehilangan ketaatan dan banyak pahala. Karena
dengan dosa tersebut, ia terhalang untuk melakukan berbagai ketaatan. Padahal
sebuah amal ketaatan itu jauh lebih baik daripada dunia seisinya.
9.
Kemaksiatan mengurangi jatah umur dan
menghilangkan keberkahannya. Karena amal kebajikan itu menambah umur seseorang
maka kemaksiatan (amal bejat) dapat mengurangi usia. Rahasianya, usia seseorang
adalah waktu hidupnya. Sedangkan hidup tidak berarti kecuali dengan berbakti
(beribadah) kepada Penciptanya, merasa nikmat dengan mencintai dan mengingatNya
serta lebih mendahulukan ridhaNya.
10.
Kemaksiatan menumbuhkan benih-benih dosa. Sebagian
ulama berkomentar: Termasuk balasan amal buruk (maksiat) adalah amal buruk
berikutnya. Sedangkan balasan amal baik (hasanat) ialah amalan baik selanjutnya.
11.
Kemaksiatan melemahkan keinginan pelakunya. Karena
maksiat itu akan menguatkan keinginan berbuat dosa dan melemahkan keinginan
bertobat.
12.
Menganggap kemaksiatan sebagai hal yang biasa.
Lalu lenyaplah rasa benci kepadanya dan bahkan berubah menjadi suatu tradisi.
Pelakunya menjadi apatis tidak menghiraukan suara dan pandangan masyarakat.
13.
Kemaksiatan salah satu faktor jatuhnya di mata
Tuhan dan masyarakatnya. Allah berfirman yang artinya: " Dan siapa saja
yang dihinakan oleh Allah, maka tidak ada lagi yang memuliakannya."
(QS. Al-Hajj: 18)
14.
Kesialan akan menghantui pelakunya.
15.
Kemaksiatan mewariskan kehinaan. Karena kehormatan
dan kemuliaan itu berada pada naungan taat kepada Allah. Allah berfirman yang
artinya: " Siapa saja yang menginginkan kemuliaan, sesungguhnya seluruh
kemuliaan itu hanya milik Allah." (QS. Fathir: 10)
16.
Kemaksiatan merusak otak. Karena pikiran itu
memiliki nur sedangkan maksiat fungsinya adalah memadamkan nur tersebut. Jika
nur pikiran padam maka berkuranglah kebriliannya.
17.
Jika dosa-dosa banyak menumpuk, maka akan lengket
di hati pelakunya dan menjadikannya orang yang lalai. Sebagian ulama
menafsirkan ayat yang artinya: " ... " (QS. Al-Muthoffifin: 14)
dengan: Dosa di atas dosa.
18.
Pelaku kemaksiatan masuk dalam rangkaian laknat rRasulullah . Maka sungguh amat merugi manusia yang
didoakan buruk oleh orang yang amat mustajab doanya.
19.
rDia juga kehilangan peluang untuk mendapatkan doa
baik dari Rasulullah dan para malaikat.
20.
Dosa dan kemaksiatan itu termasuk faktor utama
dalam kerusakan bumi. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah
tampak jelas kerusakan di daratan dan lautan sebab tingkah polah manusia
(dengan dosanya) agar merasakan akibat tindakannya tersebut dan mau kembali."
(QS. Ar-Rum: 11)
21.
Juga bisa mematikan api kecemburuan dalam hati.
Padahal ghirah itu merupakan energi dan penawar hati. Manusia termulai adalah
yang paling hebat kadar ghirahnya, utamanya pada diri sendiri , keluarga dan
seluruh umat.
22.
Kemaksiatan bisa menghilangkan sifat malu. Malu
merupakan inti kehidupan hati seseorang dan pangkal segala kebaikan. Jika
hilang, maka ia kehilangan banyak hal. Nabi bersabda: "Rasa malu itu
adalah kebaikan seluruhnya." (HR. Muslim)
23.
Demikian pula dapat melemahkan rasa pengagungan
terhadap Allah dalam hati seseorang dan menghilangkan kewibawaanya di mata
manusia. Karena termasuk balasan dari meremehkan Allah adalah dicabutnya
kewibawaan di mata orang lain, baik ia rela atau tidak. Akhirnya ia tidak
memiliki harga di mata mereka.
24.
Kemaksiatan termasuk salah satu faktor dilupakan
Allah dan dibiarkan bergelimang dengan hawa nafsu dan setannya. Maka dari itu,
kebinasaan dan kehancuran saja yang akan didapat. Allah berfirman yang artinya:
" Waha orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah,
hendaknya seseorang itu melihat apa yang telah dipersembahkan untuk esok dan
sekali lagi bertakwalah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah Maha Tahu
mengenai apa saja yang kalian kerjakan. Dan janganlah kalian seperti orang-orang
yang melupakan Allah, maka Allah melupakan jiwa mereka. Mereka itu adalah
orang-orang fasik." (QS. Al-Hasyr: 18-19)
25.
Dosa dan maksiatu itu memperlemah jalan seseorang
menuju Allah dan akhirat dan bahkan menyebabkannya terputus.
26.
Dosa-dosa itu juga bisa menyingkirkan nikmat dan
mendatangkan bencana. Karena termasuk balasan buruk bagi pelakunya adalah
menghilangkan kenimatan yang datang dan memutus aliran nikmat yang akan
diterima. Oleh karenanya, seorang hamba selalu dalam kenikmatan selama tidak
melanggar dosa dan tidak mendapati malapetakan melainkan karena dosa pula.
Allah berfirman yang artinya: "... " (QS. Al-Anfal: 53) seorang
penyair bersenandung:
Jika
anda dalam kenikmatan maka peliharalah
karena
kemaksiatan itu menghilangkan kenikmatan-kenikmatan
Hapuslah
kemaksiatan tersebut dengan menaatiNya
karena
siksa dan ancamanNya amatlah cepat
27.
Sebab kemaksiatan, Allah menimpakan ketakutan dan
rasa kecut di hati pelakunya. Karena ketaatan itu adalah benteng Allah yang
agung, siapa saja yang memasukinya akan mendapati jaminan keamanan dari siksa
dunia dan akhirat. Sedangkan pelaku kemaksiatan tidak terlihat kecuali dalam
kondisi penuh ketakutan dan kehawatiran, sebab dihantui perasaan dosanya terus
menerus.
28.
Kemaksiatan itu membelokkan hati seseorang dari komitmen
dan konsisten kepada inhiraf (melenceng) dan sakit. Sungguh, pengaruh hati itu
amat besar seperti sakit atas badan seseorang. Bahkan dosa-dosa itu pada
hakikatnya adalah penyakit hati yang hanya bisa sembuh dengan meninggalkannya.
29.
Kemaksiatan itu mematikan mata hati, meredupkan
cahayanya, menutup jalan ilmu dan menghalangi pintu hidayah.
30.
Kemaksiatan mengkerdilakan jiwa dan menjadikannya
hina dina. Sebaliknya amal taat mengembangkan jiwa, membersihkan dan
membesarkannya. Allah berfirman yang artinya: " Sungguh telah berbahagia
orang yang ..." (QS. As-Syams: 9-10)
31.
Dosa juga menjatuhkan kedudukan seseorang di sisi
Allah dan di mata manusia. Karena orang termulia di sisi Allah adalah yang
paling bertaqwa, sedangkan yang paling dekat denganNya ialah orang yang paling
taat kepadaNya.
32.
Kemaksiatan merampas nama terpuji dan kemuliaan.
Maka ia kehilangan predikat mukmin, pelaku kebaikan dan orang yang bertaqwa.
Tapi mendapatkan predikat pendurhaka, fasik, penzina, pemabok dll.
33.
Kemaksiatan memutus tali hubungan seseorang dengan
Rabbnya. Jika hal itu terputus, maka terputuslah aliran kebaikan dan hanya
menemui semua faktor keburukan.
34.
Kemaksiatan menghapuskan keberkahan-keberkahan,
baik keberkahan umur, rizki, ilmu, pekerjaan dan ketaatan. Secara keseluruhan
menghilangkan keberkahan agami dan duniawi.
35.
Kemaksiatan menjadikan pelakunya hina dina.
Padahal memiliki peluang menjadi lebih terhormat. Nabi bersabda: "Aku
diutus dihadapan hari Kiamat. Rzkiku berada di bawah tombakku dan ditimpakan
orang yang tidak menaatiku kehinaan dan kekerdilan." (HR. Ahmad dari
Abdullah bin Amr)
36.
Kemaksiatan menarik makhluk lain untuk lebih
berani kepada pelakunya. Maka dari itu, setan lebih berani menimpakan penyakit,
kesesatan, waswas, kesedihan dan kesusahan. Demikian pula setan manusia dan
hewan lain.
37.
Kemaksiatan itu menghianati pelakunya dalam hal
yang amat diperlukannya. Baik itu dalam mendapatkan ilmu, lebih mementingkan
sesuatu yang remeh daripada yang lebih mulia.
38.
Maksiat bisa menjadikan lupa pelakunya terhadap
dirinya sendiri. Jika ia melupakannya maka akan menyia-nyiakan, merusakkan dan
menghancurkannya. Allah berfirman yang artinya: " Dan janganlah kalian
seperti orang-orang yang melupakan Allah lalu Allah lupa terhadap diri mereka
sendiri. Mereka itu adalah orang-orang fasik." (Al-Hasyr: 19). Juga dalam
ayat: "Mereka lupa Allah, maka Allah lupa mereka." (At-Taubah: 67)
39.
Maksiat menjauhkan diri pelakunya dari para
penolongnya. Maka ia akan lebih dekat kepada setan.
40.
Termasuk efek maksiat adalah kehidupan sulit di
dunia, kubur dan siksa pedih di akhirat. Allah berfirman yang artinya: "
Dan siapa saja yang berpaling dari mengingatKu, maka sungguh ia akan menemui
kehidupan susah." (Thoha: 124)