Selasa, 12 Juni 2018

KHUTBAH IEDUL FITRI 1439 H



MASJID NURUL IKHWAN, PERUMAHAN TAMAN LAGUNA CILANGKAP-DEPOK

Ust. Fauzan Sugiyono, Lc, M.Ag
(Pengasuh Yayasan Amal Robbani Insan Sejahtera (YARIS)-Depok)


TAKWA, ISTIQAMAH DAN PERSATUAN UMAT

الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر ...لاإله إلا الله  والله أكبر الله أكبر ولله الحمد . الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا...لاإله إلا الله وحده صدق وعده ونصر عبده , وأعز جنده وحزم الأحزاب وحده لا إله إلا الله و الله أكبر ألله أكبر ولله الحمد... الحمد لله الذي خلق السماوات والأرض وجعل الظلمات والنور ثم الذين كفروا بربهم يعدلون, أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير .وأشهد أن محمدا عبده ورسوله اللهم صلي وسلم على نبيينا ورسلنا محمد وعلى آله وأصحابه أجمعين أم بعد : ياأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون..... يا أيها الذين آمنوا اتقوالله والتنظر نفس ما قدمت لغد واتقواالله إن الله خبير بما تعملون ... يا أيها الذين آمنوا اتقوالله وقولوا قولا سديدا..يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم...ومن يتق الله ورسوله فقد فاز فوزا عظيماً ..


اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ ولله الْحمْدُ
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah
Dipagi nan cerah, secerah cahaya sang surya yang lembut menyapa insan-insan beriman dalam lantunan takbir, tahmid dan tahlil, mengagungkan Allah subhanahu wataala, setelah sebulan penuh mereka ditempa dalam universitas ramadhan, dan kini mereka sukses melewati ujian-ujian berat, sehingga harapan meraih nilai terbaik ketakwaan
Seorang mukmin yang menghidupkan Ramadhan, menghiasinya dengan amal-amal shalih, tentu akan memberikan dampak positif baik bagi pribadi, lingkungan dan masyarakat luas, diantara hikmah-hikmahnya adalah:

1.      Sukses meraih takwa

Manusia-manusia yang selama puasanya menyebabkan ridha Allah, taubatnya telah menyingkap tabir antara dirinya dengan Allah,  yang munajat-munajatnya telah mencurahkan rahmat Allah ke dalam dirinya, yang tilawah menarik keridhaan Allah, dan i’tikafnya membuat ia merubah haluan baru, arah tujuan jelas makin dekat dengan Allah. Sedekahnya mengundang keberkahan rezeki dari langit dan bumi, menebar luas ke muka bumi. Semoga kita terlahir menjadi manusia-manusia baru, suci bersih bak terlahir dari rahim ibu. Karena hanya manusia-manusia yang bersih lahir dan bathin mereka yang memahami orientasi hidupnya untuk mengabdi kepada Allah.
Puasa yang dilakukan dengan benar, bisa merubah pola hidup dari yang tidak baik menjadi baik, dari yang baik menjadi lebih baik, karena kelak manusia akan melihat amal-amalnya di akherat.
Firman Allah:

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ

Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.(QS. Al-Insyiqaq:6)

Saat menafsirkan ayat ini, Imam Ibnu Katsir (774H) dalam tafsirnya menukil hadits dari Jabir bin Abdillah, saat malaikat Jibril berkata kepada nabi Muhammad.

يَا مُحَمَّدُ، عِشْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مَيِّتٌ، وَأَحَبِبْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُفَارِقُهُ، وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَإِنَّكَ مُلَاقِيهِ
Wahai Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, kau akan mati. Cintailah apa saja sesuka hatimu, sesungguhnya kau akan berpisah dengannya, dan beramallah seska hatimu, maka sesungguhnya kau akan menemui balasannya (Musnad Abu Daud At Thayalisy, no. 1755)
Nyata sudah, bahwa puasa yang melahirkan ketakwaan, membuat hidup semakin terarah.

اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ ولله الْحمْدُ
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

 

2.      Istiqamah dalam ibadah

Buah dari ibadah puasa adalah takwa yang merupakan magnet dalam beribadah, jikalau sebulan kita bisa sabar, shalat lima waktu di masjid, tilawah Al-Qur’an tak pernah putus, shadaqah rutin harian dilakukan, shalat malam berkesinambungan, tentu ini kekuatan dan modal besar dalam mengarungi sebelas bulan mendatang. 

Karena tantangannya lebih besar dan lebih berat. Jikalau kita sudah maksimal dibulan ramadhan, bersyukurlah, dan teruslah berusaha melakukan kebaikan selepas ramadhan, namun jika kita belum maksimal, maka introspeksi diri, bertaubatlah dan mohonlah bimbingan Allah agar menuntun kita ke jalan yang diridhainya.

عن كعب بن عجرة رضي الله عنه   - أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : احضروا المنبر ... فحضرنا ، فلما ارتقى درجة قال : آمين ..فلما ارتقى الدرجة الثانية قال : " آمين " . فلما ارتقى الدرجة الثالثة قال : " آمين " . فلما نزل قلنا : يا رسول الله ، لقد سمعنا منك اليوم شيئا ماكنا نسمعه . ؟ قال : إن جبريل عرض لي فقال : بعد من أدرك رمضان فلم يغفر له . قلت : ( آمين ) ، فلما رقيت الثانية قال : بعد من ذكرت عنده فلم يصل عليك . فقلت : ( آمين ) ، فلما رقيت الثالثة قال : بعد من أدرك أبويه الكبر عنده أو أحدهما فلم يدخلاه الجنة . قلت : ( آمين

Dari Ka’ab bin ‘Ajrah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, “ Datanglah kearah mimbar wahai sahabat”. Lalu kami datang. Saat Rasulullah naik tangga pertama, beliau berucap “Amin”, saat menaiki tangga kedua, belia berucap “Amin”. Dan saat meniki tangga ketiga beliau berucap “Amiin”. Setelah turun, kami bertanya kepada Beliau,” Ya Rasulullah, sungguh kamu mendengar darimu hari ini sesuatu yang belum pernah kami dengar sebelumnya”. Beliau bersabda,” Sesunguhnya malaikat Jibril datang kepadaku dan ia berkata,” Celakalah orang yang mendapati Ramadhan, naun dosa-dosanya belum diampuni Allah ( Amiin). Saat aku menaiki tangga kedua Jibril berkata,” Celakalah orang yang disebut namamu Muhammad namun ia tak bershalawat kepadamu (Amin) dan saat menaiki tangga yang ketiga Malaikat Jibril berkata,”Celakalah orang yang mendapati kedua orang tuannya sudah sepuh, atau salahsatunya sudah tua, namun ia tak dapat membimbingnya menuju syurga, dan aku mengucapkan (Amin).Al-Mustadrak,  AlHaki Shahih Lighairihi No.167- AL Baihaqi dalam Syu’abul Iman, Thabrani dalam AL Kabir dan Shahih menurut Al Al Bani)

Ketakwaan yang diraih bukan hanya pada bulan Ramadhan saja, namun hendaknya bisa berlanjut dibulan-bulan yang lain. Tilawah masih  menghiasi rumah-rumah, shalat malam masih hidup dalam aktifitas keseharian, puasa sunnah masih djalankan. Janganlah kita bak menenun kain, namun setelah kain tertenun rapi, kita cabuti satu persatu benangnya hingga terurai lalu tercampak dan berserak, sungguh sia-sia.

Firman Allah:

وَلَا تَكُونُوا كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنْكَاثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَانَكُمْ دَخَلًا بَيْنَكُمْ أَنْ تَكُونَ أُمَّةٌ هِيَ أَرْبَى مِنْ أُمَّةٍ

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. (QS An Nahl [16}: 92)

Kesinambungan dalam ibadah harus senantiasa dipanaskan, karena Allah tidaklah disembah pada bulan Ramadhan saja, namun setiap saat dan setiap waktu selama hayat masih dikandung badan. Maka orang-orang yang belum penuh dalam berpuasa di bulan Ramdhan, bukan karena uzur, bukan pula karena sakit atau bepergian, namun karena malas, meremehkan dan sombong kepada Allah, segeralah bertaubat, sesali tingkah laku anda, bertaubat dengan bersungguh-sungguh karena anda sudah melakukan dosa besar, dan bertekad ramadhan tahun yang akan datang, jika Allah masih memberi umur, berbuatlah lebih baik. Benarlah pepatah yang mengatakan,” Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin, ia rugi, dan orang hari ini lebih buruk dari kemarin, ia orang celaka, dan orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, ia orang yang beruntung”.
Untuk menjadi pribadi yang konsisten beribadah, kita harus meminta pertolongan Allah. Rasulullah bersabda, dari Muaz bin Jabal bahwa Rasulullah shalallau alaihi wasallam memegang tangan beliau dan bersabda:
لا تَدَعنَّ في دُبر كل صلاة تقول: اللهم أعني على ذكرك، وشكرك، وحسن عبادتك
“Aku berwasiat kepadamu, janganlah kamu tinggalkan setiap selesai shalat untuk membaca,” Allahumma ainni ala zikrika wa syukrika wa husni ibadatik” (Ya Allah aku memohon pertolongan-Mu untuk senantiasa mengingatmu, bersyukur dan beribadah terbaik kepada-Mu” (HR. Abu Daud no. 1522 dan disahihkan oleh Al Albani)

اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ اللهُ أكْبرُ ولله الْحمْدُ
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah

3.      Persatuan umat

Umat Islam adalah umat terbesar dimuka bumi ini dari sisi pertumbuhannya, jumlahnya sekitar 1,6 M dari 7 milyar penduduk bumi, maka potensi yang besar membuat beragam kepentingan bisa ikut bermain dan umat Islam harus sadar, ia berada ditengah potensi-potensi itu. Umat harus sadar, aka nada banyak konspirasi untuk melemahkan mereka, dan umat harus sadar kepada siapa mereka harus melabuhkan amanah, tentu kepada pemimpin yang amanah dan adil, yang membawa kepada kemaslahatan umat dunia dan akherat.  Maka dalam kondisi seperti ini, pilihan-pilihan untuk melanjutkan kejayaan Islam menemui beragam kendala. Bekerjasama dalam kebaikan dan takwa menjadi sebuah keniscayaan, umat harus bersatu membela kepentingan Islam dan kejayaan kaum muslimin. Hindari perpecahan, apalagi hanya perbedaan sudut pandang fikih. Toleransi internal harus lebih kuat terbangun sebelum toleransi eksternal umat beragama. Karena jika perpecahan yang terjadi maka rahmat dan kasih sayang Allah akan menjauh.
Firman Allah:

وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
..”dan janganlah kalian berbantah-bantahan, yang menyebabkan kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
(QS. Al Anfal:46)

Para ahli tafsir beragam dalam menafsirkan makna:  وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ( hilang kekuatan) sebagian diantara mereka memaknai pertolongan Allah dan kekuatan.  Namun menurut Imam Al Mawardi, salah satu makna وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ beliau memaknai sebagai daulah (negara). artinya jikalau perpecahan terus terjadi maka akan lenyaplah sebuah negara dan kepemimpinan. (Tafsir Al Mawardi, 2/323)

Mari bekerjasama dalam hal-hal yang disepakati, dan mari bertoleransi dalam perbedaan pendapat. Selama perbedaan itu dalam bingkai syariat. Mari bersatu, mewujudkan Indonesia yang baldatun thayibatun warabbun ghafur.

Firman Allah:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS. Al Maidah:2)


Khutbah Kedua

 أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر
Marilah kita berdoa kepada Allah semoga Allah selalu membimbing kita semua dalam kebaikan dan meridhai langkah-langkah kita.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا، عَدَدَ مَا أَحَاطَ بِهِ عِلْمُكَ وَخَطَّ بِهِ قَلَمُكَ، وَأَحْصَاهُ كِتَابُك، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ سَادَاتِنَا أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اللَّهُمَّ اغْفِرْلنا ولوالدين وارحمهم كما ربيانا صغارا ولجميع الْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاِت، وَياَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ

Ya Allah, ampunilah dosa kami, dosa kedua orang tua kami, sayangi keduanya sebagaimana mereka menyayangi kami diwaktu kecil.

Jika mereka masih hidup, berkahi usia mereka agar tetap bisa beribadah kepadamu, menyebut asma-Mu, membaca Al Qur’an dan taat kepada-Mu, jika mereka sudah tiada ya Allah, luaskanlah alam kuburnya, ampuni kesalahan dan  dosanya, jadikan kuburnya bak taman-taman di syurga dan jauhkan mereka dari siksa kubur dan siksa neraka.

 Ya Allah ampunilah seluruh dosa-dosa kaum muslimin dan muslimat yang hidup dan yang mati sungguh Engkau Maha Mendengar doa dan mengabulkan keinginan.

اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ صلاتناوصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا  وركوعنا وسدودنا وتضرعنا وتخشعنا وتلاوتنا وصدقاتنا وَصَالِحَ أَعْمَالِنَا يا رب العالمين

Ya Allah terimalah ibadah shalat kami, puasa kami, shalat malam kami, rukuk dan sujur kami, kerendahan hati dan khusyuk kami, tilawah kami, sedekah kami dan semua amal kebaikan kami, jadikanlah ia sebagai penolong kami dari siksaan api neraka.

Ya Allah jadikanlah kami selepas Ramdahan menjadi manusia-manusia baru, jiwa-jiwa yang bersih bak terlahir dari Rahim ibunda kami.  Ya Allah jadikanlah kami hamba yang istiqamah menjalankan perintah-Mu dan menjauhi larangan-Mu.

Ya Allah berikanlah keberkahan dalam diri kami, dalam harta kami, dalam keluarga kami dalam usaha kami, dalam pekerjaan kami, dalam ilmu dan aktifitas kami. Jadikanlah keluarga kami menjadi keluarga yang mencintai-Mu, gemar membaca dan membaca Al Qur’an petunjuk Mu,  beribadah hanya kepada-Mu, gemar menunaikan shalat berjamaah.

Ya Allah lindungi putra dan putri kami, selamatkan mereka dari segala mara bahaya, mudahkan mereka dalam menggapai cita-citanya, agar kelak menjadi anak anak shalih yang menyejukkan hati kami ya Allah kumpulkan kami bersama keluarga dan anak-anak kami di surge-Mu kelak ya Allah dan jangan jadikan salah satu dari anggota keluarga kami sebagai ahli neraka ya Allah.
Ya Allah jika hari ini ada yang sakit diantara saudara-saudara kami, sembuhkanlah ya Allah, jadikan sakitnya menjadi pembersih dosa dan kesalahannya, jika ada yang berhutang lunaskanlah, jika ada yang memiliki hajat mudahkan dan lancarkan Ya Allah.

Ya Allah berikanlah keberkahan rezeki bagi kami seluruh kaum muslimin,  sehingga bisa berkunjung ke Baitullah rumah-Mu, bisa berziarah ke makam Rasulullah kekasih-Mu juga para sahabat orang-orang yang Engkau ridhai.

اللهمَّ انْصُرْ إخوانَنَا الْمُسْتَضْعَفِين في فِلِسْطِين اللّهُمَّ انْصُرْ إخْوانَنَا الْمُجاهِدِين في سوريا و في فِلِبِّينَ وفي قطر وفي كل بلدان وفي كل الزمان ياأرحم الراحمين  اللهم انصرهم نصراً مؤَزَّرَاً اللهم وَحِّدْ كَلِمَتَهُم وسَدِّدْ رَمْيَهُم وَأَنْزِلْ فِي قُلُوْبِهِم السَكِينةَ اللهم أنهم مَظْلُومُون فَانْتَصِرْ لَهُمْ، إِنَّهُمْ فُقَرَاءُ فَأَغْنِهِمْ.اللّهُمَّ ارْحَمْ مَوْتَاهُمْ وَاشْفِ جُرْحَاهُمْ. وَتَقَبَّلْ شُهَدَاءَهُمْ، اللهمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ يَا قَوِيُّ يَا عَزِيزُ 
.
Ya Allah tolonglah saudara-saudara sesama muslim, yang ada di Palestina, negeri para syuhada, merdekakan mereka dari Yahudi laknatullah, ya Allah tolonglah saudara-saudara kami yang ada di Suriah dari kekejaman dan kezaliman musuh-musuhmu Ya Allah. Ya Allah tolonglah saudara-saudara kami yang berada di Filiphina, Rohingya, Pakistan, Qatar dan seluruh kaum muslimin dibelahan bumi dan masa. Satukan mereka, berikan ketenangan untuk mereka tolonglah mereka dari kezaliman yang menimpa, rahmati yang telah wafat, sembuhkan yang sakit dan terimalah amal amal para syuhadanya Ya Allah. Jaga mereka dengan tangan Mu dan Penjagaan-Mu ya Allah.

اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلاَ وَالْبَلاَءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إندونيسيا  خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرَ بِلاَدِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ .رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Rabu, 30 Mei 2018

Kapan Sebaiknya Waktu Menunaikan Zakat Fitrah?



Tanya:

Ana mau bertanya ustadz, untuk zakat fitri lebih baik diawal awal ramadhan atau diakhirkan sebelum khotib naik ke atas mimbar?

Jawab:

Syekh Wahbah Az Zuhaily menyebutkan ada 2 pendapat terkait kapan menunaikan zakat fitrah, diantaranya:

1.       Hanafiyah

Kalangan ini berpendapat bahwa zakat fitrah wajib ditunaikan (waktu wajib atau utama) ketika terbit fajar hari pertama idul Fitri. Alasannya karena nama Fitri disandarkan pada hari raya Iedul Fitri. Kalangan ini juga berpendapat sahnya zakat sejak awal Ramadhan, bahkan sebelum Ramadhanpun. namun lebih utama di akhirkan hingga sebelum berangkat shalat Iedul Fitri, dan tidak termasuk zakat jika ditunaikan setelah shalat Ied. Berdasarkan hadits bersumber dari  Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata:

مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

Barangsiapa yang menunaikan zakat fithri sebelum shalat maka zakatnya diterima dan barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud no. 1609 dan Ibnu Majah no. 1827. 

2.       Jumhur Ulama (mayoritas) 

Waktu wajib menunaikan zakat fitrah adalah saat matahari terbenam, malam Iedul Fitri. Menurut kalangan Syafiiyah dibolehkan menunaikan  sejak awal Ramadhan. Sementara kalangan Malikiyah dan Hanabilah boleh ditunaikan, sehari atau dua hari sebelum Ied.

 لقول ابن عمر: «كانوا يعطونها قبل الفطر بيوم أو يومين»

“Berdasarkan pendapat Ibnu Umar,” Mereka menunaikan zakat fitrah sebelum Iedul Fitri, sehari atau dua hari “ (HR. Bukhari)

Juga berdasarkan hadits Nabi:
أغنوهم عن الطلب هذا اليوم

“Cukupkan mereka dari meminta-minta pada hari ini (Iedul Fitri)” (HR. Daruquthni)

Kesimpulan:

a.      Boleh menyegerakan bayar zakat dari awal Ramadhan
b.      Boleh juga membayarkannya sehari atau dua hari jelang Iedul Fitri
c.       Waktu utama adalah setelah matahari tenggelam malam Iedul Fitri hingga menjelang shalat Ied, namun perlu diperhatikan kesiapan panitia untuk hal ini, jangan sampai merepotkan saat pembagiannya.

Untuk saat ini pilihan membayarkan zakat pada sehari atau dua hari menjelang Ied merupakan pilihan yang bijak, karena akan memudahkan panitia mendistribusikan dan bagi mustahik bisa menggunakannya untuk membeli keperluan Iedul Fitri.

والله أعلم

Zakat Fitrah beras atau Uang ?



Ulama berbeda pendapat terkait zakat fitrah menggunakan uang atau beras.

1.      Jumhur ulama

Pendapat mayoritas ulama adalah tidak boleh menunaikan zakat dengan qimah (harga/uang) berdasarkan pendapat Ibnu Umar:


فرض رسول الله صلّى الله عليه وسلم صدقة الفطر صاعاً من تمر، وصاعاً من شعير
“Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mewajibkan  zakat fitrah satu sha’ dari kurma dan satu sha dari Syair (gandum) (HR. Jama’ah, Nailul Authar, 4/179)

Kalangan Malikiyah Syafi'iyah dan Hanbaliyah berpendapat tidak membolehkan mengeluarkan zakat fitrah dalam bentuk uang, tetapi yang wajib dikeluarkan adalah jenis makanan sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah Saw. Hal ini dikarenakan tidak adanya dalil yang membolehkan hal tersebut. (Al Mausu'ah Fiqhiyyah al Kuwaitiyah, 23/344).
 
Berdasarkan dalil diatas, maka menunaikan zakat adalah dengan jenis makanan wilayah tersebut, dan tidak menggunakan uang. Ini adalah pendapat jumhur ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah. (Al-Mudawwanah al-Kubra, I/392; Al-Majmu’, VI/112; Al-Mughni, IV/295)

2.      Hanafiyah

وَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ إِلَى أَنَّهُ يَجُوزُ دَفْعُ الْقِيمَةِ فِي صَدَقَةِ الْفِطْرِ، بَل هُوَ أَوْلَى لِيَتَيَسَّرَ لِلْفَقِيرِ أَنْ يَشْتَرِيَ أَيَّ شَيْءٍ يُرِيدُهُ فِي يَوْمِ الْعِيدِ
“Kalangan Hanafiyah berpendapat, boleh membayar zakat fitrah dengan uang. Bahkan lebih utama, untuk memudahkan fakir membeli sesuatu yang dia inginkan pada hari raya idul fitri”. ( Al Maushu’ah Al Fikhiyah Al Kuwaitiyah, 23/344)

Menurut kalangan Hanafiyah juga dilihat dari kemaslahatan si fakir, mana yang lebih ia butuhkan, uang ataukah beras.

3.      Lajnah Zakat Al Quds- Palestina
حسام الدين بن موسى محمد بن عفانة

Dr. Husamuddin bin Musa Muhammad al Gahafanah menyebutkan dalam kitab Yasalunaka aniz zakat:

وقد أجاز جماعة من أهل العلم إخراج القيمة في صدقة الفطر وقد نقل هذا القول عن جماعة من الصحابة والتابعين منهم الحسن البصري وعمر بن عبد العزيز وهو مذهب الثوري وأبي حنيفة وأبي يوسف وبه العمل وعليه الفتوى عند الحنفية وهو أرجح

Telah membolehkan sejumlah ahli ilmu terkait mengeluarkan zakat fitrah dengan uang, pendapat ini dinukil dari sejumlah sahabat, tabiin diantara mereka Hasan Al Bashri, Umar bin Abdul Aziz dia mazhab Ats Tsauri dan Abu Hanifah dan Abu Yusuf, mengamalkan fatwa dari kalangan Hanafiyah, itu lebih tepat. ( Yas’alunaka ‘An Az Zakah, 1/169).

Kesimpulan:

·         Untuk kondisi sekarang, membayar zakat dengan beras boleh, meski zaman Nabi dulu adanya kurma atau gandum, beras tidak dikenal,  dan dengan uang tidaklah terlarang dan zakatnya sah.
·       Meskipun demikian, kebolehan tersebut disesuaikan dengan kondisi wilayah tertentu, yang peredaran uang banyak, maka tidak terlarang menggunakan uang, namun jika peredaran uang  sedikit , maka menggunakan jenis makanan wilayah setempat. Karena agama ini memudahkan pemeluknya, tidak perlu berdebat kusir tentang yang boleh hanya beras. Ulama dahulu sudah membahasnya.

والله أعلم