Selasa, 10 Mei 2016

Allah Akan Memenangkan Agama Islam Dari Agama Lain



هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ (9)
“Diallah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”. (QS. As Shaff: 9)

Tinjauan Bahasa
دِينِ الْحَقِّ
Agama yang benar
لِيُظْهِرَهُ
Memenangkan, menolong


Kandungan Ayat
Allah Subhanahu wata’ala yang telah mengutus para Rasul-Nya, dengan membawa petunjuk, menuntun jalan hidayah, membentangkan jalan kebenaran, memberi kabar gembira dan memperingatkan akan datangnya azab yang pedih bagi siapa saja yang ingkar akan kebenaran yang dibawa oleh para Rasul-nya. Agama yang benar adalah Islam. Islam adalah agama yang mengajarkan tunduk hanya kepada Allah dan menaati perintah-perintah serta menjauhi larangan dalam koridor kebenaran.
Muhammad bin Muhammad al Khatib menerangkan dalam tafsirnya, 

{وَدِينِ الْحَقِّ} الإسلام؛ الذي هو حق كله {لِيُظْهِرَهُ} ليعليه {عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ} اسم جنس؛ أي ليظهره على سائر الأديان
“Yang dimaksud dengan agama yang benar adalah Islam, yang semuanya berisi kebenaran,  dan Allah akan menolong agama islam dari seluruh agama yang lain, kalimat Ad Din adalah ismul Jinsi ( Kata Benda Jenis) yang fungsinya utk menerangkan makna mayoritas (istighraq)[1].
Imam At Thabai dalam tafsirnya menukil hadits yang bersumber dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha:
وروي عن عائشة -رضي الله عنها- قالت: سمعت رسول الله-صلى الله عليه وسلم- يقول: « لا يذهب الليل والنهار حتى تعبد اللات والعزى، فقلت: يا رسول الله، إن كنت لأظن حين أنزل الله: هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ » أن ذلك تام، قال: إنه سيكون من ذلك ما شاء الله ثم يبعث الله ريحا طيبة فتوفى كل من كان في قلبه مثقال حبة من خردل من إيمان، فيبقى من لا خير فيه فيرجعون إلى دين آبائهم
Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata,” Aku mendengar Rasulullah bersabda,”Tidaklah berlalu siang dan malam hingga berhala Lata dan “Uzza disembah, Aku bertanya,” Wahai Rasulullah, dalam bagaimana dengan dugaanku saat Allah menurunkan firman-Nya,” “Diallah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci”. Bukankah itu Kesempurnaan? Rasulullah menjawab,” Akan terjadi kesempurnaan Islam sesuai kehendak Allah, lalu allah mengirimkan angin yang baik, kemudian wafatlah setiap orang yang masih memiliki iman di hatinya meski hanya seberat biji kecil, lalu yang tersisa adalah orang yang tiada kebaikan dalam dirinya, dan mereka kembali kepada agama nenek moyangnya”.[2]

Allah Akan Memenangkan Islam Diatas Agama Lain
Imam Thahir bin Asyur menyebutkan bahwa agama islam akan Allah menangkan dari agama agama lain, hingga Islam tersebar keseluruh dunia, ketahuilah bahwa kabar ini adalah optimisme yang Allah berikan kepada umat Islam yang akan menang dari agama lain, seperti dahulu agama Nashrani yang tersebar hingga Konstatinopel Kesultanan Romawi. Namun segalanya berproses hingga agama islam tersebar ke seluruh penjuru dunia.[3]
Imam As Sa’di dalam tafsirnya menyebutkan:
ليعليه على سائر الأديان، بالحجة والبرهان
Meninggikan Islam  dari sekian agama, dengan hujjah (bukti) dan tanda kebenaran [4](burhan)

Bentuk Penjagaan Allah Terhadap Agama Islam
1.      Menjaga sumber hukum islam
Sumber hukum islam yang senantiasa terjaga adalah Al Qur’an. Allah akan menjaga selalu Al qur’an sepanjang masa keaslian dan hukum-hukum didalamnya, banyaknya majelis-majelis Al Qur’an dan para Hufaz serta orang-orang yang mendalami ilmu-ilmu Al qur’an adalah salah satu bentuk penjagaan Allah terhadap Al Qur’an.
firman Allah:
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al Qur’an dan Kami yang akan menjaganya” (QS. Al Hijr:9)

2.      Muncul Pembela-Pembela Agama Islam disetiap zaman

Seiring dengan terjaganya Al Qur’an tentu ada orang atau golongan yang senantiasa menegakkan kebenaran dan menjunjung tinggi nilai-nilai Al Qur’an. Rasulullah bersabda:

 لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
            “Masih akan terus ada satu kelompok pada umatku, mereka akan tetap berada   di atas kebenaran sampai hari kiamat datang”. [HR Bukhari dan Muslim].
            Terkait golongan yang membela kebenaran, Imam Nawawi menyebutkan             beberapa pendapat:
-          Menurut Imam Bukhari, mereka adalah ahli ilmu, kaum yang mencintai ilmu
-          Menurut imam Ahmad, “Jika mereka bukan ahli hadits, maka aku tidak tahu siapa mereka”.
-          Fudhail binIyadh,” Yang dimaksud oleh Imam Ahmad adalah Ahlus sunnah wal jamaah”.
Imam Nawawi berkata;
وَيَحْتَمِل أَنَّ هَذِهِ الطَّائِفَة مُفَرَّقَة بَيْن أَنْوَاع الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُمْ شُجْعَان مُقَاتِلُونَ، وَمِنْهُمْ فُقَهَاء، وَمِنْهُمْ مُحَدِّثُونَ، وَمِنْهُمْ زُهَّاد وَآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَنَاهُونَ عَنْ الْمُنْكَر، وَمِنْهُمْ أَهْل أَنْوَاع أُخْرَى مِنْ الْخَيْر، وَلَا يَلْزَم أَنْ يَكُونُوا مُجْتَمَعِينَ بَلْ قَدْ يَكُونُونَ مُتَفَرِّقِينَ فِي أَقْطَار الْأَرْض
“Kemungkinan yang dimaksud dengan golongan kebenaran mereka tersebar dalam berbagai type kaum muslimin, mereka ada pada pasukan pemberani, ahli fikih, ahli hadits, orang zuhud, para penyeru kebenaran yang melakukan amar ma;ruf nahy munkar, dan para pelaku kebaikan lain, tidak harus terkumpul pada satu golongan khusus, namun tersebar di seantero jagat.( An Nawawi, Syarh Sahih Muslim,13/67)

3.      Bisyarah (kabar gembira) dari nabi

 Rasulullah bersabda:
ليبلغ هذا الأمر مبلغ الليل والنهار، ولا يترك الله بيت مدر ولا وبر إلا أدخله الله هذا الدين بعز عزيز أو بذل ذليل، يعز بعز الله في الإسلام، ويذل به في الكفر
“Agama ini akan sampai keseluruh penjuru, bak siang dan malam, Alla tidak meninggalkan sebuah rumah melainkan akan dimasuki agama ini dengan kekuatan islam atau dengan melemahnya  kekufuran”. ( HR. Hakim)


والله أعلم



[1] Muhammad bin Muhammad al Khatib w. 1402H, Audhah Tafasir, ) Mesir:Maktabah Mishriyah,1383) juz 1 h. 684
[2] HR. Muslim, Kitab Fitan wa Asyrat as Sa’ah, no, 2907, Al Hakim, Al Mustadrak ‘Ala Shahihaini, Kitab al Fitan wa al Malahim,no. 3578
[3] Muhammad Thahir bin Asyur w.1393H, At Tahrir wa Tanwir,( Tunis: Dar Tunis Lin Nasyr,1984) j. 28 h. 192
[4] Abdurrahman Nashir As Sa’di, Taisir Al Karim Ar Rahman Fi tafsir Kalam al Mannan, (Muassasah Ar Risalah: 1420 H), Tahqiq:Abdurrahman bin Ma’lla Al Luwaihiq, j.1 h. 859

Kamis, 05 Mei 2016

LEBIH DEKAT DENGAN IMAM ABU HAMID AL GHAZALI (450-505 H)


Dia adalah Syekh, Imam, Bahr Hujjatul Islam, salah satu keajaiban zaman, hiasannya agama, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Ahmad At Thusi As Syafi’i  Al Ghazali, pemilik banyak karya dan kecerdasan yang tiada tara. Lahir di desa Ghazalah daerah Thus, Iran tahun 450 H.
Orang tua Al Ghazali seorang tukang tenun yang miskin, dan menyukai ilmu tasawuf, saat meninggal ia berpesan kepada kawa-kawannya untuk mendidik anak-anaknya yang masih kecil.
Kemudian ia pindah ke Naisabur, melanjutkan rihlah ilmiyahnya menimba ilmu kepada Imam al Haramain Abu Al Maali Al Juwaini. Beliau memperdalam fikih dalam waktu singkat, menguasai ilmu Kalam dan tekhnik berdebat, hingga menjadi pendebat ulung pada zamannya. Lalu tak berapa lama ia dilirik oleh menteri dan dipercaya untuk mengatur pola pendidikan di Nizamiyah Baghdad sekitar tahu 480 H dan saat itu usia beliau adalah 30 tahun. Ia pun mengarang kitab Ushul Fikih, fikih, Filsafat dan Hikmah, seolah tulisan mengalir tak henti dari otaknya yang cerdas.
Namun karena kecintaanya kepada ilmu jabatan yang diembannya membuatnya tidak bernafsu berkuasa, dia meneruskan kecintaannya pada sifat-sifat zuhud, perbaikan jiwa, ikhlas, lalu ia mengunjungi Baitul Maqdis dan belajar kepada ahli fikih Nasr bin Ibrahim al Maqdisi, pemilik Jami’ Al Umawi di Damaskus dan disanalah ia mengarang kitab Ihya Ulumuddin, Kitab Al Qisthas, Al Arbain dan Kitab Mahk Nadzar.[1]

Fase Kehidupan Imam Al Ghazali
Kehidupan Imam Al Ghazali terbagi menjadi tiga fase utama: pertama,fase perkembangan. Pada fase ini Al Ghazali tumbuh normal layaknya manusia lain. Dipenuhi dengan semangat menimba ilmu dan menelaah khazanah ilmiyah dari para guru-gurunya. Fase kedua, masa keraguan, saat Al Ghazali mulai terjun menekuni dunia ilmu Kalam dan filsafat, hingga ia  membantah dan membongkar teori-teori filsafat dari Yunani yang digawangi oleh Aristoteles dan karya dari Ibnu Sina yang berjudul Maqashid Al Falasifah. Tak butuh waktu lama kemudian Al Ghazali menelurkan sebuah karya yang berisi bantahan terhadap kaum filososfis dalam kitabnya Tahafutul Falasifah (Kerancuan Filsafat)

Karya-Karya Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali menuliskan karya yang begitu banyak dalam beragam disiplin ilmu agama seperti Fikih, Ushul Fikih, Akidah, Tasawuf, Filsafat dan lain-lain, diantaranya:
a. Al Iqtishad Fil I’tiqad (Akidah)
b. Bughyatul Murid Fi Masail At Tauhid (Akidah)
c. Iljam Al Awam ‘An ilm Al Kalam (Filsafat)
d. Al Maqshad Al Asna Syarh Asmaul Husna (Tauhid)
e. Tahafut Falasifah (Filsafat)
f. Mizan Al Amal
g. Ihya Ulumuddin
h. Bidayatul Hidayah
i. Al Arbain Fi Ushulddin
j. Kimiya As Saadah
k. Minhajul Abidin
l. Al Wasith
m. Al Musthasfa Fi Ilm Ushul Fikh
n.Syifaul Ghalil
o. Al Qishthas
p. Lubab Nazar

Ada banyak tuduhan miring dilemparkan oleh orang-orang yang tidak sejalan dengan pemikiran Imam Al Ghazali, menuduh beliau Zindiq, terlalu mendalam dalam ilmu Kalam, Ahli berfilsafat dan tuduhan lainnya, namun beliau tetaplah ulama yang besar, tuduhan tersebut tidaklah mengerdilkan kemampuan dan karya-karya besarnya bagi agama islam.








[1] Imam Az Zahabi, Siyar A’lam Nubala, (Muassasah Ar Risalah, 1405) juz 19, h. 346

Selasa, 03 Mei 2016

Hj. Tutty Alawiyah Wafat di RS MMC

Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan era Presiden Soeharto, Tutty Alawiyah wafat. Tutty menutup usia di RS MMC.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun, saya baru mendapat kabar dari keluarga beliau. Beliau wafat tadi pagi," ungkap Ketua DPP PPP Reni Marlinawati kepada detikcom, Rabu (4/5/2016).

Tutty menghembuskan nafas terakhir di usia 74 tahun pukul 07.15 WIB setelah sebelumnya dirawat. Saat ini jenazah Tutty masih berada di RS MMC. Tuty Alawiyah juga dikenal sebagai seorang ustazah yang mengkoordinir ribuan ibu-ibu majelis taklim di Jabodetabek./detik.com

Senin, 02 Mei 2016

MEREKA INGIN MEMADAMKAN ISLAM




يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya”.(QS. As Shaff:8)

 
SABAB NUZUL AYAT

Imam Al Mawardi menyebutkan dalam tafsirnya bahwa sebab turun ayat ini adalah, seperti diceritakan oleh Atha’ dari Ibnu Abbas, bahwasanya wahtu terhenti selama 40 hari kepada Nabi Muhammad Shalalahu Alaihi wa sallam, lalu berkata Kaab bin al Asyraf (Penyair Yahudi kafir),’Wahai kaum Yahudi berita gembira kepada kalian, Allah telah memadamkan cahaya-Nya kepada Muhammad, yang sebelunya turun, Allah tidak menyempurnakan urusan-Nya, nabipun sedih. Kemudian Allah menurunkan ayat ini, dan wahyupun bersambung setelah itu.”[1]

KANDUNGAN AYAT

Ayat ini menjelaskan tentang perilaku orang-orang yang mengatakan bahwa nabi Muhammad adalah tukang sihir, karena Beliau menyebarkan agama baru dikalangan kaum Quraisy. Mereka ingin agar agama islam tidak berkembang, agar cahaya Allah padam [2]. Korelasi dengan zaman sekarang, akan senantiasa ada orang atau golongan yang berusaha untuk menghalangi islam berkembang, dengan segala cara, baik dari sisi ekonomi, sosial, budaya, politik dan sebagainya. Mereka senang jika Islam tidak berkembang, islam terbelakang, konflik berkepanjangan dan akhirnya tak punya kekuatan, lalu padam. Namun janji Allah dalam ayat ini begitu jelas, bahwa Allah-lah yang akan menyempurnakan cahaya-Nya meski orang-orang kafir membenci.

Makna Nur Allah (نورُ الله)

Disebutkan dalam Tafsir Jalalain, yang dimaksud dengan Nur Allah ( cahaya Allah) adalah syariat Allah dan buktinya (al burhan).[3] Sedangkan Syekh Wahbah Zuhaili menafsirkan Nur Allah sebagai: Syariat,agama,Kitab Allah dan kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah Shalalahu alaihi wasallam.[4]  Imam At Thabari mendefinisikan Nur Allah sebagai, Al Qur’an[5].  Ar Razi dalam tafsirnya menyebutkan beragam makna Nur Allah diantarnya: Nur Allah adalah ilmu,Iman, agama Islam, Rasulullah dan Al Qur’an[6] .

يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ

“Mereka ingin memadamkan cahaya Allah”.

Ibnu Asyur dalam tafsirnya menyebutkan bahwa ada perumpamaan dalam ayat ini:
Usaha kaum kafir untuk memadamkan cahaya Allah (Islam) seperti perumpamaan seperti memadamkan cahaya api, merupakan perumpamaan yang masuk akal. (Tasbih Al Ma’qul bil Mahsus)[7] .

Al Quran menyebut  orang-orang kafir termasuk didalamnya adalah kaum musyrikin, Ahlul Kitab dan sejenisnya, sebagai bentuk usaha, tipu daya, makar mereka terhadap Islam [8].
Syekh Muhammad Sayid Thantawi dalam tafsirnya menyebutkan:

يريد هؤلاء الكافرون بالحق، أن يقضوا على دين الإسلام، وأن يطمسوا تعاليمه السامية التي جاء بها النبي صلى الله عليه وسلم عن طريق أقاويلهم الباطلة الصادرة عن أفواههم، من غير أن يكون لها مصداق من الواقع تنطبق عليه، أو أصل تستند إليه، وإنما هي أقوال من قبيل اللغو الساقط المهمل الذي لا وزن له ولا قيمة

“Kaum kafir mereka benar-benar ingin menghabisi agama islam, menghapus semua ajaran yang di bawa oleh Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam, dengan jalan menyebar ucapan dari mulut mereka tanpa sandaran kebenaran dan kenyataan, ucapan itu keluar dari ucapan gurauan, spontanitas tak berharga sama sekali [9] “.

Begitu gigih usaha dan kebencian kaum kafir, kegigihan mereka untuk memadamkan islam seperti mereka hendak memadamkan cahaya matahari melalui tiupan mulut, betapapun itu sulit, namun Allah akan menyempurnakan dan menyelamatkan cahaya-Nya dari mereka.  

KESIMPULAN:
a. Kaum kafir dan sejenisnya  akan senantiasa berupaya memadamkan cahaya Allah, menghalangi agama Islam dengan berbagai cara.
b. Begitu besar kebencian kaum kafir, mereka melakukan tipu daya dengan mulut mereka ,  bisa di analogikan dengan penyebaran isu dan penggunaan media untuk merusak citra islam, seperti fitnah yang tersebar melalui lisan.
c. Allah akan menjaga agama Islam dan akan menyempurnakan cahayanya, dan beruntunglah bagi siapa saja yang berada dalam pembela agama Allah.
والله أعلم



[1] Al Mawardi w. 450H, Tafsir an Nakat wa Al Uyun, (Libanon: Dar al Kutub) j. 5. H. 530
[2] At Thabari  (w.310H), Tafsir At Thabari, (Muassasah Ar Risalah: 2000 M) h. 23
[3] Jalaludin al Mahaly (864) dan Jalaludin as Suyuthi (911), Tafsir Jalalain,( Cairo: Darul Hadits) juz 1, h. 739
[4] Wahbah Zuhaili, Tafsir Al Manar, (Damaskus: Dar al Fikr, 1418 H)  juz 28 h.166
[5]  At Thabari, Tafsir At Thabari  ( Muasasah Ar Risalah,1420) j. 23, h. 360
[6] Fakhrudiin Ar Razi, ( Mafatihal Ghaib,(Beirut: Dar Ihya Turats,1420) j. 29 h. 529
[7] Ibnu Asyur w. 1393, at Tahrir wa Tanwir, ( Tunis: Dar Tunis li Nasyr, 1984) juz 28, h.190
[8] Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir, h. 191
[9]  Muhammad Sayid Thantawi , Tafsir Al Wasith lil Qur’anil Karim ( Mesir: Dar Nahdhah Misr, 1997) j. 14, h. 361