حكم مشروعية الزكاة من
( Hikmah-Hikmah Disyariatkan Zakat )
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada
Mata Kuliah Ushul Fiqih
Dosen Pembimbing
KH. Dr. Ahmad Munif Suratmaputra, MA
Disusun Oleh:
Fauzan Sugiyono
PROGRAM PASCA SARJANA
INSTITUT ILMU ALQUR’AN ( IIQ )
JAKARTA
KONSENTRASI ILMU SYARI’AH
1433H/2012
Bab
I
Pendahuluan
Harta dalam islam memiliki kedudukan yang penting, karena islam
tidak hanya memandang harta sebagai alat penghasil kebahagiaan saja namun
didalam harta ada hak-hak orang lain. Islam juga memposisikan makhluknya
sebagai makhluk yang berjamaah, saling tolong menolong dan saling bahu membahu
untuk kepentingan ketaatan kepada Allah. Yang besar menghormati yang kecil,
yang kaya membantu yang miskin dan yang miskin harus berusaha agar keluar dari
jeratan kemiskinannya. Oleh karena itu pembahasan mengenai harta memiliki porsi
yang besar dalam kajian fiqih klasik. Salah satu rukun Islam yang secara
spesifik berkaitan dengan harta adalah zakat.
Didalam zakat terkandung hikmah syariat ( hikmatu at tasyri’ )
yang sangat besar bagi proses hubungan individu dengan masyarakat.
Bab
II: Pembahasan
Pengertian zakat
Secara bahasa, zakat mengandung dua makna yaitu (
النماء ( yang berarti berkembang dan (
الطهارة ) yang
berarti suci.[1]
Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaily mendefinisikan zakat :
الزكاة
لغة: النمو والزيادة يقال: زكا الزرع: إذا نما وزاد، وزكت النفقة: إذا بورك فيها،
وقد تطلق بمعنى الطهارة، قال تعالى: {قد أفلح من زكاها}[2]
أي طهرها عن الأدناس، ومثله قوله سبحانه:
{قد أفلح من تزكى}[3]،
وتطلق أيضاً على المدح، قال تعالى: {فلا تزكوا أنفسكم}[4]
وعلى الصلاح، يقال: رجل زكيّ، أي زائد
الخير، من قوم أزكياء
Secara bahasa berarti tumbuh dan bertambah,
زكا
الزرع: إذا نما وزاد =
bila tumbuhan tumbuh dan bertambah
وزكت
النفقة: إذا بورك فيها = bila nafkah itu di
berkahi
Juga
bermakna taharah, seperti dalam firman Allah: {قد أفلح من زكاها}
أي
طهرها عن الأدناس = yaitu mensucikan
dari kotoran-kotoran .
Secara istilah, zakat memiliki pengertian seperti yang dikemukakan
oleh:
1.
Sayyid Sabiq yaitu: [6]
اسم لما يخرجه الانسان من حق الله تعالى إلى الفقراء.
“ Setiap penyebutan untuk
apa-apa yang dikeluarkan oleh manusia dari hak Allah kepada Fuqara.
2.
Ibnu
Hajar Al Atsqalani mendefinisikan zakat:
“
Pemberian sebagian harta yang telah mencapai nishab dan haul ( setahun ) kepada
kaum fakir dan sejenisnya.[7]
3.
Malikiyah
mendefinisikan zakat:
إخراج جزء مخصوص من مال بلغ نصاباً، لمستحقه، إن
تم الملك، وحول[8]
“
Mengeluarkan bagian tertentu dari harta yang telah mencapai nishab kepada yang
berhak bila bagian tersebut milik sendiri, sudah mencapai nishab dan setahun.[9]
4.
Hanifiyah
mendefinisikan zakat:
تمليك جزء مال مخصوص من مال مخصوص لشخص مخصوص، عينه الشارع لوجه الله
تعال
“ Pemberian untuk kepemilikan dari harta tertentu dari harta
tertentu juga, bagi orang tertentu yang telah ditetapkan oleh syariat semata
karena Allah Ta’ala.”[10]
5.
Syafiiyyah
berpendapat zakat adalah:
وعرفها الشافعية بأنها اسم
لما يخرج عن مال و بدن على وجه مخصوص.
:
Setiap yang dikeluarkan dari sebab harta
dan badan secara khusus.[11]
6.
Hanabilah
وتعريفها عند الحنابلة هو أنها حق واجب في مال مخصوص لطائفة مخصوصة
في وقت مخصوص.[12]
“ Hak wajib dalam harta tertentu bagi golongan tertentu dan
dalam waktu tertentu.”[13]
Menurut hemat penulis:
1.
Pengertian
secara bahasa menurut Syaikh Wahbah Zuhaily sangat lengkap dan luas maknanya.
Namun pengertian secara istilah beliau hanya menukil pendapat dari para ulama
madzahib tanpa mentarjihnya.
2.
Pengertian
secara istilah dari semua pendapat hampir sama, namun yang menurut penulis
lebih relevan lebih singkat, padat dan langsung menuju sasaran adalah
pendapatnya Hanabilah yang mengatakan: zakat adalah:” Hak wajib dalam harta
tertentu bagi golongan tertentu dan dalam waktu tertentu”. Karena menyebutkan
hak wajib, ( ada hak sunah ) mustahik ( 8 asnaf ) dan waktu tertentu. ( haul
).
Kewajiban zakat di dalam Al Qur’an, Hadits dan Ijma’
1.
Dalam Al Qur’an
Firman Allah SWT:
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ
الرَّاكِعِينَ [14]
“ Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' “
Imam At Thabari dalam Tafsirnya ketika mentafsirkan ayat ini beliau
menyebutkan:
عن قتادة، في قوله:"وأقيموا الصلاةَ وآتُوا
الزكاة"، قال: فريضتان واجبتان، فأدُّوهما إلى الله
“ Dari Qatadah dalam firman Allah: “ Dan dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat”. Dua hal itu diwajibkan maka tunaikanlah kepada Allah”[15]
Firman Allah SWT:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ
بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ
عَلِيمٌ [16]
“ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan[658] dan mensucikan[659]
mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Firman Allah:
“
Dan mereka menunaikan zakat” ( QS. Al Mukminun: 4 )
2.
Hadits
Banyak sekali hadits yang menyatakan tentang hukum mengeluarkan
zakat diantaranya adalah:
Pertama:
عن ابن عباس
رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم
بعث معاذا رضي الله عنه إلى اليمن فقال ادعهم إلى شهادة أن لا إله إلا الله وأني
رسول الله فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله قد افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم
وليلة فإن هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في أموالهم تؤخذ من
أغنيائهم وترد على فقرائهم [18]
“Dari
Ibnu Abbas RA Bahwa Rasulullah SAW mengutus Muadz RA ke Yaman, lalu bersabda:
“Serulah mereka kepada Syahadat bahwa tidak ada Illah selain Allah, dan Aku
adalah Rasulullah, bila mereka taat, maka ajarkanlah sesungguhnya Allah telah
mewajibkan atas mereka lima waktu shalat dalam sehari semalam, bila mereka taat
makan ajrkanlah bahwa Allah telah mewajibkan sedekah pada harta mereka yang
diambil dari golongan kaya diantara mereka dan diserahkan kepada kaum miskin”.(
HR. Bukhori )
Kedua, hadits yang
bersumber dari Ibnu Umar yang terkenal yaitu:
بني
الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله , وإقام الصلاة , وإيتاء الزكاة وصوم رمضان وحج
البيت لمن استطاع إليه سبيلا [19]
“Islam dibangun atas lima sendi: “Syahadat bahwa tiada Tuhan selain
Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
puasa Ramadhan, berhaji bila mampu ( Muttafaqun Alaih )
3.
Ijma’
Seluruh
ulama sepanjang zaman telah bersepakat bahwa zakat adalah kewajiban bagi setiap
mukallaf yang memenuhi syarat dan rukunnya.
Kedudukan Zakat dalam syariat
Islam
Zakat memiliki kedudukan istimewa dalam Islam,
ia adalah rukun ke tiga dari rukun islam yang lima, tidak sempurna Islam
seseorang manakala zakat tidak ditunaikan. Bahkan Al Qur’an menyebutkan 30 kali
kalimat zakat ddi dalam Al Qur’an. Dua puluh tujuh diantaranya selalu
beriringan dengan shalat dalam satu ayat.[20]
Zakat dalam tinjauan non
Islam
Kata
sedekah ini selain dalam bahasa arab juga ternyata ada dalam kosakata Hebrew
(bahasa/tulisan yahudi) yaitu ‘tzedakah’, dengan makna dan arti yang
sama. Seperti kita ketahui yahudisme /judaism /agama yahudi sudah ada
ribuan tahun sebelum Islam. Tzedakah (Hebrew) berasal dari kata ‘tzadik’
yang berarti kebenaran, kejujuran atau keadilan. Dalam praktiknya
kebanyakan orang yahudi menyumbangkan sebagian dari pendapatan mereka ke
lembaga-lembaga amal. Kewajiban memberikan 10% dari pendapatan mereka
disebut ma’aser kesafim atau persepuluhan (semacam zakat dalam islam
yang berjumlah 2.5 % dari kekayaan). Selain itu juga ada terumah
(persembahan untuk pendeta) dan ma’asher rishon (zakat panen 10%untuk
produk anggur, minyak zaitun, buah-buahan dan ternak).[21]
Zakat dalam tinjauan hukum Islam Indonesia
Secara
spesifik undang-undang yang mengatur tentang zakat belum ada, namun yang ada adalah
Undang-undang nomor 38 tahun 1999
tentang pengelolaan zakat. Sedangkan pembahasan zakat secara rinci merujuk
kepada pandangan fuqoha dalam masalah zakat.
Pasal
2 UU no.38 1999 berbunyi:
“Setiap
warga negara Indonesia yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki
oleh orang muslim berkewajiban menunaikan zakat.”
Pasal
3 berbunyi:
“Pemerintah
berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada muzakki,
mustahiq dan amil zakat.”
Hikmah disyariatkan zakat
Dalam Tafir A Munir, Dr. Wahbah Az Zuhaily menyebutkan: hikmah
disyariatkannya zakat terbagi menjadi dua, pertama adalah hikmah bagi Muzaki (
orang yang berzakat ) dan hikmah yang kembali kepada mustahik ( penerima zakat)
[22]
Hikmah bagi muzaki adalah:
a.
Zakat
sebagai obat bagi penyakit hubbud dunya( cinta dunia )
b.
Sebagai
terminal untuk membatasi kesukaan berlebihan terhadap berbagai kenikmatan, agar
lebih dekat kepada Allah dalam menggapai ridha-Nya.
c.
Untuk
mendidik jiwa agar lebih empati terhadap orang lain.
d.
Zakat
mengantarkan manusia dari derajat الاستغناء بالشيء ( butuh dengan segala sesuatu ) kepada derajat (الاستغناء عن الشيء ( cukup dengan sesuatu )
e.
Terwujudnya
kemaslahatan masyarakat secara umum.
f.
Menambah
kecintaan Allah kepadanya.
g.
Kedudukannya
terpuji disisi Allah karena ketaatan.
h.
Menyebarkan
kecintaan terhadap sesama.
i.
Zakat mensucikan harta dari bercampurnya dengan hak orang
lain (tapi zakat tidak bisa mensucikan harta yang diperoleh dengan jalan
haram).
j.
Zakat mengembangkan
dan memberkahkan harta.
k.
Zakat merupakan manifestasi syukur atas nikmat Allah.
l.
Zakat mensucikan jiwa dari sifat kikir.
Hikmah bagi mustahik adalah:
a.
Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci.
b.
Dapat
menutupi kebutuhan hidupnya.
c.
Menjadikan
bersabar dalam hidup dan terus berusaha kearah kebaikan
d.
Tercipta
takaful ijtima’i ( daya dukung sosial )
e.
Penghalang
untuk melakukan tindak kriminal karena faktor kemiskinan.
f.
Penerima
zakat terbebas dari kondisi mengenaskan dalam kehidupannya.
g.
Harta
adalah milik Allah, fakir dan miskin
adalah pihak yang wajib dientaskan
karena mereka adalah makhluk Allah.
Hukuman bagi pembangkang zakat
Hukum pembangkang zakat ada
dua macam.[23]
Pertama, apabila ia
ingkar terhadap kewajiban hukumnya menurut Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ maka
hukumnya adalah kafir.
Kedua, bila ia
mengakui hukum wajibnya namun enggan membayarnya maka hukumnya adalah diperangi
oleh pemimpinnya. Seperti peristiwa Abu Bakar As Shidik yang memerangi
pembangkang zakat pada awal-awal kekhalifahannya.
Problematika Masyarakat terkait zakat [24]
a.
Problematika Perbedaan Kaya-Miskin.
Zakat
bertujuan untuk meluaskan kaidah kepemilikan dan memperbanyak jumlah pemilik
harta.
كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ
(..."Supaya harta itu jangan hanya berputar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu".[25]
Islam
mengakui adanya perbedaan pemilikan berdasarkan perbedaan kemampuan dan
kekuatan yang dimiliki manusia. Namun Islam tidak menghendaki adanya jurang
perbedaan yang semakin lebar, sebaliknya Islam mengatur agar perbedaan yang ada
mengantarkan masyarakat dalam kehidupan yang harmonis, yang kaya membantu yang
miskin dari segi harta, yang miskin membantu yang kaya dari segi lainnya.
b.
Problematika Meminta-minta.
Islam
mendidik ummatnya untuk tidak meminta-minta, dimana hal ini akan menjadi suatu
yang haram bila dijumpai si peminta dalam kondisi berkecukupan (ukuran cukup
menurut hadits adalah mencukupi untuk makan pagi dan sore). Disisi lain Islam
berusaha mengobati orang yang meminta karena kebutuhan yang mendesak, yaitu
dengan dua cara;
1.
Menyediakan
lapangan pekerjaan, alat dan ketrampilan bagi orang yang mampu bekerja.
2.
Jaminan
kehidupan bagi orang yang tidak sanggup bekerja.
c.
Problematika dengki dan rusaknya hubungan dengan sesama.
Persaudaraan
adalah tujuan Islam yang asasi, dan setiap ada sengketa hendaknya ada yang
berusaha mendamaikan.
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي
تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللَّهِ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (9)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا
اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ[26]
Rintangan
dana dalam proses pendamaian tersebut seharusnya dapat dibayarkan melalui
zakat, sehingga orang yang tidak kaya pun dapat berinisiatif sebagai juru
damai.
d.
Problematika Bencana
Orang
kaya pun suatu saat bisa menjadi fakir karena adanya bencana. Islam melalui
mekanisme zakat seharusnya memeberikan pengamanan bagi ummat yang terkena
bencana (sistem asuransi Islam), sehingga mereka dapat kembali pada suatu
tingkat kehidupan yang layak.
e.
Problematika Membujang
Banyak
orang membujang dikarenakan ketidakmampuan dalam hal harta untuk menikah. Islam
menganjurkan ummatnya berkawin yang juga merupakan benteng kesucian. Mekanisme
zakat dapat berperan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
f.
Problematikan Pengungsi
Rumah
tempat berteduh juga merupakan kebutuhan primer disamping makanan dan pakaian.
Zakat seharusnya menjadi unsur penolong pertama dalam menangani masalah
pengungsi ini.
Sebab wajib zakat
Menurut Hanifiyah, sebab zakat adalah kepemilikan yang produktif kendatipun kepemilikan itu baru diperkirakan,
dengan syarat kepemilikan itu telah berlangsung satu tahun dan mencapai nishab.[27]
Syarat dan rukun zakat
Ijma ulama menentukan bahwa syarat zakat ada dua, syarat wajib dan
syarat sah. Adapun syarat wajib zakat adalah: merdeka, muslim, baligh, berakal,
milk penuh, nishab dan haul. Sedangkan syarat sah adalah adanya niat ketika
menunaikan zakat dan tamlik ( pemindahan kepemilikan )
Perbedaan Fuqaha
Syafiiyah mensyarat wajib zakat ada enam, ketika terkumpul enam
perkara ini maka tidak ada perbedaan tentang kewajiban zakat. [28]
Keenam hal tersebut adalah:
a.
Islam
b.
Merdeka
( huriyah )
c.
Kepemilikan
sempurna ( milku at tam )
d.
Nishab
e.
Haul
f.
Saimah ( produktif )
Sedangkan Malikiyah mensyaratkan: islam, merdeka, baligh, berakal,
nishab, milku at tam ( milik sempurna ).[29]
Hanabilah menyebutkan lima syarat yaitu: merdeka ( huriyah
), islam, milku at tam , haul dan nishab.[30]
Adapun Hanafiyah mereka membagi syarat wajib kedalam dua hal, yaitu:[31]
a.
Syarat
terkait dengan Muzaki
Adapun syarat yang terkait dengan muzaki adalah: islam,(
sehingga kafir tidak wajib zakat), berilmu, baligh, berakal,merdeka
b.
Syarat
terkait harta yang dizakatkan adalah: milku at tam, mencapai nishab dan
haul.
Sedangkan Syaikh Wahbah Az Zuhaily menyebutkan 9 syarat yang
sebenarnya merupakan rangkuman dari pendapat para fuqaha. Syarat tersebut
adalah: [32]
1.
Merdeka
2.
Islam
3.
Baligh
dan berakal
4.
Harta
yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati
5.
Mencapai
haul
6.
Mencapai
nishab
7.
Milku at tam( milik sempurna )
8.
Bukan
hasil hutang
9.
Melebihi
kebutuhan pokok
TABEL
NISHAB ZAKAT
|
|||||
ZAKAT
HARTA
|
|||||
MACAM ZAKAT
|
NISHAB
|
ZAKAT YANG
|
WAKTU
|
||
DIKELUARKAN
|
|||||
EMAS
|
85 gram
|
2.5%
|
1
Tahun
|
||
PERAK
|
595
gram
|
2.5%
|
1
Tahun
|
||
UANG
|
Senilai
595 gram perak
|
2.5%
|
1
Tahun
|
||
BARANG
DAGANGAN
|
Senilai
595 gram perak
|
2.5%
|
1
Tahun
|
||
HARTA
TEMUAN
|
Tidak
ada nishob
|
20%
|
Ketika
ditemukan
|
||
HASIL
TAMBANG
|
Senilai
nishob emas & perak
|
2.5%
|
1
Tahun
|
||
(Emas
dan Perak)
|
|||||
KAMBING
|
40
s/d 120 ekor
|
1
ekor kambing betina
|
1
Tahun
|
||
121
s/d 200 ekor
|
2
ekor kambing betina
|
||||
201
s/d 300 ekor
|
3
ekor kambing betina
|
||||
300
ekor lebih
|
Setiap
100 ekor, zakatnya
|
||||
|
1
ekor kambing betina
|
||||
SAPI
DAN KERBAU
|
30
ekor
|
1
ekor sapi jantan/betina umur 1 th
|
1
Tahun
|
||
40
ekor
|
1
ekor sapi jantan/betina umur 2 th
|
||||
60
s/d 69 ekor
|
2
ekor sapi umur 1 th
|
||||
70
s/d 79 ekor
|
1
ekor sapi betina umur 2 th &
|
||||
|
1
ekor sapi umur 1 th jantan/betina
|
||||
80
ekor lebih
|
Setiap
30 ekor, zakatnya 1 ekor sapi
|
||||
|
jantan/betina
umur 1 th
|
||||
|
Dan
setiap 40 ekor, zakatnya 1 ekor
|
||||
|
sapi
betina umur 2 th
|
||||
ONTA
|
5 s/d
9 ekor
|
1
ekor kambing
|
1
Tahun
|
||
10
s/d 14 ekor
|
2
ekor kambing
|
||||
15
s/d 19 ekor
|
3
ekor kambing
|
||||
20
s/d 24 ekor
|
4
ekor kambing
|
||||
25
s/d 35 ekor
|
1
ekor unta betina umur 1 th
|
||||
36
s/d 45 ekor
|
1
ekor unta betina umur 2 th
|
||||
46
s/d 60 ekor
|
1
ekor unta betina umur 3 th
|
||||
61
s/d 75 ekor
|
1
ekor unta betina umur 4 th
|
||||
76
s/d 90 ekor
|
2
ekor unta betina umur 2 th
|
||||
91
s/d 120 ekor
|
2
ekor unta betina umur 3 th
|
||||
120
ekor lebih
|
Setiap
40 ekor, zakatnya 1 ekor
|
||||
unta
betina umur 2 th
|
|||||
Dan
setiap 50 ekor, zakatnya 1 ekor
|
|||||
unta
betina umur 3 th
|
|||||
HASIL
PERTANIAN
|
652,8
Kg
|
10 %
tadah hujan
|
Ketika
Panen
|
||
5 %
irigasi dengan biaya/beban
|
|||||
PENERIMA
|
8 Golongan: Fakir, Miskin, Amil Zakat, Muallaf, Budak, Orang
yang berhutang, Fi Sabilillah, Musafir
|
||||
|
|||||
ZAKAT
FITRAH
|
|||||
|
Memiliki
kelebihan
|
|
|
||
|
bahan
makanan
|
3 kg
per jiwa (bahan makanan
|
Akhir
bulan
|
||
ZAKAT
FITRAH
|
pokok
untuk diri
|
pokok
yang biasa dikonsumsi)
|
Ramadhan
|
||
|
sendiri
dan orang
|
|
sampai
sebelum
|
||
|
yang
ditanggung (anak,
|
|
shalat
'idul fitri
|
||
|
istri,
orang tua, pembantu, dll)
|
|
|
||
PENERIMA
|
Fakir, Miskin
|
||||
Sumber:
|
|||||
1. Ad-Durorul
Bahiyyah, Al-Imam Asy-Syaukani
|
|||||
2. Al-Adillatur
Rhodiyyah, Muhammad Subhi Hassan Hallaq
|
|||||
4.
Taudhihul Ahkam, Asy-Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam
|
|||||
3. At-Ta'liq
'Ala Kitabiz Zakati wash Shiyam min 'Umdatil Ahkam, Abu Abdillah Zayid
bin Hasan bin Sholih al-Umari al-Wushobi
|
|||||
|
|||||
Golongan yang berhak menerima zakat
Firman Allah:[33]
إِنَّمَا
الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا
وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ
اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk
hatinya, untuk budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk
mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. At-Taubah : 60)
Zakat hanya buat 8 ashnaf :
1.
Fakir
2.
Miskin
3.
Amilin
4.
Mu'allafi
Qulubuhum
5.
Riqab
(budak)
6.
Gharimin
(berhutang)
7.
Sabilillah
8.
Ibnu
Sabil
Zakat dan pajak
Cara
menghitung zakat
a.
Rumus Perhitungan Zakat Fitrah
Zakat Fitrah Perorang = 2,5 x harga
beras di pasaran perliter
Contoh : Harga beras layak konsumsi
di pasar rata-rata harganya Rp. 10.000,-
zakat
fitrah yang harus dibayar setiap orang mampu adalah sebesar Rp.25.000,-
b.
Rumus Perhitungan Zakat Profesi / Pekerjaan
Zakat Profesi = 2,5% x (Penghasilan
Total – Pembayaran Hutang atau Cicilan)
Menghitung Nisab Zakat Profesi = 520
x harga beras pasaran perkg
Contoh
Perhitungan Dalam Zakat Profesi :
Jika Bang Jarwo punya gaji 2 juta
perbulan dan penghasilan tambahan dari kios
jualan pulsa dan perdana sebesar 8
juta perbulan maka total penghasilan Bang
Jarwo
sebesar 10 juta tiap bulan. Bang Jarwo membayar cicilan kredit rumah sebesar 5
juta perbulan. Harga beras sekilo yang layak konsumsi yaitu sekitar Rp. 8.000,-
per kilogram, sehingga nisab zakatnya adalah Rp. 4.160.000,-. Karena Bang Jarwo
penghasilan bersihnya 5 juta dan ada di atas nisab, maka Bang Jarwo harus bayar
zakat profesi sebesar Rp. 5 juta x 2,5% = Rp. 125.000,- di bulan itu. Untuk
bulan selanjutnya dihitung kembalu sesuai situasi dan kondisi yang ada.
c.
Menghitung Zakat Mal / Harta Kekayaan
Zakat Maal = 2,5% x Jumlah Harta
Yang Tersimpan Selama 1 Tahun (tabungan
dan investasi) . Menghitung Nisab
Zakat Mal = 85 x harga emas pasaran /gram
Contoh
Perhitungan Dalam Zakat Mal :
Nyonya
Upit Marupit punya tabungan di Bank Napi 100 juta rupiah, deposito sebesar 200 juta rupiah, rumah rumah
kedua senilai 500 juta rupiah dan emas perak senilai 200 juta. Total harta
yakni 1 milyar rupiah. Jika harga 1 gram emas sebesar Rp. 250.000,- maka batas
nisab zakat maal adalah Rp. 21.250.000,-. Karena harta Nyonya Upit Marupit
lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat mall sebesar Rp. 1 milyar
x 2,5% = 25 juta rupiah/tahun.
Bab
III:
Penutup
Daftar
Pustaka
[1] Al Imam Muhammad Bin
Ismail Al Amir Al Yamani As Shan’ani, Subul as Salam Syarh Bulughul Maram,
Juz 2 cet. 1 ( Beirut: Darul Fikr ) hal
247
[2] QS. As Syams: 9
[3] QS. Al A’la: 14
[4] QS. An Najm: 53
[5] Wahbah Az Zuhaily, Al
Fiqhul Islamy wa Adillatuhu, Cet ke 4 ( Damaskus: Darul Fikr ) hal 152
[6] Sayid Sabiq, Fiqh Sunah
( Maktabah Syamilah ) Juz 1 hal 327
[7] Imam Al Hafidz Ahmad Bin Ali Bin Hajar Al
Atsqalany, Fathul Bari’ Bisyarh Shahih Bukhari, ( Kairo: Darul
Hadits thn 1423H ) Juz 3 hal.296
[8] Lihat Al Fiqhul Islamy wa Adillatuhu hal 152
[9] Lihat Al Fiqhul Islamy wa Adillatuhu hal 152
[10] Lihat Al Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, hal 153
[11] Lihat Al Fiqhul Islami Wa
Adillatuhu, hal 153
[13] Lihat Al Fiqhul Islami Wa
Adillatuhu, hal 153
[14] QS. Al Baqarah: 43
[15] At Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili Al
Qur’an, ( Saudi Arabia: Majma’ Fahd
thn 1423 H ) cet 1 hal 573.
[16] QS. At Taubah:103
[17] QS. Al Mukminun: 4
[18] Lihat dalam Fathul Bari’ Hadits no.
1395 Kitab Zakat, Subulus Salam no. Hadits 560 bab Zakat.
[19] Muttafaqun Alaih
[20] Yusuf Al Qaradhawi, Fiqh
Zakah ( Beirut: Muasasah Risalah thn
1400H ) hal 42
[21] Sedekah dalam tradisi Yahudi, Kompasiana.com
diakses 23 mei 2012
[22] Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir fil Aqidah
wal Syariah wal Mannhaj ( Damaskus: Darul Fikr Muashir 1418H ) hal 278
[23] Hafidz bin Ahmad bin Ali Al Hakimi, Ma’arijul
Qabul Bi Syarh Sullamul Wushul Ila Ilmi Al Ushul, ( Damam: Dar Ibn Qayim 1410 H )
cet 1 hal: 631
[24] Lihat Fikih Zakat Syaikh Yusuf Al
Qaradhawi ( Beirut: Muasasah Ar Risalah ) jilid 2
[25] QS. Al Hasyr: 7
[26] QS. Al Hujurat: 9-10 )
[27] Al Hashkafi, Ad Dur Al Mukhtar Syarh
Tanwirul Abshor fi fiqh madzhab Imam Abi Hanifah, ( Beirut: Darul Fikr thn
1088H
[28] Imam Taqiyuddin Abi Bakr bin Muhammad Al
Husaini al Hushni Ad Damsiq as Syafi’I w 9H, Kifayatul Akhyar Fi Hall
Ghayatil Ikhtishar, ( Beirut: Darul Fikr thn 1414 H ) hal 140
[29] Lihat Bidayatul Mujtahid, Ibnu
Rusyd hal 178 Bab Zakat
[30] Manshur Bin Yunis Bin Shalah Al Buhuty, Raudhul
Murbi’ ala Mukhtashor al muqanna’
1/27
[31] Al Kasani, Bada’i as
Shana’I fi Tartibi as Syara’i
[32] Lihat al fiqh al
Islami wa Adillatuhu hal 738-750
[33] QS. At Taubah: 60