Tafsir Surat Al
Kautsar Bagian 2
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2)
Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.
·
Mufrodat
فَصَلِّ
Maka dirikanlah shalat
لِرَبِّكَ
Karena Tuhanmu
وَانْحَرْ
Dan berkorbanlah
·
Kandungan Ayat
Setelah Allah memberikan
anugerah yang banyak berupa Al Kautsar, kebaikan-kebaikan yang bergam dan
sungai di surga yang diperuntukan bagi orang-orang yang beriman, pada ayat
kedua ini, Allah memerintahkan kepada manusia untuk melaksanakan amalan
istimewa yaitu mendirikan shalat dan berkurban.
Karena orang beriman ia
akan mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah meskipun ibadah tersebut berat dan
sulit. Ketika tujuannya Allah semata, maka segala tantangan berat berbekal
sabar, akan mudah dilaluinya.
Firman Allah:
قُلْ إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
‘Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (QS. Al An’am:162)
Sedangkan orang musyrik,
mereka melakukan ibadah bukan karena Allah, tidak murni dalam ibadah maupun
dalam pengorbanannya.
Firman Allah:
وَلا
تَأْكُلُوا مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama
Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah
suatu kefasikan. (QS. Al An’am:121)
·
Makna Fashalli (فصل
)
Imam Ibnu Jarir At Thabari menyebutkan makna kata “fashali”
(kerjakanlah shalat), yang dimaksud shalat disini adalah:
1. Menurut Atha
yang dimaksud shalat disini adalah shalat fajar (shalat subuh) dalam pendapat
lain beliau memaknai shalat adalah bersyukur kepada Allah.
2. Ibnu Abbas
memaknai sebagai shalat maktubah (shalat wajib)
3. Qatadah memaknai
sebagai shalat Idul Adha dan An Nahr artinya menyembelih hewan kurban.
4. Mujahid memaknai
an nahr adalah penyembelihan hewan qurban di Mina.
5. Said bin Jubair
menyebutkan:
كانت هذه
الآية، يعني قوله: (فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ) يوم الحديبية، أتاه جبريل عليه
السلام فقال: انحر وارجع، فقام رسول الله صلى الله عليه وسلم، فخطب خطبة الفطر
والنحر (1) ثم ركع ركعتين، ثم انصرف إلى البُدن فنحرها، فذلك حين يقول: (فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَانْحَرْ)
Ayat ini turun pada peristiwa Hudibiyah, saat malaikat Jibril
datang dan berkata kepada Rasulullah shalalallahu alaihi wasallam, kemudian Rasul
bangkit dan berkhutbah hari raya Idul Fitri dan An Nahr (Hari raya kurban),
lalu beliau rukuk dua kali rukuk, setelah selesai beliau menyembelih unta, saat
itu beliau menyebut ayat:
(فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ)
Dan dirikanlah shalat lalu berkurbanlah (Tafsir At
Thabari,24/655)
·
Makna وانحر
(wan Nahr)
Menurut imam
Al Mawardi ada lima:
1. Sembelihlah
hewan kurbanmu (Ibnu Jubair, Ikrimah, Mujahid dan Qatadah)
2. Lanjutkan
ibadahmu (Ad Dhahaq)
3. Letakkan tangan
kanan diatas tangan kiri pada waktu shalat (Ali dan Ibnu Abbas)
4. Mengangkat
tangan saat takbiratul ihram (Ali)
5. Menghadap kiblat
dalam shalat juga dalam sembelihanmu ( Abu Al Ahwash)-Tafsir Al Mawardi,
6/355)
Korelasi
ayat (munasabah) dengan Perjanjian Hudaibiyah
1. Perjanjian
Hudaibiyah terjadi pada tahun ke-6 hijriyah
2. Rasulullah
bermaksud menunaikan umrah dan mengajak kaum muslimin yang berada di Madinah
untuk menunaikan umrah sebagai salah satu ajaran Islam, saat Rasulullah
menyampaikan mimpi beliau dengan para sahabat, sedang memasuki Masjidil Haram,
mengambil kunci Ka’bah, menunaikan umrah, tawaf dan bercukur rambut (tahalul).
Setelah dikabarkan mimpi tersebut, para sahabat senang sekali dan bersiap-siap
untuk menuju Mekkah.
3. Kaum muslimin
berjumlah 1400 orang, keluar bersama unta-unta mereka, tanpa membawa senjata,
bukti mereka tidak ingin berperang.
4.
Kaum musyrik Quraisy berusaha menghalangi kaum muslimin, setelah
kaum Muslimin tiba di Usfan (sekitar 80 km dari Mekah), Busra bin Sufyun datang
dengan membawa kabar tentang Quraisy yang telah mengetahui kedatangan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mereka telah menyiapkan pasukan
untuk menghalangi kaum Muslimin memasuki Mekah. Dan Khalid bin Walid dengan
pasukan kudanya sudah sampai di daerah Kura’ al-Gamim yang jaraknya dengan
Mekah sekitar 64 km.
5.
Untuk menghindari pertempuran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengambil jalan alternatif melalui Tsaniyyatil Mirar yaitu nama suatu
tempat Hudaibiyah.
6.
Rasulullah mengirim utusan untuk bernegosiasi menegaskan bahwa
kedatangan mereka adalah untuk umrah, lalu memilih Umar bin Khattab, namun Umar
menolak
يا رسول الله صلى الله عليه وسلم ليس
لي بمكة أحد من بني كعب يغضب لي إن أوذيت، فأرسل عثمان بن عفان، فإن
عشيرته بها،
وإنه مبلغ ما أردت، فدعاه، وأرسله إلى قريش
“Wahai Rasulullah saya khawatir terhadap diri
saya sendiri dari orang-orang Quraisy. (karena) di Mekah tidak ada satu pun
Bani Adiy bin Ka’ab yang bisa menolongku, sementara kaum Quraisy sudah
mengetahui bagaimana permusuhannku dan bagaimana kerasnya aku terhadap mereka.
Saya akan tunjukkan orang yang lebih terpandang di mata kaum Quraisy daripada
aku yaitu Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu, kemudian beliau memanggil Utsman
dan mengutusnya kepada Quraiys. (Shafiyurrahman al Mubarakfury, Ar
Rahiqil Makhtum, 1/311)
7.
Lama berselang waktu, tersiar kabar bahwa Utsman bin Affan terbunuh,
kemudian Rasulullah memanggil para sahabat untuk berjanji setia (bai’at) untuk sabar membela Islam, setia dan siap
mati untuk Islam, dan tidak akan berkhianat dalam peperangan.semua sahabat
berbaiat di bawah sebuah pohon kecuali seorang munafiq yang bernama Jad bin Qais.
Baiat inilah yang dikenal
dengan Baiatur Ridhwan, seperti disebutkan dalam firman Allah:
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ
عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ.
Sesungguhnya
Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia
kepadamu di bawah pohon (QS. Al Fath:18)
8.
Isi perjanjian Hudaibiyah
1.
Rasulullah tidak diperkenankan memasuki Mekkah untuk mengerjakan umrah
tahun ini harus kembali, namun boleh melakukannya tahun depan.
2.
Gencatan senjata antara kedua belah pihak selama 10 tahun
3.
Suku-suku lain yang akan ingin ikut dalam perjanjian dibolehkan masuk
kedalam barisan kedua belah pihak tersebut.
4.
Orang Quraisy yang melarikan diri ke Madinah tanpa izin walinya lalu
bergabung dengan Rasulullah segera dikembalikan ke Mekkah, sedangkan orang
Madinah melarikan diri ke Mekkah maka tidak boleh dikembalikan.
9. Beberapa Sahabat
tidak setuju dengan isi perjanjian
1. Ali bin Abi
Thalib terdiam
Dari butir-butir
perjanjian tersebut terlihat Rasulullah “mengalah” kepada Quraiys Mekkah,
Beliau memanggil Ali bin Abi Thalib untuk menulis kalimat:
بسم الله الرحمن الرحيم
(Bismillahirrahmanirrahim)
lalu seorang Quraiys bernama Suhail
datang merevisi seraya berkata,” Aku tidak mengenal Ar Rahman”, rubahlah
kalimat itu dengan kalimat:
بسمك اللهم (bismika Allaumma). Lalu
Suhail berkata disini tertulis kalimat
rasulullah رسو الله ,
ia berkata,” Jika engkau Rasul tentu kami tak
kan menolakmu ke Baitullah rubahlah kalimat itu dengan namamu dan orang tuamu,
محمد بن عبد الله (Muhammad bin Abdullah) lalu Nabi bersabda,” Aku adalah Rasulullah,
meski engkau mendustaiku”. Dan Nabi memerintahkan kepada Ali bin Abi Thalib
untuk merubahnya, namun Ali tidak setuju dan cenderung diam, hingga akhirnya
Nabi menghapusnya dengan tangannya sendiri.
2. Umar bin Khattab
Salah seorang sahabat
yang merasa paling terpukul adalah Umar bin Khattab dalam dialognya dengan
Rasulullah:
يا رسول
الله ألسنا على حق وهم على باطل؟ قال: بلى. قال: أليس قتلان في الجنة وقتلاهم في
النار؟ قال: بلى. قال: ففيم نعطي الدنية في ديننا، ونرجع ولما يحكم الله بيننا
وبينهم، قال: «يا ابن الخطاب إني رسول الله ولست أعصيه، وهو ناصري، ولن يضيعني
أبدا» قال: أو ليس كنت تحدثنا أنا سنأتي البيت فنطوف به؟ قال: بلى، «فأخبرتك أنا
نأتيه العام؟ قال: لا. قال: فإنك آتيه ومطوف به
Wahai
Rasulullah bukankah kita dalam kebenaran dan mereka dalam kebathilan? Nabi
menjawab,” Tentu”. Bukanlah kita jika terbunuh masuk surga dan mereka masuk
neraka?”. Nabi menjawab,”Tentu”. Umar berkata,”Mengapa kita merendahkan agama
kita”? maka hendaknya kita kembali kepada hukum Allah antara kita dan mereka”.
Nabi bersabda,”Wahai Ibnu Khattab aku adalah Rasulullah, aku tak bermaksiat
kepada Allah, Dia adalah penolongku, Dia tak kan meninggalkanku selamanya”.
Umar berkata,”Bukankah engkau mengatakan kepada kami bahwa kita akan tawaf di
Baitullah?”. Nabi bersabda,”Benar, (akan
tetapi) apakah aku mengatakan kepadamu bahwa kita akan mendatangingya pada
tahun ini?” Umar berkata,Tidak”. Lalu Nabi bersabda,” Sesungguhnya engkau akan
mendatanginya dan melakukan thawaf.” ( Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, Ar
Rahiqil Makhtum,(Beirut: Darul Hilal) juz 1/317)
Dengan gundah, kemudian Umar
mendatangi Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan mengutarakan perkataan yang sama
seperti yang diutarakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Kemudian Abu Bakar Radhiyallahu anhu mengingatkan Umar Radhiyallahu anhu ,
“Sesungguhnya ia adalah benar-benar utusan Allah dan dia tidak sedang
bermaksiat kepada Rabbnya dan Dialah penolongnya, patuhilah perintahnya ! Demi
Allâh Azza wa Jalla sesungguhnya ia di atas kebenaran. (HR.
al-Bukhari/al-Fath (11/167- 178/ no:2731,2732) dan (12/271/ no:3182) dan Muslim
(3/1412/no:1785) dan Ahmad (4/325) dengan sanad yang hasan)
10. Nabi tahalul
Diceritakan dalam ar
Rahiqil Makhtum kisah tahalulnya Rasulullah:
ولما فرغ
رسول الله صلى الله عليه وسلم من قضية الكتاب قال: قوموا، فانحروا، فو الله ما قام
منهم أحد حتى قال ثلاث مرات، فلما لم يقم منهم أحد قام فدخل على أم سلمة، فذكر لها
ما لقي من الناس، فقالت: يا رسول الله أتحب ذلك؟ أخرج، ثم لا تكلم أحدا كلمة حتى
تنحر بدنك، وتدعو حالقك فيحلقك، فقام فخرج فلم يكلم أحدا منهم حتى فعل ذلك، نحر
بدنه، ودعا حالقه فحلقه، فلما رأى الناس ذلك قاموا فنحروا، وجعل بعضهم يحلق بعضا
Setelah selesai persoalan penulisan
perjanjian, nabi bersabda,”Bangkitlah semua dan sembelihlah hewan, namun tak
seorangpun menyambutnya hingga beliau memanggil sebanyak tiga kali. Lalu Beliau
menemui kepada Ummu Salamah dan menceritakan hal yang terjadi, lalu Ummu
Salamah berkata,”Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin mereka mengikutimu?”.”
Keluarlah, jangan bicara kepada seorangpun hingga engkau menyembelih untamu,
kau panggil tukang cukurmu untuk mencukurmu, lalu Nabi keluar, tidak bicara
kepada siapapun dan melakukan apa yang disampaikan oleh Ummu Salamah. Saat
orang-orang melihat, mereka melakukan apa yang Rasulullah lakukan dan memoton
hewan, mereka saling bercukur seolah seperti hendak membunuh satu sama lain.
(ar Rahiqil Makhtum, 1/314)
والله أعلم