لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ (3
( وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (
4 (
Dia tidak beranak
dan tidakpula diperanakkan (3) dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia (4)
A.
Makna Mufradat
ولد
Anak
لَمْ يَلِدْ
Tidak beranak
كُفُوًا
Setara,
sepadan
Allah Maha Ada, Dia bukan berasal dari yang makhluk. Dia
Maha Suci dari sifat-sifat makhluk yang terlahir, Dia juga tidak memiliki
keturunan, Dia ada sejak awal (qadim) tak ada yang lebih awal dari Allah, dan Dia
Maha Kekal selamanya, sampai kapanpun.[1]
1.
Menurut Abu Bakar Al-Jazairi
Beliau menyebutkan dalam tafsirnya:
لم يلد: أي لا يفنى إذ لا
شيء يلد إلا وهو فان بائد لا محالة. ولم يولد: أي ليس بمحدث بأن لم يكن فكان هو كائن أولا وأبدا.
Makna “Lam Yalid” yaitu, tidak
fana (binasa) karena jika sesuatu berasal dari dilahirkan, maka ia bisa rusak
binasa. Dan “wa lam yulad”,”Allah bukanlah baru karena Dia adalah
Zat yang ada sejak awal dan selamanya”.[2]
2.
Syekh Wahbah Zuhaili
Terkait makna ayat
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ
يُولَد
Dia tidak
beranak dan tidakpula diperanakkan
Beliau menyebutkan:
وهذا نفي
للشبه والمجانسة، ووصف بالقدم والأولية، ونفي الحدوث
Penafian dalam ayat ini berfungsi sebagai perumpamaan dan penyetaraan
(Allah tiada setara dengan serupa) penyifatan dengan awal mula bermakna
menafikan sesuatu yang baru.[3]
3.
Thahir Ibnu Asyur
Beliau menyebutkan dalam tafsirnya:
وَلِأَنَّهُ
لَوْ تَوَلَّدَ عَنِ اللَّهِ مَوْجُودٌ آخَرُ لَلَزِمَ انْفِصَالُ جُزْءٍ عَنِ
اللَّهِ تَعَالَى وَذَلِكَ مُنَافٍ لِلْأَحَدِيَّةِ
Karena jika terlahir keturunan dari Allah,berarti ada wujud lain
pecahan dari Allah dan inilah yang menafikan sifat Ahad (tungga) Allah. [4]
Sesuai dengan firman Allah:
وَقالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمنُ وَلَداً سُبْحانَهُ بَلْ عِبادٌ
مُكْرَمُون
Dan
mereka berkata,”Tuhan Yang Maha Pemurah telah memiliki anak, Maha Suci Allah.
Sebenarnya (malaikat-malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan” (QS. Al
Anbiya[21]:26
4.
Menurut Ibrahim Al Qattan
(1404H)
Beliau
menyebutkan dalam Taysir At Tafsir:
لم يتَّخِذ ولداً ولا زوجة، ولم يولَد من أبٍ ولا أُم. . فهو قَديمٌ
ليس بحادِثٍ، ولو كان مولُودا لكان حادِثا. إنه ليس له بدايةٌ ولا نهاية.
Dia (Allah) tidak mengambil anak juga istri, tidak berketurunan dari ayah
maupun ibu, Dia qadim (terdahulu) bukan hadits (baru). Karena jika Allah terlahir,
maka Dia adalah makhluk baru, padahal Dia tak bermula dan tak berakhir”.[5]
Allah Maha Suci dari segala tuduhan kaum kafir dan musyrik terhadap Allah
yang berketurunan. Tuduhan yang sangat tidak pantas ditujukan kepada Allah.
Penegasian dalam ayat ini merupakan jawaban atas tuduhan kaum Nashrani
yang menyangka bahwa Nabi Isa adalah anak Allah, dan orang Yahudi yang berkata
bahwa Uzair adalah anak Allah, juga tuduhan sebagian orang Arab yang menyangka
bahwa para malaikat adalah puteri-puteri Allah, dan sangkaan orang-orang Hindu
yang menyatakan Tuhan-Tuhan lain kepada
Allah dan Allah memiliki keturunan. [6]
Firman Allah:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ
عُزَيْرٌ ابْنُ اللَّهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللَّهِ ذَلِكَ
قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ
قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan
orang-orang Nasrani berkata: "Al Masih itu putera Allah". Demikianlah
itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang
kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?
(QS. Taubah [9]:30)
B. Tiada yang
Setara Dengan Allah
Firman Allah:
وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ( 4 (
“Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia (4)
Terkait dengan ayat ini Syaikh Mutawalli Asy-Sya’rawi menyebutkan
dalam tafsirnya:
لم يوجد له مماثل أو مكافئ لا في حقيقة الوجود ولا في حقيقة الفاعلية
ولا في أية صفة من الصفات الذاتية
Tiada yang serupa atau setara dengan
Allah, tidak pada hakikat keberadaan maupun kenyataan, begitupula pada sifat Zat-Nya.[7]
Disebutkan dalam hadits Rasulullah
riwayat Imam al Hakim:
عَنْ أُبَيِّ بْنِ
كَعْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، " أَنَّ الْمُشْرِكِينَ، قَالُوا: يَا
مُحَمَّدُ، انْسُبْ لَنَا رَبَّكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {قُلْ هُوَ
اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ} قال: الصمد: الذي لم يلد، {وَلَمْ يُولَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} لِأَنَّهُ لَيْسَ شَيْءٌ يُولَدُ إِلَّا
سَيَمُوتُ، وَلَيْسَ شَيْءٌ يَمُوتُ إِلَّا سَيُورَثُ، وَإِنَّ اللَّهَ لَا
يَمُوتُ وَلَا يُورَثُ {وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ} قَالَ: لَمْ يَكُنْ
لَهُ شَبِيهٌ، وَلَا عَدْلٌ وَلَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ .
Dari
Ubay Bin Ka’ab Radhiyallahu Anhu,” Bahwa orang-orang Musyrik berkata,”Wahai
Muhammad beritahu nasab Tuhanmu kepada kami, lalu Allah menurunkan ayat:
{قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ}
Katakanlah,
Dia –lah Allah, yang Maha Esa,Dia Allah tempat bergantung segala sesuatu).
Ash
Shamad adalah,”Dia yang tak beranak,
{وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ}
Tiada
diperanakkan dan tidak ada yang setara dengan-Nya,
Karena
setiap yang di lahirkan, ia akan mati, dan dan setiap yang mati akan mewarisi,
dan Allah tak mati dan tak mewarisi,
وَلَمْ
يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ}
Tiada
sesuatupun yang setara dengan Allah
Allah tak serupa dengan apapun dan tak
ada yang sesuatu yang sebanding dengan Allah. (HR. Al Hakim, no. 3897)
والله أعلم
[1]
Tafsir At Thabari, 24/693
[2] Al
Jazairi, Aisar At Tafasir, 5/628
[3]
Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir, 30/465
[4] Thahir
bin Asyur, At Tahrir wa Tanwir, 30/618
[5]
Ibrahim Al Qattan, Taysir At Tafsir, 3/458
[6]
Yusuf Al Qaradhawi, Tafsir Juz Amma, h. 560
[7]
Syekh Mutawalli Asy Sya’rawi, Tafsir Juz Amma, 661
Tidak ada komentar:
Posting Komentar