يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ
إِلَّا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ (105) وَأَمَّا الَّذِينَ
سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ
السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (108)
(105)
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun
yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang
celaka dan ada yang berbahagia.
(108) Adapun
orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang
lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.
Beragam definisi tentang “kebahagiaan”:
- Ketenangan jiwa dan perasaan
- Terkumpulnya iman dan ridha kepada Allah
- Keamanan hidup
- Kesuksesan dan kekayaan
- Kelezatan terus menerus
- Kenyang dan tak kelaparan selamanya
f.
Kebahagiaan dunia dengan segala perangkatnya,
kebahagiaan aherat dengan syurga dan kenikmatannya.
1. Kebahagiaan
didalam Al Qur’an secara spesifik disebutkan dalam surat Hud ayat 105 dan 108
sedang pada ayat lain, Al Qur’an banyak menyebut tentang sebab-sebab
kebahagiaan.
يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ
إِلَّا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ
Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun
yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya; maka di antara mereka ada yang
celaka dan ada yang berbahagia.
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
يَوْمَ يَقُومُ الرُّوحُ
وَالْمَلائِكَةُ صَفًّا لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلَّا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمنُ وَقالَ
صَواباً
Pada
hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka tidak
berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang
Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar. (QS. An Naba:38)
2. Kebahagiaan
didalam Al Qur’an erat kaitannya dengan syurga dan neraka
Menurut
Said Hawwa, kebahagiaan manusia di akherat kelak terkategori menjadi dua; masuk
syurga lebih dahulu atau masuk syurga belakangan, ia bahagia setelah
diselamatkan Allah dari azab neraka. (Al Asas Fi Tafsir, Said Hawwa, 5/2604)
3. Kebahagiaan
didalam Al Qur’an datang dengan bentuk pasif, artinya kebahagiaan itu bukan
manusia yang menciptakan, melainkan datang dari Allah.
وَأَمَّا
الَّذِينَ سُعِدُوا فَفِي الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ
وَالْأَرْضُ إِلَّا مَا شَاءَ رَبُّكَ عَطَاءً غَيْرَ مَجْذُوذٍ (108)
Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga,
mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (QS. Hud:108)