Jumat, 28 Juli 2017

Kelak, Yang Buruk Diangkat Yang Baik Dihinakan




Ketahuilah, membaca hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi wasallam, melahirkan kecintaan, ilmu dan ilustrasi prediksi sebuah zaman, baik prediksi kejayaan, kemenangan atau sebaliknya, keruntuhan, kezaliman dan penindasan. Yang terakhir ini, diungkap oleh Imam Al Hakim dalam Kitab Al Mustadraknya, dua-duanya bersumber dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, ajaibnya  hadits ini berdampingan, beliau ungkap kekacauan zaman terlebih dahulu, baru kejayaan Islam dan Penaklukkan Konstantinopel, Kotanya Heraclius. Prediksi semakin dekatnya hari kiamat, dan kondisi masyarakatnya jelas tergambar dalam hadits dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash berkata, ia pernah mendengar Rasulullah bersabda:

إن مِن أشراط السَّاعَةِ أَنْ تُرْفَعَ الْأَشْرَارُ وَتُوضَعَ الْأَخْيَارُ، وَيُفْتَحَ الْقَوْلُ وَيُخْزَنَ الْعَمَلُ، وَيُقْرَأَ بِالْقَوْمِ الْمُثَنَّاةُ لَيْسَ فِيهِمْ أَحَدٌ يُنْكِرُهَا» قِيلَ: وَمَا الْمُثَنَّاةُ؟ قَالَ: «مَا اكْتُتِبَتْ سِوَى كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

”Sesungguhnya tanda  hari kiamat, akan diangkat kaum yang buruk perangai dan akan dihinakan kaum  baik perangainya, akan muncul banyak ucapan (komentar) dan tersimpan (sedikitnya)  amal, orang-orang banyak membaca “Al Mutsanah” tak seorangpun yang mampu mengingkarinya, seseorang bertanya” Apakah “Al-Mutsannah itu”? ia adalah segala yang ditulis selain dari Kitabullah Azza Wa Jalla". (Imam Al-Hakim, Al Mustadrak no. 8661, Al Baihaqi dalam Syuabul Iman no. 4834, Sunan Ad Darimi no. 493, dan Ath Thabrani, no.482)


1. Yang Buruk Diangkat, Yang Baik Dihinakan

Aku tak tahu, kapankan zaman itu,mungkin kini,  saat orang-orang berperangai buruk diangkat menjadi pemangku kekuasaan, kebijakan yang menderitakan sebagian besar, dan membahagiakan segelintir. Saat keadilan begitu mahal, mahal ongkosnya dan mahal didapat, keadilan hanya cerita, saat orang-orang baik dituduh, dengan beragam rekayasa bukti. Sedangkan sang pelapor menjadi tersangka. Inikah zaman itu?
Kegaduhan tak kunjung usai, payung hukum begitu cepat dibuat dan di sahkan untuk melindungi golongan tertentu, menyisakan daftar-daftar target. Umat dikotak-kotakkan, Islam diadu domba, inikah zaman itu?

2. Banyaknya Ucapan, Sedikit Amal

Disadari atau tidak inilah zamannya, saat orang lebih pandai mengomentari sebuah kebaikan atau pekerjaan, sedang dirinya belum tentu bisa melakukan prestasi kebaikan seperti orang lain. Saat pengamat lebih banyak dari pada pelaku-pelaku kebaikan, penonton sok pandai dari pemain di lapangan. Terkait Masjid Al Aqsha misalnya, masih saja ada pihak yang berkomentar, urusan Palestina adalah urusan bangsa Palestina sendiri, jika kaum Zionis merampas rumah atau tanah, warga Palestina sebaiknya mengalah dan memberikan kepada Yahudi, atau hijrah. Apakah komentator itu tidak berfikir, jika rumah mereka dirampok, Apakah mereka juga akan memberikan isi rumahnya dengan Cuma-Cuma?

Atau muncul golongan yang hanya pandai menyuruh kebaikan, menshare peluang-peluang kebaikan, ini bagus. Namun ia sendiri tak melakukan, ia sudah nyaman dengan jumlah share-share di grup medsos terkadang tanpa validasi sumber, yang terakhir ini instrospeksi buat saya pribadi. Mungkin inikah zamannya.

3. Kesibukan Yang Memalingkan dari Al Qur'an

Tak ada yang tak sibuk, baik pekerja ataupun yang tidak bekerja, semuanya sibuk. Kesibukan yang memalingkan dari agama dan Al Qur’an. Untuk urusan dunia dilakukan dengan persiapan sekuat tenaga, namun saat urusan agama, persiapannya tak ada. Agama hanya hiasan saja, tidak berakar pada sanubari. Inikah zaman itu?
Ibnu Hazm memaknai “Al Mutsannah” sebagai buku-buku atau tulisan yang bersumber dari Ahlul Kitab, di dalamnya banyak kebathilan, menyebabkan manusia tersibukkan dengannya, jika manusia sudah tersibukkan, mereka akan meninggalkan Al Kitab dan As Sunnah, itulah tanda hari kiamat. (Ibnu Hazm, Al Muhalla, 8/341)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar