Apakah Basmallah Termasuk
Ayat Al Fatihah?
Para ulama bersepakat bahwa Basmallah adalah termasuk
bagian surat An Naml yang berbunyi:
إِنَّهُ
مِنْ سُلَيْمَانَ وَإِنَّهُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
“Sesungguhnya ( surat )
itu dari Sulaiman dan sesungguhnya isinya”Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.( QS. An Naml [27]:30)
Namun mereka berbeda pandapat tentang apakah Basmallah
termasuk ayat dari surat Al Fatihah dalam beberapa pendapat diantaranya:
1.
Basmallah bukan ayat Al
Qur’an secara mutlak.
Pendapat pertama
mengatakan bahwa Basmallah bukan termasuk ayat Al Qur’an secara mutlak,
adapun Basmallah diletakkan diawal surat fungsinya sebagai pembuka surat,
wasilah tabaruk ( mencari keberkahan)
dan sebagai pemisah antar surat. Seperti dianut oleh Imam Malik,
Abdullah bin Ma’bad, Al Auza’I, Sebagian Hanafiah, pendapat ini pula yang
dipilih oleh Al Baqilani. ( Majmu fatawa,22/432) juga dinukil dalam kitab-kitab
tafsir ( Maalim Fi Tanzil, 1/38, Al
Kasyaf,1/4, Tafsir An Nasafi.1/1)
Namun dalil dari
pendapat ini bersifat umum dan tidak ada dalil sharih ( jelas ) khusus tentang Basmallah
bukan ayat Al Qur’an secara mutlak. Seperti
hadits Anas bin Malik dan Aisyah Radhiyallahu anhuma yang menyatakan bahwa
Rasulullah dan Khulafaurrasyidin memulai bacaan Al Fatihah dengan “ Alhamdulillahirabbil
Alamin,” namun dalil tersebut mengisyaratkan Nabi dan para sahabat membaca
Basmallah secara sir (pelan) bukan berarti tidak membacanya sama sekali,
dan bukan berarti membaca pelan itu menjadikan
Basmallah tidak termasuk dari ayat Al Qur’an. ( Syarh Ma’anil
Atsar,1/204-205)
Syaikh Ahmad
Syakir menyatakan,”
القول
الذي زعموا نسبته إلى مالك، ومن معه في أنها ليست آية أصلا قول لا يوافق قاعدة أصولية
ثابتة، ولا قراءة صحيحة
Pendapat
yang mengaitkan dengan pendapat Imam Malik dan lainya adalah pendapat yang
tidak berdasar dan tidak sepaham dengan kaidah ushuliyah yang kokoh, juga tidak
sesuai dengan ilmu qiraat yang benar. ( Ahmad Syakir, Ta’liq Sunan at Tirmidzi,2/22)
2.
Basmallah hanya ayat dari
surat Al Fatihah sa
Pendapat kedua
ini menyatakan bahwa Basmallah hanya ayat dari surat al Fatihah saja, pendapat
ini bersumber dari riwayat sebagian salaf seperti Said bin Zubair,sebagian besar fukaha Mekkah,
Kuffah dan ini juga pendapat yang dikemukakan oleh Imam Syafii, Imam Ahmad, Ibnu
Ishaq, Ibnu Ubaid, Az Zuhri, Atha dan lainnya.
(Tafsir At
Thabari,1/109, Al Umm,1/107, Al
Majmu’3/332-333, Tafsir Ibnu Katsir,1/35Al Istidzkar,2/176, Al Mughni, 2/151)
Dalil pendapat
ini diantaranya:
a) Hadits Nabi Shalallahu
alaihi wasallam bersumber dari Ummu Salamah:
عن أم سلمة - رضي الله عنها - أنها سُئلت عن قراءة النبي - صلى الله
عليه وسلم - فقالت: «كان يقطع قراءته آية آية، بسم الله الرحمن الرحيم، الحمد لله
رب العالمين، الرحمن الرحيم»
Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, Ia ditanya
tentang bacaan Nabi, lalu ia menjawab,” Nabi memutus bacaan ayat per ayat,
Bismillahirahmanirrahim, Al Hamdulillahirabbil alamin, Ar Rahmanirrahim).
( HR.Abu Daud,no. 4002, Ahmad, 6/303,Daruquthni Bab
Wujub Qiraat Basmallah Wal Jahr biha,no.37, disahihkan oleh Al Al Bani
dalam Sahih Sunan Abi Daud no. 2927)
b) Hadits Nabi Shalallahu alaihi wasallam bersumber dari Anas bin
Malik:
عن أنس بن مالك - رضي الله عنه - أنه سئل عن قراءة النبي - صلى الله
عليه وسلم - فقال: «كانت مداً، ثم قرأ: بسم الله الرحمن الرحيم، يمد بسم الله،
ويمد بالرحمن، ويمد بالرحيم»
Dari Anas bin Malik
Radhiyallahuanhu, ia ditanya tentang bacaan Nabi Shalallahu alaihi wasallam dan
menjawab,” Bacaannya panjang, lalu membaca,” Bismillahirahmanirrahim dengan
memanjangkan Bismillah, ar Rahman dan Ar Rahim”.
( HR. Bukhari, Bab Mad Al Qira’ah no.5047, Abu
Daud, no.1465, An Nasa’i no. 970, Ibnu Majah, 1353, Ahmad,3/119 dan 192)
c) Riwayat yang bersumber dari Abu Hurairah:
ما
رواه أبو هريرة عن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال: قال رسول الله - صلى الله
عليه وسلم -: «إذا قرأتم الحمد، فاقرؤوا بسم الله الرحمن الرحيم، إنها أم القرآن،
وأم الكتاب، والسبع المثاني، وبسم الله الرحمن الرحيم، أحد آياتها»
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Nabi
Shalallahu alihi wasallam, bersabda,” Jika kalian membaca Al Hamdu, maka
bacalah Bismillahirrahmanirrahim, Karena ia adalah Ummul Qur’an dan Ummul Kitab
dan Sab’ul Matsani. Dan Bismillahirahmanirhim adalah salah satu ayatnya.
( HR. Daruquthni,no 36, Al Baihaqi , 2/45 ,
hadits Ini di sahihkan oleh Al Albani)
3.
Basmallah merupakan ayat
setiap surat didalam Al Qur’an kecuali surat Al Bara’ah
Pendapat ini di
dukung oleh Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Az Zuhri, sebagian Hanafiyah dan Syafiiyah
dan Sufyan As Tsauri. ( Maalim Tanzil, 1/39)
Dalil-dalil
pendapat ini adalah sebagai berikut:
Hadits
ما رواه
أنس بن مالك - رضي الله عنه - قال: «أغفى النبي - صلى الله عليه وسلم - إعفاءة -
ثم تبسم ضاحكًا، فقال: أنزل علي آنفا سورة ثم قرأ بسم الله الرحمن الرحيم {إِنَّا
أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ} إلى آخر السورة
Apa yang diriwayatkan oleh Imam Malik berkata,”
Rasulullah tertidur sebentar kemudian
terbangun sambil tersenyum dan bersabda,” Telah turun kepadaku barusan
sebuah surat,” lalu Beliau membaca Bismillahirrahmanirrahim, Inna a’thainaka al
kautsar, hingga akhir ayat. ( HR. Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah membaca
Basmallah pada awal surat Al Kautsar, namun tidak berarti menunjukkan bagian
dari setiap surat ( Al Lubab fi Tafsir Al Istiadzah wal Basmallah, 1/113)
4.
Basmallah adalah ayat tersendiri,
bukan termasuk ayat setiap surat
Pendapat ini
dianut oleh Ibnu Al Mubarak, Imam Ahmad, Muhammad bin Husain As Syaibani, Daud
Adz Dhahiri, Ibnu Quddamah, dan Syaikul Islam Ibnu Taymiyah.
Dalil kalangan
ini adalah:
Hadits:
ما رواه عبد الله بن عباس - رضي الله عنهما - قال: «كان النبي - صلى
الله عليه وسلم - لا يعرف فصل السورة، حتى تنزل عليه بسم الله الرحمن الرحيم» رواه
أبو داود
Apa yang diriwayatkan
oleh Ibnu Abbas Radhiyallahuanhuma, berkata,” Dahulu Nabi Shalallahu alaihi wasallam tidak
mengetahui pemisah antar surat dalam Al Qur’an hingga Allah
menurunkan,”Bismillahirahmanirrahim.” ( HR. Abu Daud )
Ibnu Taimiyah berkata:
فكونها تنزل يدل على أنها آية من القرآن، وكونها للفصل بين السور يدل
على أنها ليست من السور، وإنما هي آية مستقلة
Ungkapan bahwa Basmallah
diturunkan menunjukkan ia adalah ayat Al Qur’an dan ungkapan “pemisah antar
surat” menunjukkan ia bukan bagian dari surat tertentu melainkan Basmallah yang
merupakan bagian yang berdiri sendiri. ( Majmu’ Fatawa, 22/276)
·
Hukum membaca Basmallah
dalam Shalat
§
Wajib membaca Basmallah
dalam setiap shalat dan setiap rekaat, bagi Imam disunnahkan membaca keras,
demikian pendapat Imam as Syafi’i.
Dalinya:
عَنْ
اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأْتُمْ الْحَمْدُ للهِ فَاقْرَؤُوْا بِسْمِ اللهِ
الرَّحمنِ الرَّحِيْمِ اِنَّهَا اُمُّ الْقُرآَنِ وَاُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْع
الْمَثَانِيْ وَبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اِحْدَى آَيَاتِهَا.
“Abu Hurairah RA berkata: “Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallama
bersabda: “Apabila kamu membaca surat al-Hamdu lillah, maka bacalah
bismillahirrahmanirrahim, karena sesungguhnya ia adalah induk al-Qur’an, induk
al-Kitab dan tujuh ayat yang diulang-ulang. Sedangkan Bismillahirrahmanirrahim
adalah salah satu ayatnya.”
(HR. ad-Daraquthni ,1/312) dan al-Baihaqi,as-Sunanul Kubra, 2/45)
(HR. ad-Daraquthni ,1/312) dan al-Baihaqi,as-Sunanul Kubra, 2/45)
عَنْ نُعَيْمٍ الْمُجْمِرِ قَالَ صَلَّيْتُ وَرَاءَ
أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَرَأَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ثُمَّ قَرَأَ
بِأُمِّ الْقُرْآنِ حَتَّى إِذَا بَلَغَ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ فَقَالَ آمِينَ فَقَالَ النَّاسُ آمِينَ … قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي
بِيَدِهِ إِنِّي لَأَشْبَهُكُمْ صَلَاةً بِرَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
“Nu’aim al-Mujmir berkata: “Aku shalat di
belakang Abu Hurairah, lalu ia membaca bismillahirrahmanirrahim, kemudian
membaca Ummul Qur’an, sehingga setelah sampai pada ghairil maghdhubi ‘alaihim
walad-dhallin, maka ia berkata, amin. Lalu orang-orang juga berkata, amin… Lalu
Abu Hurairah berkata: “Demi Dzat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, sesungguhnya
aku adalah orang yang paling menyerupai kamu shalatnya dengan Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam”.
Hadits tersebut diriwayatkan oleh an-Nasa’i,1/134), dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, 1/251), Ibnu Hibban (V/100), ad-Daraquthni (I/309), al-Hakim (al-Mustadrak, I/232) dan al-Baihaqi (as-Sunanul Kubra II/58). Hadits tersebut juga dishahihkan oleh al-Imam an-Nawawi dan al-Hafizh Ibnu Hajar (Fathul Bari, II/267)
Hadits tersebut diriwayatkan oleh an-Nasa’i,1/134), dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, 1/251), Ibnu Hibban (V/100), ad-Daraquthni (I/309), al-Hakim (al-Mustadrak, I/232) dan al-Baihaqi (as-Sunanul Kubra II/58). Hadits tersebut juga dishahihkan oleh al-Imam an-Nawawi dan al-Hafizh Ibnu Hajar (Fathul Bari, II/267)
§
Sunnah membaca Basmallah dalam shalat dan sunnah dibaca sir
( pelan). Demikan pendapat Imam Ahmad dan Abu Hanifah.
عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكَانُوا يَسْتَفْتِحُونَ بِ
(الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) لاَ يَذْكُرُونَ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ
الرَّحِيمِ فِى أَوَّلِ قِرَاءَةٍ وَلاَ فِى آخِرِهَا.
“Anas bin
Malik berkata: “Aku shalat di belakang Nabi Shallallahu’alaihi wasallam, Abu
Bakar, Umar dan Utsman. Mereka memulai dengan alhamdulillahi rabbil ‘alamin.
Mereka tidak menyebut bismillahirrahmanirrahim di awal bacaan dan di akhirnya”.
(HR. Muslim ,no.918).
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallama, Abu Bakar, Umar dan Utsman memulai shalatnya dengan bacaan alhamdulillahi rabbil ‘alamin, tanpa membaca basmalah di awal dan di akhirnya.
Hadits di atas menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallama, Abu Bakar, Umar dan Utsman memulai shalatnya dengan bacaan alhamdulillahi rabbil ‘alamin, tanpa membaca basmalah di awal dan di akhirnya.
§
Tidak wajib dan tidak disunnahkan ( tidak membaca ) dalam
shalat fardhu, namun mubah dalam shalat sunnah, demikian pendapat Imam Malik,
namun pendapat ini lemah berdasarkan hadits-hadits diatas.
Kesimpulan:
§
Pendapat Ibnul Qayyim Al
Jauziyah dalam masalah ini:
والإِنصاف
الذي يرتضيه العالم المنصف، أنه صلى الله عليه وسلم جهر، وأسر، وقنت، وترك، وكان
إسرارُه أكثَر من جهره، وتركه القنوتَ أكثر من فعله
“Pendapat
yang bijak yang dibenarkan oleh para ulama yang objektif adalah bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah membaca secara keras dan pelan,
pernah berqunut dan pernah meninggalkannya. Namun membaca pelan lebih banyak
dibanding mengeraskannya, dan meninggalkan qunut lebih banyak dibanding
melakukannya.” (Imam Ibnul Qayyim, Zaadul Ma’ad, 1/272)
واالله أعلم