Ayyama Allah (hari-hari Allah) أيام الله , terlihat
ada yang istimewa dari kalimat ini. Al Qur’an pun sedikit menyebutkannya khusus
dengan idhafah (kata majemuk) kepada lafaz Allah. Dua kata yang berbeda
lalu disatukan membentuk sebuah makna. Sisa nya dengan kata lain, seperti sab’ah
ayyam (tujuh hari) sittata ayyam (enam hari) yaumain (dua
hari) atau tsalatsata ayyam( tiga hari) dan lainnya. Lalu, apakah
rahasianya sehingga Allah sendiri menyebut ungkapan hari-hari Allah (Ayyamallah)
dalam Al Qur’an?.
Pertama, Hari Izin
Berperang Untuk Membela Kehormatan Islam
Ayat
pertama yang mengungkap khusus tentang lafaz Ayyamallah adalah firman Allah:
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا
لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman
hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena
Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al
Jatsiyah [45]:14
Menurut Al Mawardi dalam tafsirnya,”Ayat ini
turun berkaitan dengan Umar bin Khattab yang dicaci maki oleh seorang lelaki
dari kaum musyrikin, kemudian Umar hendak memukulnya, lalu turunlah ayat ini
melarang perbuatan Umar tersebut”(Tafsir Al Mawardi, 5/262).
Imam Al Qurthubi menyebutkan dalam
tafsirnya, bahwa saat itu Umar sudah
menghunus pedangnya untuk memenggal kepada seorang Yahudi yang menghina Allah
subhanahu wata’ala, kemudian Rasulullah melarangnya. Kemudian Umar
terheran-herang mengapa Nabi melarang seraya berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، صَدَقْتَ. أَشْهَدُ أَنَّكَ أُرْسِلْتَ
بِالْحَقِّ
Wahai
rasulullah, benarkah? Sungguh aku bersaksi bahwa engkau diutus membawa
kebenaran”. Lalu Nabi membaca ayat:
قُلْ لِلَّذِينَ آمَنُوا يَغْفِرُوا
لِلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ أَيَّامَ اللَّهِ لِيَجْزِيَ قَوْمًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Katakanlah kepada orang-orang yang beriman
hendaklah mereka memaafkan orang-orang yang tiada takut hari-hari Allah karena
Dia akan membalas sesuatu kaum terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al
Jatsiyah [45]:14
Makna Ayyamallah dalam ayat diatas adalah,
balasan Allah dan azab-Nya (Tafsir Al Qurthubi,16/161)
Namun para ulama tafsir menyebutkan bahwa
ayat ini telah mansukh ( dihapus) hukumnya oleh dua ayat berikut yaitu:
فَإِذَا انْسَلَخَ الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ
فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ
وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ
وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيلَهُمْ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Apabila
sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu
dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan
intailah ditempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan
menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha Penyayang. (QS. At Taubah [9]:5)
Menurut
Ibnu Jarir At Thabari maksud ayat ini adalah,” Jikalau bulan-bulan Haram telah
berlalu (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) maka dibolehkan memerangi
kaum musyrikin yg tidak ada ikatan perjanjian keamanan dengan kaum muslimin
atau kaum musyrikin yang engingkari
perjanjian dengan kaum muslimin.(Tafsir At
Thabari, 14/134).
Ayat keduanya yang menasakhkan surat diatas adalah:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ
ظُلِمُوا وَإِنَّ اللَّهَ عَلَى نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
Telah
diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya
mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong
mereka itu (QS. Al Hajj
[22]:39)
Ibnu Abbas mengatakan, inilah ayat pertama kali
izin berperang melawan orang-orang kafir karena
mereka telah menzalimi kaum
muslimin. Sampa- sampai Abu Bakar Ash Shiddik yang berjiwa lembut dan
berperangai halus berkata,” Wahai kaum musyrikin, kalian telah mengusir Nabi
Muhammad dari Mekkah, Innalillah wainna ilaihi raji’un,sungguh kalian akan
binasa!” (Tafsir Ibnu Katsir, 5/434).
Ini merupakan restu dari Allah kepada kaum
muslimin di Madinah pasca hijrah, untuk membela dirinya, mempertahankan
kehormatan agamanya dari kaum yang menghalangi dakwah Islam dan kemuliaan kaum
muslimin.
Kedua, Hari Saat Allah Memenangkan Hamba-Nya dan
Menghinakan musuh-Nya
Al Quran menyebutkan Ayyamallah, saat Allah
mengutus Nabi Musa kepada kaumnya, mengajak
hanya menyembah Allah dan
meng-Esakan. Hingga datang penolakan keras dari Fir’aun, kemudian
Allah
selamatkan Nabi Musa dari kekejaman
Fir’aun.
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى
بِآيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ
وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ
شَكُورٍ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat
Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): "Keluarkanlah kaummu dari gelap
gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari
Allah". Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan
Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur (QS Ibrahim
[14]:5)
Maksud dari Ayyamallah
dalam ayat diatas, menurut Syaikh Ibnu Asyur dalam tafsirnya adalah:
الْأَيَّامُ الَّتِي أَنْجَى اللَّهُ
فِيهَا بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ أَعْدَائِهِمْ وَنَصَرَهُمْ وَسَخَّرَ لَهُمْ
أَسْبَابَ الْفَوْزِ
“Hari-hari saat Allah
menyelamatkan nabi Musa dari musuh-musuhnya, dan menundukkan kepadanya
sebab-sebab kemenangan dan pertolongan (Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir,
13/190)
Kesimpulan Makna
Ayyamallah:
1. Nikmat Allah yang diturunkan untuk
hamba-hambanya sehingga sudah sewajarnya bersyukur atas segala karunia
tersebut.
2. Kejadian-kejadian besar yang agung, yang
pantas diingat dan dijadikan pelajaran didalamnya karena semua satua waktu dan
hari adalah milik Allah yang Maha Sempurna.
Mari pergunakan hari-hari istimewa khususnya
sepuluh hari pertaman bulan Dzul Hijjah ini dalam ketaatan dan ibadah kepada
Allah.
والله أعلم