A.
Indentifikasi Surat
·
Surat
ini termasuk kedalam surat Madaniyah,
·
Jumlah ayatnya ada dua belas ayat,
·
Urutan surat ke enam puluh enam,
·
Berada
pada juz 28
·
Turun
setelah surat Al Hujurat
·
Nama
surat
Imam Asy
Syaukani menyebutkan dalam Fath al Qadir, nama surat At Tahrim disebut juga
dengan surat An Nabi begitujuga disebutkan oleh Al Qurthubi, sedangkan Ibnu
Mardawaih menyebutnya sebagai surat Al Muharram.[1]
B.
Munasabah (korelasi ) dengan Surat At Thalaq
Korelasi antara surat At Thalaq dengan surat At Tahrim adalah
keduanya memiliki kedekatan pembahasan terkait hukum-hukum dan permasalahan
keluarga, dan persoalan talaq.[2]
C.
Kandungan umum surat at Tahrim
Secara umum surat At Tahrim memberi pelajaran terkait dengan baitu
an nubuwah (rumah tangga nabi) sebagai teladan kepada umat manusia,
diantara pelajaran yang bisa kita petik dari surat ini diantaranya:[3]
·
Pelajaran
bagi para istri agar tidak banyak membuat para suami gundah dengan tuntutan dan
permasalahan yang dapat membuat
keretakan rumah tangga ayat 1-5)
·
Gambaran
tentang balasan di akherat bagi orang-orang yang beramal shalih, dan ancaman
azab neraka kepada orang-orang yang mengingkari perintah Allah dan Rasul-Nya
serta anjuran bertaubat atas dosa-dosa ( ayat 8)
·
Mengajarkan
kepada setiap manusia untuk mendidik anak dan keluarga, serta menjaga mereka
dari siksa neraka, (ayat 6)
·
Gambaran
tentang wanita shalilahah dalam kehidupan
keluarga para nabi terdahulu yaitu keluarga nabi Nuh dan nabi Luth serta kehidupan Maryam dan Asiyah
sebagai contoh baik ( ayat 10-12).
D.
Sabab Nuzul Ayat
Ada beberapa riwayat tentang sabab nuzul surat at tahrim
diantaranya:
ü Nabi mengharamkan hamba sahayanya yaitu Mariah Al Qibtiyah
Ibnu Jarir menyebutkan:
كَانَ
بَدْءُ الْحَدِيثِ فِي شَأْنِ أَمِّ إِبْرَاهِيمَ الْقِبْطِيَّةِ، أَصَابَهَا
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَيْتِ حَفْصَةَ فِي
نَوْبَتِهَا فَوَجَدت حَفْصَةُ،
فَقَالَتْ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، لَقَدْ جِئْتَ إليَّ شَيْئًا مَا جِئْتَ إِلَى
أَحَدٍ مِنْ أَزْوَاجِكَ، فِي يَوْمِي، وَفِي دَوْرِي، وَعَلَى فِرَاشِي. قَالَ:
"أَلَا تَرْضَيْنَ أَنْ أُحَرِّمَهَا فَلَا أَقْرَبَهَا؟ ". قَالَتْ:
بَلَى. فحَرَّمها وَقَالَ: "لَا تَذْكُرِي ذَلِكَ لِأَحَدٍ".
فَذَكَرَتْهُ لِعَائِشَةَ، فَأَظْهَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ:
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ لِمَ تُحَرِّمُ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكَ تَبْتَغِي
مَرْضَاةَ أَزْوَاجِكَ} الْآيَاتِ
فَبَلَغَنَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كفَّر عَنْ يَمِينِهِ، وَأَصَابَ
جَارِيَتَهُ
Permulaan pembicaraan pada peristiwa Ummu Ibrahim Al Qibtiyah (
Mariah Al Qibtiyah), yang berkumpul bersama nabi, dirumah Hafshah yang pada
saat itu giliran Hafsah, lalu Hafsah berkata,” Wahai Nabi, sungguh engkau telah
lakukan kepadaku, apa yang tidak engkau
lakukan kepada isteri-isterimu yang lain, pada hariku, giliranku dan tempat
tidurku. Lalu nabi bersabda,”Apakah kamu ridha jika aku mengharamkannya (Mariah
Qibtiyah) dan aku tak akan mendekatinya. Lalu Hafshah berkata,”Ya, lalu Nabi
mengharamkannya, dan bersabda,” Jangan kamu sampaikan kepada siapapun. Namun Hafshah
menceritakannya kepada Aisyah, dan Allah memberitahukan hal tersebut, maka
turunlah ayat:
Hai
Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari
kesenangan hati isteri-isterimu… (QS. At Tahrim:1)
ü Sikap nabi yang mengharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah.
Seperti
yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam kitab Sahihnya:
عَنِ عَائِشَةَ قَالَتْ:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْرَبُ عَسَلًا عِنْدَ
زَيْنَبَ بِنْتِ جَحش، وَيَمْكُثُ عِنْدَهَا، فتواطأتُ أَنَا وحفصةُ عَلَى: أيتُنا
دخلَ عَلَيْهَا، فَلْتَقُلْ لَهُ: أكلتَ مَغَافير؟ إِنِّي أَجِدُ مِنْكَ رِيحَ
مَغَافِيرَ. قَالَ: "لَا وَلَكِنِّي كُنْتُ أَشْرَبُ عَسَلًا عِنْدَ زَيْنَبَ
بِنْتِ جَحش، فَلَنْ أَعُودَ لَهُ، وَقَدْ حَلَفْتُ لَا تُخْبِرِي بِذَلِكَ
أَحَدًا"،
Dari
Aisyah ia berkata,” Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam, meminum madu, di
rumah Zainab binti Jahsy, dan tinggal beberapa lama disana. Lalu aku dan
Hafshah kesana, dan masuk ke rumah Zainab, lalu berkata kepada Nabi,”Apakah
engkau memakan maghafir (tumbuhan berbau busuk menyengat). Rasululla
menjawab,“Tidak, tetapi aku meminum madu di rumah Zainab binti Jahsy, aku tak
kan kembali kesana, dan aku sudah bersumpah agar kau tak memberitahu siapapun.
(Shahih Bukhari)[5].
والله أعلم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar