Rabu, 01 Maret 2017

TAFSIR SURAT AN-NAS BERLINDUNG DARI KEJAHATAN SYETAN (BAG-2)






      Kandungan Ayat

Ini adalah surat yang agung, yang mengandung tiga sifat dari sifat-sifat Allah, yaitu Rububiyah, al Mulk dan Al Ilahiyah. Rububiyah adalah sifat Allah sebagai Pengatur segala sesuatu baik di langit maupun di bumi. Dan Al Mulk adalah Raja, yang memiliki manusia dan makhluk lainnya. Serta Al Ilahiyah yaitu Sesembahan, hanya Allah yang berhak disembah oleh makhluk-Nya, tiada sekutu bagi-Nya. Manusia diperintahkan untuk berlindung dari bisikan (al waswas) yang di hembuskan kepada manusia agar melakukan kejahatan dan kemaksiatan


قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1)

Katakanlah,”Aku berlindung kepada Tuhan manusia
Asy Syaukani menyebutkan, dalam ayat Rabbinnas (Rabb Manusia). Disebutkan kalimat an Nas (manusia) sebagai bentuk kemuliaan manusia, padahal Allah memiliki makhluk-makhluk lain selain manusia. Pengulangan penyebutan an Nas, juga menunjukkan mazid asy syaraf (pertambahan kemuliaan)[1]

Ketika manusia berlindung kepada Rabbnya, sesungguhnya ia sedang berlindung kepada Dzat yang mengatur seluruh sendi kehidupannya, sekaligus Pemilik Alam, satu-satunya Dzat yang berhak disembah. Sehingga bentuk-bentuk perlindungan, penyembahan dan pemilikan selain kepada Allah, maka hal tersebut bathil adanya.


ü  Apa perbedaan Malik (مَلِك ) dan Mâlik (مَالِك )?
مَلِكِ النَّاسِ(2)
Raja Manusia

Secara umum makna kata Malik (مَلِك ) (dengan vokal A pendek) dan Mâlik (مَالِك ) (dengan vokal A dipanjangkan) memiliki arti Menguasai atau Raja. Namun menurut Syekh Nawawi Al-Bantani perbedaan keduanya bahwa Malik (مَلِك ) dengan vokal A pendek mengandung pengertian bahwa Allah Maha Raja dan Maha Menguasai  Manusia dan segala Makhluknya di dunia, Allah Pemilik Mutlak manusia dan makhluk lainnya . Sedangkan kata Malik (مَالِك ) (dengan vokal A Panjang) khusus untuk mengungkapkan peristiwa yang terjadi di akherat.[2]

Sesembahan manusia

إِلَهِ النَّاسِ (3)

Sembahan manusia (3)
Menurut Ali Ash Shabuni, surat ini memiliki urutan yang menakjubkan yaitu:[3]
·         Dimulai dengan permohonan perlindungan kepada Allah dari segala godaan syetan, kembali kepada Allah, bukan kepada raja dan penguasa selain Allah. Ayat ini mengajarkan manusia agar mengenal Allah dengan sebenar-benarnya, sebagai Rabb (pengatur) segala aktivitas manusia yang mengatur segala urursan manusia.

·         Setelah itu dilanjutkan dengan mengetahui bahwa Allah adalah Raja yang menguasai manusia, Allah tidak butuh manusia, manusialah yang butuh Allah.
·         Kemudian setelah manusia mengetahui Allah sebagai  Dzat yang menguasai manusia dan makhluk-Nya, setelah manusia mengetahui hakikat Allah yang sebenarnya, maka ia akan mempersembahkan penyembahan dan ibadah hanya kepada Allah.

 Apakah Waswasil Khannas?

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4)

Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi
Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan waswasil khannas adalah:

وَهُوَ الشَّيْطَانُ الْمُوَكَّلُ بِالْإِنْسَانِ، فَإِنَّهُ مَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَنِي آدَمَ إِلَّا وَلَهُ قَرِينٌ يُزَين لَهُ الْفَوَاحِشَ، وَلَا يَأْلُوهُ جُهْدًا فِي الْخَبَالِ. وَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَم اللَّه

Dia adalah syetan yang bertugas mengikuti manusia, maka tak seorangpun dari Anak Adam melainkan ada qarin yang mengikuti dan menghiasinya dengan amal-amal keburukan Setan itu juga tidak segan-segan mencurahkan segala kemampuannya untuk menyesatkannya melalui bisikan dan godaannya, dan orang yang terhindar dari bisikannya hanyalah orang yang dipelihara oleh Allah Swt.[4]

Rasulullah bersabda:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا قَدْ وُكِل بِهِ قَرِينَةٌ". قَالُوا: وَأَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: "نَعَمْ، إِلَّا أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ، فَأَسْلَمَ، فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا بِخَيْرٍ"

Tidak seorangpun diantara kalian melainkan didampingi oleh qarin. Mereka bertanya,”Apakah Engkau juga begitu wahai Rasulullah?”. Beliau menjawab,” Ya, akan tetapi sungguh Allah menolongku atasnya, dan qarin itu masuk Islam, dan ia tak menyuruhku melainkan kebaikan”.[5]( Sahih Muslim, No. 2814 dari hadits Abdullah bin Mas’ud)

Dalam Kitab Shahihain juga disebutkan hadits yang bersumber dari sahabat Anas bin Malik saat Shafiyyah istri Nabi Muhammad mengunjungi Beliau yang sedang beritikaf, kemudian Rasulullah keluar masjid untuk mengantarkan Shafiyah kembali kerumahnya pada malam hari, lalu Rasulullah berpapasan dengan dua orang Anshar, ketika mereka melihat Nabi,  mereka langsung bergegas pergi, kemudian Rasulullah memanggil:

عَلَى رِسْلِكُمَا، إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيي". فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ، يَا رَسُولَ اللَّهِ. فَقَالَ: "إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ ابْنِ آدَمَ  مَجْرَى الدَّمِ، وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَيْئًا، أَوْ قَالَ: شَرًّا" 

Aku adalah Rasul kalian, sesungguhnya wanita yang bersamaku adalah istriku Shafiyyah binti Huyay. Lalu mereka berkata,” Maha Suci Allah wahai Rasulullah. Lalu nabi bersabda,” Sesungguhnya syetan mengalir dalam diri anak Adam mengikuti aliran darah, dan aku khawatir ia membisikkan sesuatu dihati kalian, atau mengatakan suatu keburukan.[6] (Sahih Muslim, No. 2174, Sahih Bukhari, No. 7171, 6219, 2035)

Ibnu Abbas menyebutkan yang dimaksud dengan waswasil khannas adalah syetan yang menetap di hati anak Adam, jika ia terlena maka syetan akan membisikkan kejahatan, dan jika ia ingat Allah maka syetan akan lenyap.[7]

Syetan tak akan lelah dan bosan menyesatkan manusia dari Allah, dengan segala cara. Sejenak ia menggoda manusia, sejenak ia menjauh, sejenak kemudian ia menggoda manusia lagi, hingga benar-benar manusia tergelincir dari jalan Allah.

Syetan menggoda hati manusia

الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5)

Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia

Syetan membuat keraguan di hati manusia dengan membisikkan hal-hal yang membuatnya resah. Mengarah kepada hawa nafsu dan keyakinannya terhadap Allah, serta ajakan-ajakan melakukan keburukan.

Bisikan syetan dihati manusia adalah ajakan mengikuti perintahnya, tentang suatu perkara yang diluar akal dan  atau hal-hal yang tidak jelas.[8]
 Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, perbedaan antara bisikan syetan dan ilham dari Allah adalah yang terpuji (ilham al Mahmud) adalah, jika ajakan dalam hati mengarah kepada kemaksiatan dan kejahatan itu dari syetan, dan jika mengarah kepada kebaikan dan takwa itu ilham yang terpuji. [9]


 Dari golongan jin dan manusia

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6
Dari golongan jin dan manusia

Apakah yang dimaksud dengan, iblis, Jin dan syetan? Jin adalah makhluk Allah yang diberikan kewajiban beribadah dan taat kepada Allah.
Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالأِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaku (QS. Adz Zariyat: 56)

Jin ada yang muslim dan ada pula yang kafir, seperti juga manusia, ada yang muslim dan yang kafir. Adapun Syetan adalah termasuk dalam jenis Jin yang kafir kafir.
Iblis adalah nenek moyang jin dan keturunannya, ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Mujahid, Qatadah dan Hasan Al Bashri. [10]
  Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa iblis adalah bapaknya jin.[11]
Menurut Al Hafiz Ibnu Katsir, Syetan secara bahasa artinya jauh, atau yang jauh dari rahmat Allah, sehingga setiap pihak yang memiliki sifat membangkan dari jenis jin, manusia dan hewan disebut syetan. (Tafsir Ibnu Katsir,1/16)

Kesimpulan

§  Surat An Nas merupakan surat yang termasuk Al Mu’awizatain bersama surat Al-Falaq, yang berisi perlindungan kepada Allah atas bisikan dan tipudaya syetan.
§  Sifat syetan selalu mengganggu manusia sampai terjerumus kedalam perangkapnya dan jauh dari Allah.
§  Syetan dari jenis jin membisikkan kekufuran dan kemaksiatan di dalam hati manusia, syetan dari jenis manusia bekerja dengan menghalangi manusia dengan segala cara agar semakin jauh dari Allah.

والله أعلم


[1] Asy Syaukani, Fathul Qadir, (Damaskus: Dar Ibnu Katsir, 1414 H), 5/642
[2] Syekh An-Nawawi Al Bantani, Marah Labid, 2/683
[3] Muhammad Ali Ash Shabuni, Shafwat at Tafasir, 3/600
[4] Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adzhim, 8/539
[5] Sahih Muslim, No. 2814 dari hadits Abdullah bin Mas’ud)
[6] Sahih Muslim, No. 2174, Sahih Bukhari, No. 7171, 6219, 2035 dari hadits Shafiyyah
[7] Tafsir At Thabari, 24/710, Tafsir Ibnu Katsir, 8/540,
[8] Al Mawardi, Tafsir Al Mawardi, 6/379
[9] Muhammad Jamaludin Muhammad Said, Mahasin Ta’wil, 9/581
[10] Tafsir At Thabari, 1/507, Dur Mantsur, 5/402
[11] Majmu’ Fatawa,4/235

Tafsir Juz ‘Amma Surat An-Nas (Bag.1)



بسم الله الرحمن الرحيم

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)







A.     Terjemah
1.       Katakanlah,”Aku berlindung kepada Tuhan manusia
2.       Raja manusia
3.       Sembahan manusia
4.       Yang membisikkan (kejahatan) kedalam dada  manusia
5.       Dari (golongan) jin dan manusia.

B.      Indentifikasi Surat

·         Nama surat     : An-Nas artinya Manusia
·         Urutan surat    :  ke-114
·         Jumlah ayat     : 6 ayat
·         Golongan         : Makiyyah


C.      Asbab Nuzul Surat An-Nas

Ada beberapa pendapat mufassirin mengenai asbab Nuzul surat An Nas diantaranya:
1.      Imam Asy Suyuthi
Imam Al-Baihaqi meriwayatkan dalam kitabnya Dalail An-Nubuwwah dari Al-Kalbi dari Abu Shalih,  dari Ibnu Abbas yang berkata, “Suatu ketika Rasullulah menderita sakit keras, lalu dua malaikat mendatangi beliau. Malaikat yang satu duduk diarah kepala sementara yang satu lagi diarah kaki. Malaikat yang berada di sebelah kaki lalu bertanya kepada malaikat yang di sebelah kepala, ‘Apa yang sedang menimpanya?’ Malaikat yang di sebelah kepala menjawab,” Thab, malaikat yang disebelah kaki bertanya, “Apakah Thab, Malaikat yang berada di kepala menjawab,” Terkena sihir”. Lalu  Malaikat yang di sebelah kaki bertanya lagi, ‘Siapa yang menyihirnya?’ Ia menjawab,”Labid bin A’sham, seorang Yahudi. ‘Malaikat itu bertanya lagi, ‘Dimana diletakkan sihirnya itu?” ia menjawab, ‘Di sebuah sumur milik si Fulan, di bawah batu. Hendaklah kalian pergi ke sumur itu kemudian keringkan airnya lalu angkat batunya. Setelah itu ambillah benda bulat kecil yang berada dibawahnya kemudian bakarlah.”
Pada pagi harinya, Rasullulah mengutus Ammar bin Yasir serta beberapa sahabat untuk pergi ke sumur tersebut. Ketika sampai, mereka melihat airnya berubah warna menjadi kecoklatan seperti air pacar. Mereka lantas menimba airnya, mengangkat batunya, mengeluarkan sebuah benda bulat kecil yang berada didalamnya lalu membakarnya. Ternyata didalamnya terdapat seutas tali yang memiliki sebelas simpul. Selanjutnya Allah menurunkan kedua surat ini (Surat An Nas dan Surat Al Falaq) . Setiap kali Rasullulah membaca satu ayat maka terurailah satu simpul.  Abu Nu’aim meriwayatkan dalam kitab ad-Dalail dari Abu Ja’far Ar-razi dari Rabi’ bin Anas bin Malik yang berkata, “Seorang laki-laki Yahudi membuatkan sesuatu terhadap Rasullulah sehingga beliau menderita sakit parah. Tatkala sahabat menjenguk, mereka meyakini bahwa Rasullulah terkena sihir. Malaikat Jibril kemudian turun membawa mu’awwaidzatain (Surah Al-Falaq dan An-Nas) untuk mengobatinya. Akhirnya, Rasullulah pun kembali sehat.[1]

2.      Menurut Ibnu Katsir
Menyebutkan pendapat dari gurunya yaitu Ats-Tsa’labi bersumber riwayat dari Ibnu Abbas dan Aisyah Radhiyallahuanhuma:
Seorang anak Yahudi membantu Rasulullah Shalallah alaihi wasallam, anak tersebut didatangi seorang laki-laki Yahudi berulangkali (membujuknya) hingga anak itu mengambil sisir rambut nabi Muhammad Shalallah alaihi wasallam dan beberapa gerigi sisirnya, lalu diberikannya kepada orang Yahudi tersebut dan menyihir Rasulullah. Orang Yahudi tersebut bernama Labid Bin A’sham, lalu di benamkan disebuah sumur milik Bani Zuraiq, dikenal dengan sebutan Zarwan. Lalu Rasulullah Shalallah alaihi wasalam sakit, dan rambut kepalanya bertaburan. Seolah Nabi mendatangi istrinya, padaha beliau tidak mendatangi istrinya, hal itu berlangsung selama enam bulan. Beliau tidak mengetahui apa yang dapat menyelamatkannya. Saat beliau tidur datanglah dua malaikat dan salah satunya duduk diarah kepala beliau, dan yang lain duduk diarah kedua kaki. Malaikat yang berada di arah kaki bertanya kepada malaikat yang berada di arah kepala,”Apa yang terjadi dengan lelaki ini?”.” Terkena Thab,. Apakah Thab?’ ia berkata,” sihir”.

 

Siapakah yang melakukannya?, malaikat itu menjawab,”Labid bin A’sham seorang Yahudi. “Dengan apa ia disihir?”, malaikat menjawab,”Dengan sisir dan Dimana diletakkan?, di dasar sumur dibawah batu sumur Zarwan, Kemudian Rasulullah seperti orang yang siuman, Lalu Rasulullah bersabda,” Wahai Aisyah, tidakkah engkau merasa bahwa Allah memberitahukan tentang penyakitku?”. Kemudian Rasulullah mengutus Ali, Zubair dan ‘Ammar bin Yasir lalu mereka menguras air sumur yang berwarna seperti pacar, lalu mengangkat batu dan mengeluarkan sisir dan geriginya, terlihat ikatan ada dua belas tali, setiap ikatan terhubung dengan jarum. Lalu Allah menurunkan surat AL Falaq dan An Nas, setiap dibaca satu ayat terlepaslah ikatan tersebut, Rasulullah terlihat bugar setelah semua ikatan terlepas. Seolah ia baru saja diikat dengan ikatan. Lalu malaikat Jibril berkata:
بِاسْمِ اللَّهِ أرْقِيك، مِنْ كُلِّ شَيْءٍ يُؤْذِيكَ، مِنْ حَاسِدٍ وَعَيْنٍ اللَّهُ يَشْفِيكَ
Dengan nama Allah aku merukyahmu, dari segala yang menyakitimu dan dari mata yang hasad, Allah lah yang menyembuhkanmu”.[2]

D.     Keutamaan Surat An-Nas

·         Surat An-Nas termasuk kedalam surat perlindungan (Al Mu’awizatain) bersama surat Al Falaq. Yaitu surat yang berisi perlindungan kepada Allah.

أُنْزِلَ أَوْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ
“Telah diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al Mu’awwidatain (surat An Nas dan surat Al Falaq).[3](H.R Muslim no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944).



·         Termasuk surat yang dianjurkan untuk dijadikan wirid zikir ba’da shalat.

Rasulullah bersabda:
اقْرَأُوا الْمُعَوِّذَاتِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap selesai shalat.” [4]
(HR. Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)
·         Surat yang dianjurkan untuk membacanya menjelang tidur, seperti sabda Rasulullah Shalallah Alaihi Wasallam:

Top of Form

Bottom of Form

حدثنا قتيبة بن سعيد حدثنا المفضل بن فضالة عن عقيل عن ابن شهاب عن عروة عن عائشة أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا أوى إلى فراشه كل ليلة جمع كفيه ثم نفث فيهما فقرأ فيهما قل هو الله أحد و قل أعوذ برب الفلق و قل أعوذ برب الناس ثم يمسح بهما ما استطاع من جسده يبدأ بهما على رأسه ووجهه وما أقبل من جسده يفعل ذلك ثلاث مرات
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said, telah menceritakan kepada kami Al Mufadhal bin Fadhalah dari Uqail dari Ibnu Syihab dari ‘Urwah dari Aisyah bahwa Nabi Shalallah Alihi Wasallam jika hendak tidur di tempat tidurnya setiap malam Beliau mengumpulkan kedua telapak tangannya, lalu meniupkannya dan membaca,”Qul Huwallahu Ahad, Qul A’uzubirabbinnas, dan Qul A’uzubirabbil Falaq, lalu mengusapkan sebisa mungkin seluruh tubuh, kepala dan wajah sebanyak tiga kali.”[5]( Sahih Bukhari, Kitab Fadhailul Qur’an, 4730)
E.      Kandungan umum Surat

Kandungan surat An Nas secara umum adalah tentang memohon perlindungan kepada Allah  sebagai Rabb (Pengatur), Malik (Raja)  dan Ilah (Sesembahan)  manusia atas godaan syetan dari jenis jin dan manusia. (bersambung..)
والله أعلم





[1] Jalaluddin Asy Syuthi, Lubab Nuqul Fi Asbab Nuzul, (Beirut: Muassasah Al Kutub Ats Tsaqafiyah, 2002 M, h. 214
[2] Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, 8/538
[3] H.R Muslim no. 814, At Tirmidzi no. 2827, An Naasa’i no. 944

[4] HR. Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514
[5] Sahih Bukhari, Kitab Fadhailul Qur’an, 4730)