قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah,’ Dialah Allah Tuhan yang Esa”
Islam
memiliki konsep Ketuhanan yang sempurna, tidak seperti penganut agama dan
kepercayaan lain, yang memiliki beragam asumsi terhadap “Tuhan”. Ada yang meyakini benda sebagai sesembahan,
ada juga yang, Buktinya ayat pertama ini menjelaskan bahwa Allah merupakan Illah, sesembahan yang
tunggal. Tidak seperti keyakinan Nasrani dengan ajaran Trinitas, juga tidak
seperi keyakinan kaum musyrikin yang menganggap banyak sesembahan (Politheis). Tidak
juga seperti kaum yang anti Tuhan (Atheis). Tiada sekutu bagi Allah, dan Dia adalah Dzat yang paling berhak
disembah.
1. Sabab Nuzul
Ayat
Sebab turun ayat ini seperti telah disebutkan dalam
pembahasan sebelumnya, Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya, pendapat dari
Ikrimah:
Saat kaum Yahudi mengatakan, “Kami menyembah Uzair anak Allah, kaum Nashrani mengatakan,”Kami menyembah Al Masih anak
Allah, lalu kaum Majusi mengatakan,”Kami
menyembah matahari dan bulan, dan orang-orang musyrik mengatakan,” Kami
menyembah patung”, kemudian Allah menurunkan ayat ini kepada Rasulullah
Shalallah alaihi wasallam.[1]
2. Makna Illah
Secara bahasa illah
berasal dari kata:
اَلَهَ - يَأْلَهُ –اِلَاهًا و آلـِهَةً
Bentuk dasar الإله
menjadi الله artinya sesembahan.[2]
Artinya Allah adalah satu-satunya Dzat yang berhak untuk disembah.
Perbedaan al-Illah dan Rabb
Menurut Ibnu Taiymiyah
perbedaan antara Illah dan Rabb terkait pada:
الإله - يتضمن غاية العبد ومصيره ومنتهاه وما خلق
له وما فيه صلاحه وكماله وهو عبادة الله والاسم الثاني –
الرب - يتضمن خلق العبد
ومبتداه وهو أنه يربه ويتولاه
Makna Al illah,
mencakup esensi penghambaan yang paripurna, apa yang diciptakan-Nya terdapat
kebaikan dan kesempurnaan, yaitu penyembahan kepada Allah. Sedangkan makna Ar-Rabb,
mencakup makna penciptaan makhluk dan permulaannya, dan Allah mengatur. [3]
Artinya, jika disebut
kata Al Ilah atau Allah, maknanya adalah Allah saja yang berhak
dijadikan sesembahan. Sedangkan jika disebut makna Ar-Rabb, maka Allah
saja yang mengatur, menciptakan dan mencukupi seluruh kebutuhan makhluk-Nya.
3. Makna Ahad ( لأحد ا)
Menurut Ibnu Asyur, kata
Ahad ( احد ) adalah isim (kata benda)
yang bermakna Wahid (واحد).
قُلِبَتِ
الْوَاوُ هَمْزَةً عَلَى غَيْرِ قِيَاسٍ لِأَنَّهَا مَفْتُوحَةٌ وَمَعْنَاهُ
مُنْفَرِدٌ
“Berubah Wawu (و
) menjadi al-Hamzah (ا ) tanpa Qiyas karena
berharakat Fathah, artinya tunggal (munfarid).[4]
فَوَصْفُ
اللَّهِ بِأَنَّهُ أَحَدٌ مَعْنَاهُ: أَنَّهُ مُنْفَرِدٌ بِالْحَقِيقَةِ الَّتِي
لُوحِظَتْ فِي اسْمِهِ الْعَلَمِ وَهِيَ الْإِلَهِيَّةُ الْمَعْرُوفَةُ
وَإِذَا
قِيلَ: اللَّهُ وَاحِدٌ، فَالْمُرَادُ أَنَّهُ وَاحِدٌ لَا مُتَعَدِّدٌ فَمَنْ
دُونَهُ لَيْسَ بِإِلَهٍ. وَمَآلُ الْوَصْفَيْنِ إِلَى مَعْنَى نَفْيِ الشَّرِيكِ
لَهُ تَعَالَى
فِي إِلَهِيَّتِهِ.
Sifat Allah dengan kata Ahad (احد )
maknanya,” Dia tunggal dalam hakikat, yang artinya Sesembahan yang diketahui,
jika sifat Allah Wahid ( (واحد, maka maksudnya adalah
tunggal, tidak berbilang tiada Tuhan selain Allah, kedua makna diatas menafikan
sekutu bagi-Nya dalam penyembahan.[5]
Imam As Syaukani menukil
pendapat Al-Azhari,”Tidaklah disifati dengan Ke-Esa-an melainkan hanya Allah
saja.[6]
4. Pendapat para
Mufassirin
a. Menurut Ahmad
Musthafa Al-Maraghi
Beliau menyebutkan dalam
tafsirnya, Tafsir Al-Maraghi:
قل لمن
سألك عن صفة ربك: الله هو الواحد المنزه عن التركيب والتعدّد، لأن التعدد فى الذات
مستلزم لافتقار المجموع إلى تلك الأجزاء والله لا يفتقر إلى شىء
“Katakanlah
bagi siapa saja yang bertanya tentang sifat Tuhan-mu ( Muhammad),”Allah Dia-lah
yang Esa, suci dari gabungan dan penjumlahan, karena penjumlahan dalam Dzat
yang Pasti tidak menerima gabungan pada bagian-bagian tersebut, dan Allah tak
kurang apapun”.[7]
b. Syekh Wahbah
Az-Zuhaily
Beliau menyebutkan dalam
tafsir Al-Munir:
واحد في
ذاته وصفاته، لا شريك له، ولا نظير ولا عديل. وهذا وصف بالوحدانية ونفي الشركاء.
والمعنى: هو اللَّه الذي تعرفونه وتقرّون بأنه خالق السموات والأرض وخالقكم، وهو
واحد متوحد بالألوهية، لا يشارك فيها
Allah adalah Tunggal
dalam Zat dan Sifat-Nya, tiada sekutu bagi-Nya, tiada yang setara dengan-Nya. Inilah
sifat Wahdaniyah (Ke-Esaan) yang menafikan sekutu-sekutu. Maknanya Dialah Allah
yang kau ketahui, kau yakini, Dia-lah Pencipta langit dan bumi, Dia-lah Esa
dalam penyembahan, tiada sekutu didalamnya.[8]
c. Menurut Ats Tsa’labi
وَاحدٌ فَرْدٌ مِنْ جميعِ
جِهَاتِ الوَحْدَانِيَّة، ليس كمثله شيء
Allah Maha Esa, Yang
Tunggal dalam segala kondisi Ke-Esaannya, tiada yang serupa dengan-Nya. [9]
5. Kesimpulan
a. Konsep Ketuhanan
dalam Islam sangat sempurna tidak seperti penganut kepercayaan lain.
b. Allah Maha Esa,
dalam segala hal dan tiada sekutu bagi Allah
c. Makhluk tiada yang
serupa dan setara dengan Al Khaliq.
والله أعلم
[1]
Tafsir Ibnu Katsir, 8/527
[2] Al Jauhari, Mukhtarus Shihah, 6/2223
[3]
Ibnu Taimiyah, Majmu’ Al Fatawa, 14/12
[4]
Ibnu Asyur, At Tahrir wa At Tanwir, 30/613
[5] Ibnu Asyur, At Tahrir wa At Tanwir, 30/614
[6] As
Syaukani, Fathul Qadir, 5/633
[7]
Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi, (Mesir: Syarikah Musthafa Al
Halbi, 1365H), 30/265
[8]
Syekh Wahbah Az-Zuhaily, ( Tafsir Al Munir, (Damaskus:Dar Al-Fikr Al Muashir, 1418H),
30/465
[9]
Ats-Tsa’labi, Al Jawahirul Hisan, 5/638
Tidak ada komentar:
Posting Komentar