Akhir akhir ini sering muncul di media baik cetak maupun
online istilah jujur, dari JUJUR ITU BEJO, BERANI JUJUR HEBAT, JUJUR ITU INDAH, bahkan menjadi sebuah plesetan JUJUR KACANG
IJo ungkapan yang mirip nama
makanan khas Indonesia, bubur.
Semua sepakat
bahwa jujur itu disukai oleh orang yang jujur
dan orang yang tidak jujur. Meski ada sebagian orang yang tidak jujur
tidak suka kepada orang jujur. Semoga anda tidak bingung dengan kalimat ini.
Islam agama yang jujur, dari prinsip dasar dan tujuannya.
Rukun iman, Islam dan Ikhsan merupakan prinsip yang sangat jujur. Rasulullah Al Amin, pun orang yang paling amanah, sejarah
mencatat bahwa penduduk Mekkah ketika awal –awal Islam banyak yang menitipkan
rumah dan barang-barang berharga kepada Rasulullah,
Abu Bakar juga dikenal dengan gelar As Shidik yang artinya benar. Umar terkenal
dengan sifat-sifat pemberani, jujur dan amanah begitu juga Utsman dan Ali Bin
Abi Thalib para sahabat ridhwanullah alaihim adalah teladan terbaik dalam kejujuran berkata dan bersikap.
Dalam istilah hadits dikenal dengan ilmu al jarh wa
ta’dil, sebuah disiplin ilmu untuk menimbang kualitas hadits berdasarkan
perawi-perawinya, apakah perawi itu jujur, kuat hafalannya, amanah, tepat waktu
atau sebaliknya.
Namun sekarang kita berada di masa akhir zaman, masa yang
penuh fitnah. Mulai dari fitnah harta, tahta dan wanita. Pertanyaannya adalah
kemanakah kejujuran itu sekarang? Saat ini begitu mudahnya orang berucap janji,
namun celakanya mudah juga mengingkari.
Seperti syair dalam sebuah lagu:
Kau yang berjanji, kau yang mengingkari
Kau yang mulai, kau yang
mengakhiri
Padahal ucapan yang keluar dari lisan begitu besar
akibatnya. Sebuah hadits Rasulullah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم ،
قَالَ:إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ ، عَزَّ
وَجَلَّ ، لاَ يُلْقِي لَهَا بَالاً ، يَرْفَعُهُ اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ ، وَإِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ ، لاَ يُلْقِي لَهَا
بَالاً ، يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ.أخرجه أحمد 2/334(8392) . والبُخاري (6478) .
Dari Abu Hurairah, dari Nabi
Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba berkata
dengan perkataan yang mengundang keridhaan Allah Azza wa Jalla tanpa
disadarinya Allah akan mengangkat derajatnya, dan seorang hamba berkata dengan
perkataan yang mengundang murka Allah tanpa disadarinya hingga menyebabkannya
masuk neraka Jahannam.[1]
Allah berfirman:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ
الصَّادِقِينَ}
“ Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.[2]
Imam An Nawawi menyebutkan
hadits-hadits dalam kitab Riyadus Salihin bab As Sidq, diantara hadits
yang beliau tuliskan adalah:
عَن ابْنِ مَسْعُودٍ رضي اللَّه عنه عن
النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: "إِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي
إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
ليصْدُقُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقاً، وإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي
إِلَى الفجُورِ وَإِنَّ الفجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ
لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّاباً" متفقٌ عَلَيهِ.
Dari
Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya
kebenaran
itu menunjukkan kepada kebaikan dan sungguh kebaikan itu menunjukkan ke syurga
dan sesungguhnya seseorang itu niscaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah
di sisi Allah sebagai seorang yang ahli melakukan kebenaran. Dan
sesungguhnya berdusta itu menunjukkan
kepada kecurangan
dan
sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya
seseorang
itu niscaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang
ahli
berdusta." [4]
عَنْ أبي مُحَمَّدٍ الْحَسنِ بْنِ
عَلِيِّ بْنِ أبي طَالِبٍ، رَضيَ اللَّهُ عَنْهما، قَالَ حفِظْتُ مِنْ رسولِ
اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم:
"دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَريبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمأنينَةٌ،
وَالْكَذِبَ رِيبةٌ"
Dari Hasan bin Ali bin
Abi Thalib Radhiyallahuanhuma berkata, aku mengingat ucapan dari Rasululla
Shalallahu Alaihi wa Sallam: “Tinggalkan perkara yang meragukanmu kepada
perkara yang tidak meragukanmu, kejujuran adalah ketenangan, dusta adalah
kegalauan.[5]
عَنْ سَهْلِ بْنِ حُنيْفٍ رضي اللَّه عنه، أَن النبيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ:
"مَنْ سَأَلَ اللَّهَ، تعالَى الشِّهَادَة بِصِدْقٍ بَلَّغهُ اللَّهُ
مَنَازِلَ الشُّهدَاء، وإِنْ مَاتَ عَلَى فِراشِهِ"
Dari sahl bin Hunaif Radhiyallahu Anhu bahwa nabi Shallallahu Alaihi wa sallam bersabda: “
barangsiapa yang meminta kepada Allah mati Syahid dengan
sebenarnya, Allah akan sampaikan derajatnya kepada syuhada meski meninggal
diatas tempat tidur. [6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar