Materi PPT Fikih Qurban, unduh disini
JALAN HIKMAH
Meraih Ridha Allah, Dunia dan Akherat
Selasa, 05 Juli 2022
Jumat, 22 April 2022
INI ALASANNYA MENGAPA ALLAH RAHASIAKAN LAILATUL QADAR
Mengapa Allah Rahasiakan Lailatul
Qadar?
Lailatul Qadar adalah malam keutamaan, ketika Allah menurunkan rahmat-Nya pada malam itu, dengan jaminan pahala, siapa orang yang menghidupkan lailatul qadar, dengan ibadah maka setara dengan ibadah 1000 bulan. Ibadah satu malam saja, senilai ibadah 83 tahun balasan dari Allah.
Menarik untuk dikaji ketika Allah merahasiakan keberadaan
pasti Lailatul Qadar kepada hamba-hamba-Nya. Ada banyak riwayat yang
menjelaskan kemunculannya dalam hadits-hadits yang kuat dan mu’tabar. Mengerucut
pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, terutama pada malam-malam yang
ganjil. Beragam riwayat; ada yang menyebutkan Lailatul Qadar ada pada malam 21,
23, 25, 27 bahkan 29. Tetapi sekali lagi, Allah rahasiakan keberadaannya, seolah
tersembunyi dalam malam sunyi saat orang-orang shalih bermunajat di akhir Ramadhan.
Menjawab tanda
tanya itu, Abu Abdullah Muhammad bin Umar bin Al Hasan bin Al Husain, At Taimy,
atau dikenal dengan Fakruddin Ar Razy Khatib Ray (606H), mengungkapnya dalam Tafsir
Al-Kabir tentang mengapa Allah rahasiakan keberadaan Lailatul Qadar.
أَنَّهُ تَعَالَى أَخْفَى هَذِهِ اللَّيْلَةَ لِوُجُوهٍ أَحَدُهَا: أَنَّهُ تَعَالَى أَخْفَاهَا، كَمَا أَخْفَى سَائِرَ الْأَشْيَاءِ، فَإِنَّهُ أَخْفَى رِضَاهُ فِي الطَّاعَاتِ، حَتَّى يَرْغَبُوا فِي الْكُلِّ، وَأَخْفَى غَضَبَهُ فِي الْمَعَاصِي لِيَحْتَرِزُوا عَنِ الْكُلِّ، وَأَخْفَى وَلِيَّهُ فِيمَا بَيْنَ النَّاسِ حَتَّى يُعَظِّمُوا الْكُلَّ، وَأَخْفَى الْإِجَابَةَ فِي الدُّعَاءِ لِيُبَالِغُوا فِي كُلِّ الدَّعَوَاتِ، وَأَخْفَى الِاسْمَ الْأَعْظَمَ لِيُعَظِّمُوا كُلَّ الْأَسْمَاءِ، وأخفى في الصَّلَاةَ الْوُسْطَى لِيُحَافِظُوا عَلَى الْكُلِّ، وَأَخْفَى قَبُولَ التَّوْبَةِ لِيُوَاظِبَ الْمُكَلَّفُ عَلَى جَمِيعِ أَقْسَامِ التَّوْبَةِ، وَأَخْفَى وَقْتَ الْمَوْتِ لِيَخَافَ الْمُكَلَّفُ، فَكَذَا أَخْفَى هَذِهِ اللَّيْلَةَ لِيُعَظِّمُوا جَمِيعَ لَيَالِي رَمَضَانَ
Allah merahasiakan malam ini (Lailatul Qadar) dengan beberapa
alasan:
Pertama, Allah merahasiakannya seperti halnya
merahasiakan hal lain, Allah merahasiakan ridha-Nya dalam ketaatan, hingga
orang-orang tertarik untuk beribadah pada semua ketaatan.
a) Allah merahasiakan murka-Nya pada kemaksiatan, agar kalian menghindari semua kemaksiatan.
b) Allah merahasiakan walinya dikalangan manusia, agar kalian memuliakan semua manusia.
c) Allah merahasiakan pengabulan doa, agar kalian bersungguh-sungguh dalam semua doa-doa.
d) Allah merahasiakan ismu al-a’zham (Asma) (Nama-Nya) yang paling Mulia) dari sekian banyak Nama. Agar kalian memuliakan semua asma-asma Allah.
e) Allah merahasiakan shalat yang paling utama, agar kalian menjaga semua waktu-waktu shalat.
f) Allah merahasiakan penerimaan taubat, agar kalian berdisiplin dalam segala jenis taubat.
g) Allah merahasiakan lailatul qadar, agar kalian bersungguh-sungguh dalam setiap malam Ramadhan.
h) Allah merahasiakan kematian, agar kalian takut (bersiap-siap selalu)
وَثَانِيهَا: كَأَنَّهُ تَعَالَى يَقُولُ: لَوْ عَيَّنْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، وَأَنَا عَالِمٌ بِتَجَاسُرِكُمْ عَلَى الْمَعْصِيَةِ، فَرُبَّمَا دَعَتْكَ الشَّهْوَةُ فِي/ تِلْكَ اللَّيْلَةِ إِلَى الْمَعْصِيَةِ، فَوَقَعْتَ فِي الذَّنْبِ، فَكَانَتْ مَعْصِيَتُكَ مَعَ عِلْمِكَ أَشَدَّ مِنْ مَعْصِيَتِكَ لَا مَعَ عِلْمِكَ، فَلِهَذَا السَّبَبِ أَخْفَيْتُهَا عَلَيْكَ.
Kedua:
Seolah Allah berfirman: “Jika Aku tentukan Lailatul Qadar, dan Aku tahu kalian
akan bermaksiat, mungkin kalian tergoda melakukan maksiat pada malam itu, dan
engkau tahu maksiat dengan ilmu lebih berat disisi Allah daripada melakukan
maksiat tidak dengan ilmu.
أَنِّي
أَخْفَيْتُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ حَتَّى يَجْتَهِدَ الْمُكَلَّفُ فِي طَلَبِهَا،
فَيَكْتَسِبَ ثَوَابَ الِاجْتِهَادِ
Ketiga: Aku rahasiakan Lailatul Qadar, agar kalian
bersungguh-sungguh dan meski kalian tak menjumpainya, kalian mendapatkan pahala
sungguh-sungguh ibadah.
أَنَّ
الْعَبْدَ إِذَا لَمْ يَتَيَقَّنْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، فَإِنَّهُ يَجْتَهِدُ فِي
الطَّاعَةِ فِي جميع ليالي رَمَضَانَ، عَلَى رَجَاءِ أَنَّهُ رُبَّمَا كَانَتْ هَذِهِ
اللَّيْلَةُ هِيَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، فَيُبَاهِي اللَّهُ تَعَالَى بِهِمْ
مَلَائِكَتَهُ، وَيَقُولُ: كُنْتُمْ تَقُولُونَ فِيهِمْ يُفْسِدُونَ وَيَسْفِكُونَ
الدِّمَاءَ فَهَذَا جِدُّهُ وَاجْتِهَادُهُ فِي اللَّيْلَةِ الْمَظْنُونَةِ،
فَكَيْفَ لَوْ جَعَلْتُهَا مَعْلُومَةً لَهُ! فَحِينَئِذٍ يَظْهَرُ سِرُّ
قَوْلِهِ: إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ [الْبَقَرَةِ: 30] .
Keempat:
Seorang hamba yang tidak tahu kepastian malam al qadar, ia bersungguh-sungguh
setiap malam, dengan harapan siapa tahu salah satunya malam Al Qadar, lalu
Allah membanggakan mereka dihadapan malaikat,”Wahai malaikat, kalian yang
berkata, manusia diciptakan hanya akan berbuat kerusakan dan menumpahkan darah,
lihatlah mereka bersungguh-sungguh meski tidak aku beritahu Malam Al Qadar,
bagaimana jika Aku beritahu mereka? Itulah rahasia firman Allah,”Aku (Allah)
Lebih tahu apa-apa yang kalian tidak ketahui” (QS.2:30) (Tafsir Al Kabir,
32/229
====
20 Ramadhan 1443 H/2022
Menjelang Ifthar
Fauzan Sugiyono, Lc M.Ag
(ICMI Depok)
Rabu, 02 Februari 2022
Rabu, 01 September 2021
BUKU PANDUAN SHALAT LENGKAP UNTUK PEMULA
BUKU PANDUAN SHALAT LENGKAP UNTUK PEMULA
MATERI TUTORIAL SHALAT UNTUK PEMULA
Minggu, 22 Agustus 2021
Download Kitab Safinatun Najah Versi Arabic dan Terjemahan
Rabu, 04 Agustus 2021
Minggu, 18 Juli 2021
MENGAPA NABI IBRAHIM DIGELARI KHALILULLAH?
Khalilullah adalah kekasih Allah, orang yang mencintai Allah
dan iapun dicintai Allah. Dialah sosok Nabi Ibrahim alaihissalam diabadikan
Al-Qur’an sebagai Khalilullah, seperti termaktub dalam firman Allah:
وَمَنْ أَحْسَنُ
دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَاتَّبَعَ مِلَّةَ
إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَاتَّخَذَ اللَّهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلًا
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya
daripada orang yang dengan ikhlas berserah diri kepada Allah, sedang dia
mengerjakan kebaikan, dan mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah telah
memilih Ibrahim menjadi kesayangan(-Nya). (QS. An Nisa:125)
Fakhruddin Ar Razy (606 H) dalam tafsirnya menyebutkan beberapa alasan penyebutan KHALILULLAH kepada nabi Ibrahim Alaihissalam, diantaranya:
- Nabi Ibrahim menjadi teladan dalam akhlak dan perjalanan hidupnya, karena menjadi Uswatun Hasanah (QS. Al Mumtahanah:4) dan menjadi imam teladan dalam hidup yg mempraktekkan ajaran Allah (QS. Al Baqarah:124
- Khalil memiliki makna puncak kecintaan (ghayatul mahabbah) karena nabi Ibrahim mencintai Allah dalam setiap urusan hidupnya sampai hal-hal yang rahasiapun ia tetap mencintai Allah, disbanding yang lainnya
- Allah berkehendak agar nabi Ibrahim memiliki kebaikan dan manfaat yang banyak untuk umatnya. Dengan berdakwah berulang kali kepada kaumnya, agar meninggalkan penyembahan berhala, bintang, bulan dan matahari. Hingga Allah memberikan kabar gembira bahwa akan diutus para nabi dari keturunannya (Ismail, Ishak, Ya’kub, Yusuf hingga Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam dari jalur Nabi Ismail). Karena kekasih akan memberikan kebaikan dan manfaat yang banyak untuk yang dikasihinya
- Khalilullah artinya memiliki ketaatan yang paripurna, tidak ada pembangkangan baik lahir maupun bathin. ” (Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepadanya (Ibrahim), “Berserahdirilah!” Dia menjawab, “Aku berserah diri kepada Tuhan seluruh alam.” (QS. Al-Baqarah:131)
- Konon gelar Khalilullah karena kisah raja Namrud yang membagi-bagi makanan kepada semua penduduk negerinya, terkecuali nabi Ibrahim, karena nabi Ibrahim mengajak Namrud untuk menyembah Allah namun ditolak mentah-mentah dan marah, akhirnya Ibrahim tak diberikan makanan, lalu nabi Ibrahim tak ingin pulang kerumah dengan tangan kosong, ia isi kantong itu dengan pasir, sesampainya dirumah karena kelelahan, iapun tertidur. Ketika bangun, ia melihat istrinya sedang memasak, lalu ia bertanya,” Dari manakah makanan ini?” Istrinya menjawab.”Dari kantung yang kau taruh” lalu Ibrahim menjawab, “Itu dari kekasihku (khalili) Allah.
- Nabi Ibrahim pernah didatangi malaikat, dalam wujud seorang laki-laki, kemudian dia berzikir kepada Allah dengan suara yang merdu dan menyentuh hati. Ibrahim kemudian berkata, “Sebutlah Nama Allah sekali lagi.” Malaikat itu menjawab, “Aku tidak akan melakukannya secara cuma-cuma.” Ibrahim membalas, “Aku akan memberikan semua hartaku padamu.” Malaikat kemudian berdzikir dengan suara yang lebih merdu dari suara sebelumnya. Ibrahim kembali berkata, “Sebutlah Allah sekali lagi, engkau akan mendapatkan putraku.” Malaikat kemudian menjelaskan, “Berbahagialah wahai Ibrahim, sesungguhnya aku adalah Malaikat, aku tidak membutuhkan harta dan anakmu, aku hanya ingin mengujimu. Karena kesediaan Ibrahim untuk menyerahkan seluruh harta dan anak demi untuk mendengar nama Allah disebut, Allah kemudian menjadikan Ibrahim sebagai khalil.
- Nabi Ibrahim gemar menjamu tamu, saat Malaikat Jibril bersama malaikat lain bertamu kepadanya dalam wujud anak kecil yang tampan, lalu disembelihkanlah anak sapi yang gemuk seraya berkata,” Makanlah dengan menyebut nama Allah diawal, dan hamdallah diakhir makanmu”. Lalu malaikat Jibril berkata,”Engkau Khalilullah”.
والله علم
Sumber: Kitab Tafsir Mafatihul Ghaib,
Fakhruddi Ar Razy, Beirut: Dar Ihya Turats, 1420, 11/231
=====
#Khalilullah
Depok, 9 Dzulhijjah 1442H
Fauzan Sugiyono, Lc M.Ag
Sabtu, 20 Februari 2021
NIATLAH YANG IKHLAS, AGAR WAFATMU HUSNUL KHATIMAH
Beragam
aktifitas manusia di dunia nyaris tak bisa terungkap dengan tulisan. Ada yang
baik, terus berusaha baik. Ada pula yang tenggelam dalam keburukan, dosa dan
maksiat, asik menikmati, sampai ajal tiba-tiba menjemput tak sadar.
Awali Amal Dengan Niat
Syekh Abdul Qadir Al Jailany (w560 H) dalam Kitab Al-Fathur Rabbani
menyebutkan, orang yang bertakwa dalam ibadahnya tidak memaksakan diri, karena
apa yang dilakukan lahiriahnya, sama seperti bathinya:
التقي لا يتكلف عبادة الحق لأنها صارت طبعه, فهو يعبد
الله بظاهره وباطنه من غير التكلف
“Orang bertakwa tidak memaksakan diri dalam ibadah dan kebenaran, karena
sudah menjadi kebiasaannya, ia beribadah secara lahir dan bathin tanpa
memaksakan diri” (Kitab Al Fathur Rabbani Wal FaidhuRahmani, hal 45)
Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ
بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Setiap
amal tergantung niatnya, dan setiap orang hanya akan dibalas sesuai apa yang diniatkannya
(HR. Bukhari Muslim)
Barangsapa yang beramal dengan niat karena Allah, maka Allah akan
membalasnya dengan kebaikan dan pahala, namun barangsiapa yang beramal bukan
karena Allah, maha ia tak akan mendapatkan balasan apapun disisi Allah, kosong percuma.
Wanita Pezina yang diampuni dosanya
Hadits yang bersumber dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى
رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا
فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا
بِذَلِكَ
“Seorang
wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan
lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita
pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia
mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia
mendapatkan ampunan dari Allah” (HR. Al Bukhari no.3321, Muslim
no.2245).
Pelajaran dari hadits diatas adalah:
- Jangan menjustifikasi nasib orang sekarang sebelum tahu akhir hayatnya
- Jangan sombong dengan ketakwaan diri sendiri dan merendahkan para pendosa, mereka adalah objek untuk taubat dan memperbaiki diri bukan dihakimi.
- Allah Maha mengampuni siapa saja yang dikehendaki-Nya
- Namun jangan salah kaprah juga, dengan mengatakan tidak apa apa berbuat maksiat asal terus berbuat baik kepada manusia, tanpa ada keinginan taubat.
Pentingnya
akhir yang baik
Rasulullah
bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ
بِالْخَوَاتِيمِ
Nilai amal ada di penghujungnya (HR. Ibnu Hibban, Ahmad)
Akhir hayat adalah sebuah misteri bagi siapa saja, karena mutlak milik
Allah, manusia hanya berdoa dan berharap agar finish dalam hidup ini husnul
khatimah. Karena hati adalah milik Allah, Dia yang Maha Kuasa untuk membolak
balikkannya. Berdoalah selalu agar kita di luruskan dalam agama hingga akhir.
Kisah Hafizh Qur’an yang Murtad
Imam Ibnu Katsir mengisahkan kejadian dalam kitabnya Al Bidayah Wa
Nihayah, J 11 h 64)
Tentang seorang tabiin yang bernama Abdah bin Abdurrahim, meski terdapat
perselisihan pendapat dengan Ibnul Jauzy, tentang sosok yang diceritakan. Saat seorang yang hafiz quran terpedaya oleh
kecantikan wanita Nasrani Romawi. Wanita itu yang akhirnya menyebabkan sang
hafiz qur’an murtad. Sampai ketika kaum muslimin menemuinya, “apa yang tersisa
dari hafalannmu? Sang hafizh itu menjawab:
رُبَمَا
يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat)
menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.”
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا
وَيُلْهِهِمُ الْأَمَلُ ۖفَسَوْفَ يَعْلَمُونَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang
dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui
(akibat perbuatan mereka). (QS. Al Hijr: 2-3).
Hikmahnya:
· Jangan terlena dan jangan takabur dengan apa yang dimiliki.
·
Selalu berdoa agar wafat husnul Khatimah
======
Jumat yang gendung, 19/02/2021
Abu Nawa, Lc
Senin, 15 Februari 2021
TAFSIR SURAT AL MULK AYAT 19 (BAG.10)
DESKRIPSI
KEKUASAAN ALLAH
PADA
SEEKOR BURUNG
أَوَلَمْ
يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ مَا يُمْسِكُهُنَّ
إِلَّا الرَّحْمَنُ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ (19)
·
Dan apakah
mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan
sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha
Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu. (QS.Al Mulk: 19)
TINJAUAN
BAHASA
الطَّيْرِ
Burung
صَافَّاتٍ
Mengepakkan
sayap
وَيَقْبِضْنَ
Mengatupkan
sayap
PESAN TERSIRAT DALAM AYAT
Burung-burung
yang mengepakkan sayapnya, tiada yang menahan atau melepaskan kepakan sayapnya
melainkan Ar Rahman, sedangkan orang-orang musyrik mengikari keberadaan Ar Rahman,
mereka tak menyadari bahwa mereka hidup dalam naungan Allah yang Maha Rahman.
Kasih sayang Allah begitu jelas, nampak nyata. Pada ayat ini Allah kekuasaan
Allah terlihat pada burung yang terbang dengan mengepakkan sayap-Nya, kepakan
yang teratur, terarah, tidak pernah saling bertabrakan antara satu sayap dan
lainnya. Namun mengapa masih saja ada orang yang enggan menyembah Allah?
Padahal jika mereka mau berfikir pada proses terbangnya seekor burung niscaya
disana terdapat tanda-tanda Allah Maha Pengasih dan Penyayang. ( Al
Jazairi, Aisar Tafasir, 401)
Dalam ayat
lain Allah berfirman:
أَلَمْ
يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ مُسَخَّرَاتٍ فِي جَوِّ السَّمَاءِ مَا يُمْسِكُهُنَّ
إِلَّا اللَّهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Tidakkah mereka mengamati burung yang terbang
di angkasa, Allah lah yang mengendalikannya. Di balik itu ada tanda-tanda
kekuasaanNya bagi orang-orang yang beriman (QS.An-Nahl:79).
Kedua ayat
berbeda diatas sama-sama berbicara tentang binatang ciptaan Allah yaitu burung ( الطَّيرُ)
Ayat diatas
juga menggunakan ungkapan yang sama yaitu
أَوَلَمْ
يَرَوْا
( tidakkah mereka melihat)
Melihat
disini sebenarnya bukan hanya memperhatikan, namun lebih dari itu
memperhatikan, meneliti dan mengambil hikmah dari penciptaan Allah atas makhluk-Nya.
“ Melihat” Sebuah ungkapan jelas yang menunjukkan bahwa setiap orang bisa
melihat fisik burung, anatomi dan keindahan bulu maupun suaranya. Apalagi para
kolektor burung piaraan yang berharga sangat fantastis. Juga saat seekor burung terbang diangkasa
dengan cepat, meluncur deras, menerkam mangsanya, seolah tak terpengaruh dengan gaya gravitasi
bumi, sangat cepat dan lihai.
Hikmahnya
adalah ada sebuah kekuatan Maha Besar
Pengatur pergerakan burung-burung tersebut, yang terbang tinggi di angkasa, mengatur keseimbangannya
sehingga bisa tetap melayang diudara tidak jatuh. Siapakah yang mengatur itu
semua? Jawabnya adalah Allah Subhanahu wa taala.
Karena Allah
Yang Maha Mengetahui bagaimana menciptakan Makhluk dan bagaimana mengaturnya
(Tafsir An Nasafi, 3/515)
Seolah Allah
juga ingin menggambarkan, sebagaimana Dia bisa membuat keadaan burung di udara
sesuai dengan keinginan-Nya, seperti juga Dia bisa mengazab kaum kafir atas
pembangkangan mereka. ( Tafsir Jalalain,1/756)
TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 1 ( Bagian 2)
·
Nash Ayat
تَبَارَكَ
الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maha Suci Allah Yang di tangan-Nya segala kerajaan dan dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu ( QS. Al Mulk [67]:1)
·
Tinjauan
Bahasa Arab
تَبَارَكَ
Kata tabarak
berasal dari pola تفاعل ( ta-fa-a-la)
berfungsi sebagai sighat mubalaghah ( tingkat superlative ) . Tabarak,
berpola ta-fa-a-la, berasal dari kata: Al Barakah maknanya banyak
dan luas, Al Azhari berkata,” Tabaraka ta’ala berarti Maha Agung dan Maha
Tinggi. ( Tafsir Al Qurthubi, 7/223).
Sedangkan makna barakah adalah tumbuh dan berkembang
( Fathul Bayan,14/229)
Menurut Az Jujaj kata
barakah meiliki dua makna:
ü Makna pertama, bertambahnya kebaikan
ü Makna kedua, Maha Tingginya Allah dalam Dzat,
Sifat dan perbuatan-Nya ( Tafsir Ar Razi,
24/428)
PENDAPAT PARA ULAMA
·
Imam Al
Qurthubi menyebutkan dalam tafsirnya:
وَقَالَ
ابْنُ عَبَّاسٍ: بِيَدِهِ الْمُلْكُ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُحْيِي
وَيُمِيتُ، وَيُغْنِي وَيُفْقِرُ، وَيُعْطِي وَيَمْنَعُ. وَقَالَ مُحَمَّدُ بْنُ
إِسْحَاقَ: لَهُ مُلْكُ النُّبُوَّةِ الَّتِي أَعَزَّ بِهَا مَنِ اتَّبَعَهُ
وَذَلَّ بِهَا مَنْ خَالَفَه
Ibnu Abbas
berkata,” Maha Suci Allah yang di tangan-Nya kekuasaan untuk memuliakan siapa
saja yang dikehendaki dan merendahkan siapa saja yang dikehendaki-Nya, Yang
menghidupkan, Yang mematikan, Yang memberi kekayaan, Yang memberi kemiskinan,
Yang memberi dan menahan, Berkata Ibnu Ishak,” Bagi Allah kekuasaan untuk mengutus
kenabian, memuliakan pengikutnya dan menghinakan siapa yang mengingkari tentangnya”.
( Tafsir Al Qurthubi,18/306)
·
Syekh
Wahbah Az Zuhaily berkata:
تَبارَكَ
تعاظم وتعالى بالذات عن كل ما سواه، وكثير خيره وإنعامه، من البركة: وهي النماء
والزيادة الحسية أو المعنوية. بِيَدِهِ الْمُلْكُ المالك المطلق وصاحب السلطان
المتفرد، وبِيَدِهِ نؤمن باليد كما جاء على مراد الله، والظاهر من الآية هنا بيان
قدرة الله وسلطانه ونفاذ تصرفه في ملكه
Tabaraka, artinya keagungan Allah dalam Dzat-Nya atas
makhluk lain, banyaknya kebaikan dan nikmat dari Allah, kata Tabaraka
berasal dari kata barakah yang artinya tumbuh dan berkembang baik secara
lahir maupun batin, di tangan Allahlah segala kekuasaan mutlak, Dia-lah pemilik
kekuasaan tunggal. Dengan tangan-Nya lah kami beriman kepada Allah seperti yang Allah maknakan dalam kata tangan. Secara
lahiriyah ayat ini menjelaskan tentang ketetapan Allah dan berlaku kekuasaan-Nya.
·
Imam As
Syaukani berpendapat:
تَبَارَكَ:
تَقَدَّسَ، وَصِيغَةُ التَّفَاعُلِ لِلْمُبَالَغَةِ، وَالْيَدُ مَجَازٌ عَنِ
الْقُدْرَةِ وَالِاسْتِيلَاءِ، وَالْمُلْكُ: هُوَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، فَهُوَ يُعِزُّ مَنْ يَشَاءُ وَيُذِلُّ
مَنْ يَشَاءُ، وَيَرْفَعُ مَنْ يَشَاءُ وَيَضَعُ مَنْ يَشَاءُ
Tabaraka, artinya Maha
Suci, pola kalimat Ta-faa-ul, dalam bahasa Indonesia berfungsi sebagai sighat mubalaghah (
superlative ). Makna tangan disini adalah bentuk majaz atas qudratnya Allah.
Al Mulk adalah kekuasaan Allah yang meliputi langit dan bumi, dunia dan
akherat, Dia memuliakan siapa yang dikehendaki-Nya dan menghinakan siapa yang
dikehendaki-Nya. Mengangkat dan merendahkan siapa saja yang DIa kehendaki. (
Fathul Qadir,5/308)
·
An Nasafi
dalam tafsirnya berpendapat:
Tabaraka maknanya adalah Allah
Maha suci dan Maha Agung dari segala sifat-sifat makhluk, yang ditangan-Nya
kekuasaan, yang meliputi semua makhluk-Nya, memberi kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki dan
mencabutnya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Dia maha Kuasa atas segala
sesuatu, dari memberikan nikmat dan memberikan ancaman, Dia Maha Kuasa atas
kesempurnaan. ( Tafsir Al Alusi, 3/510)
·
Sayyid
Qutub berpendapat:
Ayat pertama dalam surat ini, merupakan terapi baru
dalam meluruskan pemikiran antara wujud kebendaan dengan sang Penciptanya. Pemikiran yang luas, menyeluruh, meretas
batas bumi yang sempit, dan dunia yang terbatas kepada alam langit dan
kehidupan akherat. Juga kepada makhluk ciptaan lain selain manusia di dunia
seperti jin, burung-burung dan lainnya, dan alam akherat seperti neraka
Jahannam dan seisinya, kepada alam ghaib selain alam kebendaan yang selalu
mendekam dalam hati manusia ( Fi
Dzilalil Qur’an,6/3639)
TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 16 (BAG. 9)
ALLAH MAHA PEMBERI RASA AMAN
·
Nash
Ayat
أَأَمِنْتُمْ
مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16)
أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا
فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)
“Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit
tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?
“Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di
langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu
akan akan mengetahui bagaimana ( akibat mendustakan) peringatan-Ku “. (QS.Al
Mulk:16-17)
·
Pendahuluan
Saat kita merasa takut ketahuilah bahwa ada tempat
paling aman untuk berlindung dan bermohon pertolongan, Dia lah Allah Dzat Yang
Maha Memberi Aman. Orang-orang mukmin akan selalu berinteraksi dengan sumber
rasa Aman beribadah dan berharap hanya kepada-Nya, Dia lah Allah. Sementara orang-orang kafir
mereka akan menjauhi Allah, beralih kepada selain-Nya, padahal Dia lah Allah Pemberi Aman. Tiada
keamanan, kenyamanan, kedamaian dan keamanan hakiki melainkan dengan kembali
kepada Allah dengan sebenarnya.
·
Tinjauan Bahasa
أَأَمِنْتُمْ
Sudah
amankah kamu
Pola
istifham (pertanyaan) dalam ayat ini menunjukkan ungkapan “heran” bagi
kaum yang masih saja merasa aman dari azab Allah meski mereka menyimpang dari
perintah Allah dan membangkang. (Muhammad Sayid Thantawi,Tafsir Al
Wasith,15/21)
أَنْ يَخْسِفَ
Ditelan,
gempa
حَاصِبًا
Badai
berbatu
·
Kandungan
Ayat
Ayat ini merupakan pertanyaan yang Allah ajukan kepada
orang-orang kafir yang mendustakan ayat ayat Allah bahwa mereka tak akan aman
selama keingkaran masih bercokol di hati. Karena Allah yang Maha Memberi Aman,
Dia juga yang Maha Menghilangkan Rasa Aman bagi orang-orang yang tak
henti-hentinya mengerjakan larangan Allah, namun ingkar akan
perintah-perintah-Nya. Mereka enggan mendengarkan peringatan yang di dakwahkan
oleh para Rasul-Rasul-Nya. ( Tafsir At Thabari,23/513)
Balasan bagi orang-orang selalu ingkar kepada aturan
Allah adalah kelak mereka akan merasakan pedihnya azab saat langit menurunkan
hujan batu yang bergerak bak awan berarak ( Abu Ubaidah Ma’mar Bin Matsani Al
Bashri, Majazul Qur’an, 3/262)
Juga seperti azab yang menimpa kaum nabi Luth yg menyimpang
dari fitrah manusia dengan menyukai sesama jenis dengan ditimpakan badai
bercampur batu dan kerikil. (Ghayatul Amani Fil Kalami ar Rabani,1/200)
Bersambung …..