Rabu, 13 April 2016

Adab-Adab Dalam Berdoa


Manusia diciptakan dalam kondisi lemah, ia membutuhkan kekuatan diluar kekuatannya yang terbatas. Yang Maha Kuat dan Maha Mampu adalah Allah. Saat ditimpa musibah atau kesulitan ia akan mencari pegangan, atau perlindungan. Dan tiada perlindungan sejati melainkan Allah Aza wa Jalla.

Sebagai bentuk penghambaan kepada Allah atas kelemahan manusia, doa. Selain sebagai bagian dari ibadah. Rasulullah bersabda:

( الدعاء هو العبادة )

“Doa adalah ibadah” ( HR. Tirmidzi, no.3372)

Doa juga merupakan sarana bertemunya keinginan hamba dengan kasih sayang Allah subhanahu wataala. Disitulah rahasianya. Tidak semua doa langsung dikabulkan, ada yang diganti dengan kebaikan lain, adapula yang disimpan untuk hari kiamat kelak. Itulah doa. Tak akan rugi orang berdoa, tak akan menyesal orang yang meminta kepada Allah, terlepas apapun hasilnya. Bagi seorang mukmin setiap urusannya adalah kebaikan. Diberikan kebaikan ia bersyukur, ditimpa kesulitan, ia bersabar.

Ketika meminta kepada orang lain tentu kita akan memperhatikan tatacara dan situasi yang tepat dengan berbagai pertimbangan. Apalagi jika kita meminta kepada Allah, tentu ada adab-adabnya. Diantara adab-adab dalam berdoa adalah:

a.       Ikhlas karena Allah, dengan memurnikan keyakinan dan tauhid hanya kepada Allah. Karena kita lemah dan meminta kepada Dzat yang Maha Kuat, maka sudah sepantasnya mengikhlaskan diri kepada-Nya.
b.       Mulai dengan memuji asma Allah yang Husna, dengan nama-nama Allah yang Mulia sebelum meminta keinginan kita. Ibarat kata prolog dalam memohon sesuatu.

ولله الأسماء الحسنى فادعوه بها
“ Dan Allah memiliki Nama-Nama yang Bagus, maka berdoalah dengannya….( QS. Al A’raf:180)

Nama nama yang tercantum dalam Asmaul Husna, seperti:  “ Ya Ar Rahman yang Maha Penyayang, Sayangilah Kami “.dst.
 
c.       Bershalawat kepada nabi
Rasulullah bersabda             
كل دعاء محجوب حتى تصلي على النبي صلى الله عليه وسلم
“Setiap doa, terhalang hingga membaca shalawat kepada nabi Muhammad Shaallahu Alaihi wa sallam.” ( HR. Thabrani, didalam Al Ausath (1/220). diSahihkan oleh Al Al Bani dalam Sahihul Jami’ no. 4399)

d.      Menghadap kiblat
Dahulu saat berkecamuk perang Badar Rasulullah berdoa dengan khusyu menghadap kiblat. Bahkan saking khusyu’nya nyaris selendang beliau terjatuh. Berharap kemenangan pada perang pertama saat jumlah kaum muslimin hanya 313 orang menghadapi pasukan kaum Quraisy yang berjumlah 1000 orang.
Dan Allah memenangkan kaum muslimin atas mereka.

e.      Mengangkat kedua tangan
 Rasulullah bersabda:

إِذَا سَأَلْتُمْ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ بِبُطُونِ أَكُفِّكُمْ وَلا تَسْأَلُوهُ بِظُهُورِهَا

“ Jika kalian berdoa, mintalah dengan kedua telapak tangan bagian dalam, bukan dengan punggung telapak tangan”. (HR. Abu Daud, 1318)

f.        Hindari makanan yang haram
Karena makanan yang haram membuat murka Allah datang, dan tidak menyukai hamba yang membuat-Nya murka akibat mengkonsumsi makanan yang haram.
g.       Merendahkan suara

( ادعوا ربكم تضرعا وخفية )

  Berdoalah kepada Allah dengan merendahkan diri dan rahasia”.. ( QS. Al A’raf: 55)


Seorang Istri Bermimpi Suaminya Selingkuh

Assalamualaikum ustad

Saya seorang istri, suatu malam saya bermimpi melihat suami saya selingkuh dengan wanita lain, berhari-hari saya kepikiran terus, apakah makna mimpi saya itu benar?

 
Jawaban

Imam Ibnu Hajar Al Atsqalani menyebutkan bahwa mimpi ada 3 jenis

  • Mimpi Para Nabi (Mimpinya para nabi adalah wahyu dari Allah, mimpi mereka adalah benar menunjukkan ke Esaan Allah).
  • Mimpi Orang Shalih (Mayoritas mimpinya benar, meskipun ada yang perlu di takwilkan)
  • Orang biasa (Mimpi mereka bisa benar dan bisa salah).( Fathul Bari, 12/362)

Az Zarqani berkata,” Mimpi orang shalih mayoritas benar, namun kadang berasal dari bisikan jiwanya
(Syarh Muwatha, 4/562)

فعن أبي سلمة قال : " لَقَدْ كُنْتُ أَرَى الرُّؤْيَا فَتُمْرِضُنِي، حَتَّى سَمِعْتُ أَبَا قَتَادَةَ، يَقُولُ: وَأَنَا كُنْتُ لَأَرَى الرُّؤْيَا تُمْرِضُنِي، حَتَّى سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «الرُّؤْيَا الحَسَنَةُ مِنَ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مَا يُحِبُّ فَلاَ يُحَدِّثْ بِهِ إِلَّا مَنْ يُحِبُّ، وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ فَلْيَتَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّهَا، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ، وَلْيَتْفِلْ ثَلاَثًا، وَلاَ يُحَدِّثْ بِهَا أَحَدًا، فَإِنَّهَا لَنْ تَضُرَّهُ)

Dari Abu Salamah berkata,” Aku melihat mimpi yang buruk, hingga aku mendengar Abu Qatadah
 berkata,” Aku dahulu pernah bermimpi buruk, hingga aku mendengar Rasulullah bersabda,” Mimpi
yang baik berasal dari Allah,  jika salah seorang diantara kalian melihat sesuatu yang menyenangkan didalam mimpi, maka ceritakanlah, jika melihat sesuatu yang dibenci didalam mimpi maka berlindunglah kepada Allah dari keburukan syetan sebanyak tiga kali, dan jangan ceritakan kepada siapapun, karena tidak membahayakan ( HR. Bukhari, 7044,  HR. Muslim, 6040)

Dari hadits diatas dapat diambil pelajaran:
  • Berdoa sebelum tidur
  • Mimpi baik berasal dari ALlah
  • Mimpi buruk berasal dari syetan
  • Jika mimpi baik maka boleh diceritakan
  • Jika mimpi buruk, jangan diceritakan