إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِهِ صَفًّا
كَأَنَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan
yang tersusun kokoh. ( QS. Ash Shaff: 4)
Tinjauan Bahasa
يُقَاتِلُونَ
Berperang
صَفًّا
Barisan, shaf
بُنْيَانٌ
Bangunan
مَرْصُوصٌ
Tersusun rapi seperti barisan gigi,
seperti bangunan yang bersambung satu dan lain[1]
Kandungan Ayat
Ayat ini merupakan pelajaran bagi kaum muslimin
secara umum dan para dai secara
khusus untuk menjaga soliditas dalam
berjuang dijalan Allah. Karena kaum yang menjaga soliditas dalam berjuang akan
dicintai Allah dan yang berpecah belah akan dimurkai Allah. Apalagi dalam medan
jihad, Rasululullah paham betul urgensi
merapatkan barisan, selain untuk mempermudah komando juga memiliki fungsi lain
diantaranya:
1.
Menambah kekuatan berjamaah, karena
jika ada ruang-ruang kosong memungkinkan ada penyusup masuk kedalam barisan
untuk mengacau, melemahkan bahkan memecah
barisan kaum muslimin.
2.
Merupakan strategi untuk
menggentarkan musuh karena mereka akan melihat kekompakan lawan.
3.
Memungkinkan masing-masing pihak
bekerja sesuai fungsi dan perannya, tidak berpangku tangan dan mengandalkan
pihak lain dalam berjuang. Dahulu bagaimana Rasulullah membagi para sahabat
sesuai dengan kemampuan mereka dalam berperang, sehingga mereka fokus untuk
meyelesaikan tugas perjuangan dibidangnya, tidak mengurusi bidang yang
dikerjakan orang lain, dengan begitu tugas mereka akan selesai sempurna.[2]
Syekh Ibrahim al Qathan berkata dalam
tafsirnya:
إن
الله تعالى يحب النظامَ في كل شيء، وهو يحبُّ الذين يقاتلون في سبيله منتظمين في
أماكنهم كأنهم بنيانٌ متلاحمُ الأجزاء، كأنه قطعة واحدة، فالنظام أساسُ بنيان
الأمة، وان وعدَ الله حقّ، وقد وعد المجاهدين بالنصر إذا أخلصوا وصدَقوا وحافظوا
على النظام.
Sesungguhnya Allah mencintai keteraturan dalam
segala hal, Dia juga mencintai keteraturan dalam berperang di jalan Allah,
sesuai medannya seolah mereka bangunan yang satu. Mereka ibarat potongan yang
satu, aturan adalah dasar bangunan sebuah umat. Janji Allah sungguhlah benar,
Dia menjajikan kepada para mujahidin kemenangan jika mereka ikhlas, jujur dan
menjaga aturan. [3]
Jika aturan yang dimaksud dalam hal ini adalah
Al Qur’an maka siapapun dia harus mengikatkan diri dengan aturan Al Qur’an atau
institusi atau jamaah yang menjadikan Al Qur’an pedoman dalam derap
perjuangannya. Betapapun sulit, pelik dan keruh. Karena hidup bersama jamaah
itu lebih baik dari pada hidup sendiri tanpa arah.
Rasulullah Shalallahu Alaihi wa sallam bersabda
dari hadits yang bersumber dari Abu Darda radhiyallahu anhu:
عليكم بالجماعة فإنما يأكل الذئب من الغنم القاصية
“ Hendaklah kalian
berjamaah karena serigala tidak akan menerkam, melainkan jika seekor domba yang sendirian”. (HR. Abu
Daud. No 1070 di Hasankan oleh Syekh Nasiruddin al Al Bani)
Badruddin Aini dalam Syarah Abi Daud
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kata القاصية " “
Kambing yang sendirian dan jauh dari
kumpulannya”[4]
Meski hadits ini terkait dengan shalat
berjamaah dan keutamaannya namun sangat relevan dengan kehidupan berjamaah,
artinya orang yang menjauh dari jamaah ibarat kondisinya ibarat seekor kambing
yang terpisah dari kumpulannya mudah utk diterkam serigala.[5]
Imam At Thabari berpendapat:
(كَأَنَّهُمْ
بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ) يقول: يقاتلون في سبيل الله صفَّا مصطفَّا، كأنهم في
اصطفافهم هنالك حيطان مبنية قد رصّ، فأحكم وأتقن، فلا يغادر منه شيئً
(Mereka ibarat bangunan
yang tersusun kokoh) dia berkata: “Yaitu mereka berperang fi sabilillah dengan
shaf yang tersusun rapi, bak keteraturan dalam seutas tali, rapi nan kokoh,
tidak rontok satupun” (Tafsir at Thabari 23/357)
Imam Ibnu Katsir menyebutkan
hadits yang bersumber dari Abu Said Al Khudri
قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : " ثلاث
يضحك الله إليهم : الرجل يقوم من الليل ، والقوم إذا صفوا للصلاة ، والقوم إذا
صفوا للقتال
"
.
Rasulullah bersabda,” Tiga
golongan yang membuat Allah tersenyum, seorang yang mengerjakan shalat malam, kaum
yangmeluruskan barisan saat hendak shalat dan kaum yang merapikan barisan saat
hendak berperang.’( HR. Ibnu Majah)
Kesimpulan
1.
Cinta dan rahmat Allah akan turun
bersama jamaah, oleh karena itu hindari perpecahan apapun bentuknya.
2.
Barisan yang kuat dan kokoh
merupakan syarat utama kemenangan.
3.
Perang bisa berarti perang fisik,
maupun perang peradaban oelh karena itu seyogyanga kaum muslimin menyiapkan
diri untuk menghadapi keduanya dengan terus merapatkan barisan. Karena
musuh-musuh islam akan senang jika sesama muslim bercerai berai.
والله أعلم
[1]
Muhyiddin Ahmad Musthafa Darwisy (w1403H), I’rabul Qur’an, jilid X (
Beirut: Dar al Yamamah,1415H) h. 75
[2] Abdurrahman Nasir As Sa’di (1376 H), Taisir al Karim Ar
Rahman Fi Tafsir Kalam al Mannan, Jilid 1(Muassasah Ar Risalah, 1420H) h. 856
[3] Ibrahim
al Qathan (1404H), Taisir atTafsir, juz
3 hal 328
[4]
Badruddin ‘Aini (855H), Syarah Sunan Abu Daud, jilid 3 (Riyadh: Maktabah Ar Rusyd,1420 H) h. 18
[5] Al
Munawi, Faidhul Qadir, 5/476
Tidak ada komentar:
Posting Komentar