Pertanyaan:
Apakah wajib berniat shaum di bulan Ramadhan setiap harinya
ataukah cukup satu kali niat saja untuk sebulan penuh?
Jawaban:
Niat dalam ibadah hukumnya wajib untuk membedakan antara
ibadah dan bukan ibadah, atau untuk membedakan antara satu ibadah dan lainnya.
Para ulama sepakat bahwa tempatnya niat adalah didalam hati, sedangkan mereka
berbeda pendapat tentang talafudz
(pengucapan), dalam madzhab Syafi’i disunnahkan membaca Lafaz niat tersebut
dengan maksud agar hati terkonsentrasi dalam suatu ibadah tertentu.
Terkait dengan niat puasa, ada dua pendapat tentang kondisi
niat.
1.
Niat cukup sekali saja di
awal Ramadhan
Ini adalah pendapat Imam Malik:
إذا نوى
لجميع شهر رمضان من أول ليلة أجزأه ذلك
“Jika
seseorang berniat untuk sebulan penuh
pada awal Ramadhan maka mencukupi hal itu” (Al Ma’unah Fi Mazhab Alim
Al Madinah, 458).
Menurut Imam Malik, puasa merupakan satu ibadah, yang tak
terpisah-pisah dalam bilangan hari. Sehingga cukup satu kali saja niat diawal
Ramadhan.
2.
Niat setiap malam Ramadhan
Ini adalah pendapat Mayoritas ulama mazhab (Syafi’I, Hanafi dan Hambali).
تجب
النية لكل يوم من أيام رمضان؛ لأن صوم كل يوم عبادة منفردة
“Wajib berniat setiap
hari dari bulan Ramadhan, karena puasa setiap harinya merupakan ibadah yang
terpisah”. (Al Muhazab Fi Fikh Imam Asy Syafi’I, 180)
Maksudnya puasa hari tertentu, jika batal maka
harus mengganti di hari lain.
Kapan Waktu Berniat?
Dilakukan pada malam hari sampai
menjelang Subuh, berdasarkan hadits Rasulullah:
من لم يبيت الصيام قبل طلوع
الفجر فلا صيام له
“Siapa yang
tidak berniat untuk berpuasa sebelum datang subuh, maka tidak ada puasa
baginya” (HR. an-Nasa’i)
Sedangkan untuk puasa Sunnah, boleh
niat pada pagi hari, dengan syarat belum makan atau minum.
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ
قَالَتْ دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ «
هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ».
ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا
حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ
Dari ‘Aisyah Ummul
Mukminin, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
menemuiku pada suatu hari lantas beliau berkata, “Apakah kalian memiliki
sesuatu untuk dimakan?” Kami pun menjawab, “Tidak ada.” Beliau pun berkata,
“Kalau begitu saya puasa saja sejak sekarang.” Kemudian di hari lain beliau
menemui kami, lalu kami katakan pada beliau, “Kami baru saja dihadiahkan hays
(jenis makanan berisi campuran kurman, samin dan tepung).” Lantas beliau
bersabda, “Berikan makanan tersebut padaku, padahal tadi pagi aku sudah berniat
puasa.” Lalu beliau menyantapnya. (HR. Muslim no. 1154).
والله أعلم