Pacaran
Ya, istilah ini memang sudah popular sejak berpuluh-puluh tahun
lalu. Bahkan aktifitas ini terkadang diwariskan dari kakek, ayah hingga anak. Mereka
berdalih bahwa dengan pacaran akan
mendekatkan hubungan, meningkatkan prestasi sekolah atau kuliah, memahami
tingkah laku dan bisa memilih mana jodoh yang nanti pas untuk menjalani rumah
tangga. Celakanya lagi dilegalkan oleh media TV, Artis dan orang-orang tenar. So, seolah tujuannya mulia ya…tapi tunggu dulu semulia itukah pacaran
sekarang?
Bukti empirik di lapangan sangat banyak yuk kita lihat sedikit data
tentang dampak dari pacaran:
Ketua Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI), Maria Ulfah Anshor, mengatakan usia anak pacaran saat ini
semakin muda.
Dari hasil survei kesehatan reproduksi remaja yang diselenggarakan BKKBN, kata
dia, remaja pacaran pertama kali pada usia 12 tahun. "Dibanding 10 tahun
lalu usia pacaran anak semakin muda," kata dia ketika berada di
Banyuwangi, Rabu, 6 Juni 2012.
Perilaku pacaran remaja, kata dia, juga semakin permisif. Sebanyak 92 persen
remaja berpegangan tangan saat pacaran, 82 persen berciuman, 63 persen rabaan petting.
Perilaku-perilaku tersebut kemudian memicu remaja melakukan hubungan seksual.
Perilaku seksual di usia belia itu menyebabkan jumlah anak yang menderita
HIV/AIDS terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Tahun 2004 kasus HIV/AIDS
sebanyak 154 kasus dan pada 2010 angkanya melonjak menjadi 1.119 kasus.
"Angka ini naik 700 persen," kata dia.
Maria mengatakan berbagai faktor menyebabkan remaja melakukan hubungan seksual,
mulai dari tayangan televisi, mudahnya mengakses situs porno, dan pengasuhan
anak yang kurang di keluarga.
Menurut dia, dengan kenyataan semakin mengkhawatirkan itu, pemerintah harus
memberlakukan kurikulum pendidikan seks secara nasional. Sebab dengan pengajaran
di sekolah remaja mengetahui tentang kesehatan reproduksi langsung dari guru.
"Sehingga remaja tahu bukan dari website atau komik," katanya. ( Tempo.co
Ngeri sekali…
Mau jadi apa generasi muda kita kedepan?
Eh, katanya pacaran ada
tahap tahapnya lho, ada perkenalan dilanjutkan dengan janjian, dilanjut dengan
keintiman, nah pada fase inilah sang pacar rela menyerahkan apa saja demi sang
pacar tersayangnya, mulai dari uang, waktu, bahkan ‘kehormatannya’. Dengan alas
an CINTA ! ! !
Belum yakin??? Nih saya kasih tambahan datanya:
Seks pranikah
dilakukan oleh para remaja dengan berbagai macam alasan yang
melatarbelakanginya. Lembaga Fakta yang diperoleh dari Perkumpulan Keluarga
Berencan Indonesia Keluarga Berencana (PKBI), United Nations Populations Fund (UNFPA)
dan Badan Koordonasi Keluarga Berencana (BKKBN), melakukan poling terhadap
1.000 remaja di Bandung, di mana hasil poling yang diperoleh menunjukan 20% telah
melakukan seks pranikah (Agupena,2011).
Senada
dengan hal tersebut penelitian yang dilakukan oleh Taufiq dan Nisa Rachmah
(2005) tentang perbedaan seksualitas pada remaja juga menunjukan bahwa 13,12%
remaja telah melakukan hubungan seksual. Sebagian besar subyek melakukan
hubungan seksual pranikah karenasebagai bukti rasa cinta terhadap pasangan,
pengaruh teman-teman lain, dan tergoda oleh pasangan (rayuan) serta
tidak memiliki
kemampuan untuk menolak rayuan pasangan.
Salah satu dampak dari hubungan seksual
pranikah yaitu kehamilan tidak dikehendaki
(KTD).KTD menyebabkan pikiran-pikiran irasional bagi remaja. Citra Puspitasari
(2008:1) kasus kehamilan tidak dikehendaki menunjukan perasaan-perasaan
ketidakberdayaan remaja, di mana
51% dihantui perasaan bersalah,
63% merasa
dirinya adalah wanita kotor
41% tidak percaya diri, 59% merasa cemas tidak
diterima di masyarakat.
Kasus kehamilan tidak dikehendaki tercatat ada 92 kasus
kehamilan tidak diinginkan pada tahun 2001, 97 kasus pada tahun 2002, 6 kasus
pada 2003 penelitian Wijaya (Anissa, K., 2009), dan tercatat 4 hingga
tahun 2006 total kehamilan tidak diinginkan mencapai 638 kasus yang diadukan ke
lembaga konseling PKBI DIY (Aliyah, 2006). Selain itu, karena perasaan malu seringkali
yang terpikirkan dalam benak remaja yang mengalami KTD adalah melakukan aborsi.
Aborsi memberi dampak yang sangat berbahaya antara lain: pendarahan, infeksi,
kemandulan, bahkan kematian (Aliyah, 2006).
Data survey yang dilakukan oleh
Paulinus Soge pada tahun 2008
menyebutkan angka kejadian 2 juta kasus aborsi per 1.000 tahun wanita usia
15-19 tahun atau 43 aborsi per 100 kelahiran hidup atau 30% dari kehamilan
(Farida Harahap dkk, 2009). Senada dengan hal tersebut, survey yang dilakukan
oleh BadanKesehatan Rumah Tangga (2005)
dan diperkuat oleh “Buku Fakta”yang dikeluarkan UNFPA dan KantorMenteri Negara
Pemberdayaan Perempuan (2000), di mana survey dilakukan di Surabaya menunjukan
bahwa:
Setiap hari
rata-rata ada 100 kasus aborsi yang pelakunya 60% ibu rumah tangga dan 40% ABG Republika,
24 Oktober 2000 (Ita Mussarofa, 2011).
So belum cukupkan wahai saudaraku seiman, data yang ada?
Pacaran itu hanya dusta dan sex kok isinya gak ada positifnya sama sekali. Padahal jika anda sudah
tidak disukai pasangan yang terjadi adalah stress, sementara dampak lain adalah:
Pembunuhan pasangan
WTS
Miras
Narkoba
HIV AIDS
Mulai sekarang berhentilah pacaran, perbaikilah diri dengan belajar
ilmu agama islam, manfaatkan waktu dengan mengasah kemampuan diri, dan yakin
saja bahwa orang yang baik akan mendapat jodoh yang baik, begitupula
sebaliknya.