Ulama berbeda pendapat terkait zakat fitrah menggunakan uang
atau beras.
1. Jumhur ulama
Pendapat mayoritas ulama
adalah tidak boleh menunaikan zakat dengan qimah (harga/uang)
berdasarkan pendapat Ibnu Umar:
فرض رسول
الله صلّى الله عليه وسلم صدقة الفطر صاعاً من تمر، وصاعاً من شعير
“Rasulullah shalallahu
alaihi wasallam mewajibkan zakat fitrah
satu sha’ dari kurma dan satu sha dari Syair (gandum) (HR. Jama’ah, Nailul
Authar, 4/179)
Kalangan Malikiyah
Syafi'iyah dan Hanbaliyah berpendapat tidak membolehkan
mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang, tetapi yang wajib dikeluarkan
adalah jenis makanan sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. Hal ini
dikarenakan tidak adanya dalil yang membolehkan hal tersebut. (Al Mausu'ah
Fiqhiyyah al Kuwaitiyah, 23/344).
Berdasarkan dalil diatas,
maka menunaikan zakat adalah dengan jenis makanan wilayah tersebut, dan tidak
menggunakan uang. Ini adalah pendapat jumhur ulama Malikiyah,
Syafi’iyah, dan Hanabilah. (Al-Mudawwanah al-Kubra, I/392; Al-Majmu’, VI/112;
Al-Mughni, IV/295)
2. Hanafiyah
وَذَهَبَ
الْحَنَفِيَّةُ إِلَى أَنَّهُ يَجُوزُ دَفْعُ الْقِيمَةِ فِي صَدَقَةِ الْفِطْرِ،
بَل هُوَ أَوْلَى لِيَتَيَسَّرَ لِلْفَقِيرِ أَنْ يَشْتَرِيَ أَيَّ شَيْءٍ
يُرِيدُهُ فِي يَوْمِ الْعِيدِ
“Kalangan Hanafiyah berpendapat, boleh
membayar zakat fitrah dengan uang. Bahkan lebih utama, untuk memudahkan fakir
membeli sesuatu yang dia inginkan pada hari raya idul fitri”. ( Al Maushu’ah Al
Fikhiyah Al Kuwaitiyah, 23/344)
Menurut kalangan
Hanafiyah juga dilihat dari kemaslahatan si fakir, mana yang lebih ia butuhkan,
uang ataukah beras.
3. Lajnah Zakat Al
Quds- Palestina
حسام الدين بن موسى
محمد بن عفانة
Dr. Husamuddin bin Musa
Muhammad al Gahafanah menyebutkan dalam kitab Yasalunaka aniz zakat:
وقد أجاز
جماعة من أهل العلم إخراج القيمة في صدقة الفطر وقد نقل هذا القول عن جماعة من
الصحابة والتابعين منهم الحسن البصري وعمر بن عبد العزيز وهو مذهب الثوري وأبي
حنيفة وأبي يوسف وبه العمل وعليه الفتوى عند الحنفية وهو أرجح
Telah membolehkan
sejumlah ahli ilmu terkait mengeluarkan zakat fitrah dengan uang, pendapat ini
dinukil dari sejumlah sahabat, tabiin diantara mereka Hasan Al Bashri, Umar bin
Abdul Aziz dia mazhab Ats Tsauri dan Abu Hanifah dan Abu Yusuf, mengamalkan
fatwa dari kalangan Hanafiyah, itu lebih tepat. ( Yas’alunaka ‘An Az Zakah,
1/169).
Kesimpulan:
·
Untuk kondisi sekarang, membayar zakat dengan beras
boleh, meski zaman Nabi dulu adanya kurma atau gandum, beras tidak
dikenal, dan dengan uang tidaklah
terlarang dan zakatnya sah.
· Meskipun demikian, kebolehan tersebut disesuaikan
dengan kondisi wilayah tertentu, yang peredaran uang banyak, maka tidak
terlarang menggunakan uang, namun jika peredaran uang sedikit , maka menggunakan jenis makanan
wilayah setempat. Karena agama ini memudahkan pemeluknya, tidak perlu berdebat
kusir tentang yang boleh hanya beras. Ulama dahulu sudah membahasnya.
والله أعلم