Berkata Amru
bin Ash: “Aku melihat pelita menyala di rumah Al Khattab, saat itu aku masih
kecil, aku bertanya lalu beliau menjawab: “Telah lahir seorang anak laki-laki
dikeluargaku, dialah Umar.
Umar tumbuh
dan berkembang layaknya anak suku Quraisy kebanyakan, namun hal berbeda yang
diajarkan oleh kedua orang tuanya adalah pendidikan baca dan tulis kepada Umar.
Ketika remaja, dialah satu-satunya anak yang sangat mahir membaca dan menulis diantara
anak seusianya di Mekkah.
Umar sangat
menyukai buku, cepat menghafal syair dan silsilah nasab bangsa Arab. Ketika
Umar sedang menggebu-gebu untuk memenuhi isi kepalanya dengan berbagai
pengetahuan pada saat itu, Al Khattab
ayahnya mengajak Umar untuk menggembala unta padang rumput sekitar Mekkah, dari
sinilah ia mewarisi sifat keras dan kuat
ayahnya.
Kebiasaan
Umar Meminta Pendapat Sahabat
Ketika tidak
mendapati hukum baik didalam Al Qur’an maupun As Sunnah, Umar meminta pendapat
kepada para sahabat, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar.
Umar
berkata: “Apakah Abu Bakar sudah memutuskan hukum ini sebelumnya?”. Jika sudah
Umar berhukum seperti yang telah dilakukan Abu Bakar.
Hai Nil
Mengalirlah!
Ketika Amr bin Al Ash Radhiyallahu
Anhu berhasil menaklukkan Mesir dan menjadi gubernur disana, ia melihat ritual yang kejam. Ritual itu
adalah ketika air sungai Nil mulai menyusut dan nyaris kering, penduduk Mesir
mempersembahkan seorang gadis untuk
dilemparkan ke tengah-tengah sungai.
Terlebih dahulu sang gadis calon
persembahan itu dirias, setelah sempurna serentak mereka
melemparkannya kedalam sungai. Karena menurut keyakinan mereka gadis itu akan
diterima oleh 'penunggu' sungai Nil
sehingga air sungai pun akan mengalir, begitu harapan mereka,
tradisi ini sudah berjalan bertahun-tahun.
Peristiwa ini diamati oleh Amr bin
Ash yang kemudian mendorongnya untuk menulis surat kepada Khalifah Umar bih
Khattab di Madinah menceritakan ritual
yang dilakukan oleh penduduk Mesir.
Umar bin Khattab Radhiyallahu
Anhu kemudian membalas surat dari Amr bin Ash dan menuliskan untaian
kata-kata.
يا نيل مصر إذا كنت تجري بأمرك فلا حاجة
لنا فيك , وإذا كنت تجري بأمر الله الواحد
القهار فاسأل الله أن يجريك
Wahai
sungai Nil di Mesir, jika kamu mengalir atas kehendakmu sendiri, aku tidak
butuh dirimu. Namun jika kamu mengalir atas perintah Allah yang Maha Esa dan
Maha Perkasa, aku bermohon kepada Allah agar Dia mengalirkanmu.
Kemudian Umar
mengirimkan surat itu ke Mesir dengan memerintahkan kepada Amr bin Ash untuk
melemparkan surat itu kedalam sungai Nil. Ajaib tak berapa lama surat itu
terlempar air sungai nil bertambah sedikit-demi sedikit hingga melimpah ruah sampai
ke halaman rumah para penduduk Mesir.
Aku Raja Atau Khalifah?
Suatu hari Umar sedang duduk bersama
para sahabat, diantara mereka ada Salman Al Al Farisi. Umar mengetahui betapa
Salman memiliki tempat istimewa disisi Rasulullah saw semasa hidup. Umar
kemudian bertanya kepada Salman Al Farisi: “ Wahai Salman, apakah aku seorang
raja atau khalifah?
Lalu Salman berkata: “ Wahai Amirul
Mukminin sungguh keduanya terdapat perbedaan yang besar. Seorang Khalifah tidak
memutuskan sesuatu perkara atau meninggalkannya melainkan atas dasar kebenaran.”
Namun jika engkau mengumpulkan
dirham dari tanah kaum muslimin banyak atau sedikit, kemudian engkau
menggunakan dengan tidak benar ( haknya ), maka engkau adalah raja, bukan
khalifah.
Umar Yang
Menyetuh Hati
“Tidak akan celaka seseorang selama
hawa nafsunya tunduk kepada agama, ketahuilah tamak itu adalah kefakiran, jika
seseorang tidak mampu maka Allah akan
memperkayanya,
Wahai manusia bertemanlah dengan tawwabin
( orang-orang yang bertaubat ) karena mereka memiliki hati yang lembut. Sungguh
aku mengetahui siap yang paling pemurah dan santun, orang yang paling pemurah
adalah orang yang memberi kepada seseorang yang dibencinya, dan orang yang
paling santun adalah orang yang memaafkan orang yang mendzaliminya, zuhud terhadap
dunia membuat tenang hati dan badan.
Pelajarilah ilmu, pelajarilah dari
ilmu itu untuk mendapatkan ketenangan dan sifat santun. Redah hatilah kepada
orang mengajarimu dan kepaa orang yang kau ajari..
Umar dan Abu
Darda menangis
Umar pergi menemui Abu Darda, lalu
Abu Darda berkata: “Wahai Amirul Mukminin, ingatkah engkau sebuah hadits
Rasulullah saw,. Umar menjawab: “ Hadist yang mana wahai Abu Darda?, Abu Darda lalu menyebutkan sebuah hadits : “
Hendaklah hasrat kalian terhadap dunia seperti mengumpulkan bekal perjalanan,
Umar berkata: “ Benar, lalu Abu Darda berkata: “ Lalu apa yang kita lakukan
setelah itu wahai Amirul Mukminin?” Abu Darda menangis, disusul Umar, mereka
berdua menangis hingga adzan shalat Subuh”.
Kekhawatiran Umar
Terhadap Syirik
Mencium Hajar Aswad
Abu Said Al Khudri berkata: “ Kami
menunaikan ibadah haji bersama Umar, ketika
memasuki Masjidil Haram Umar mendekati Hajar Aswad lalu mencium dan mengusapnya
kemudian berkata: “ Aku mengetahui engkau hanya sebongkah batu, tidak memberi
manfaat atau kerugian, kalaulah tidak Rasulullah menciummu, aku tak akan
menciummu”.
Menebang Pohon
Umar melihat orang-orang mendatangi
pohon tempat dahulu Rasulullah mengadakan Baiatu Ridwan ( perjanjian setia
kepada Islam ). Mereka melakukan shalat dibawah pohon tersebut,
mengagung-agungkannya. Umar lalu melarang mereka, ada diantara mereka yang
berujar,” Ini adalah pohon keberkahan, yang Allah sebut dengan Syajaratu Ridwan
( pohon yang diridhai ). Ketika melihat itu, Umar lalu menebangnya
berserakanlah dahan dan rantingnya.
Umar melakukan hal itu karena
khawatir kaum muslimin dapat terjerumus kepada kemusyrikan.
Keadilan Umar
Ketika raja terakhir Bani Gassan
yaitu Jabalah bin Aiham memeluk Islam, lalu menunaikan ibadah haji bersama
Umar, ketika sedang Thawaf, kainnya terinjak oleh seorang laki-laki Badui. Dengan
marah raja itu menampar wajah laki-laki Badui itu hingga mengucurkan darah. Lalu
laki-laki Badui itu mengadukan kepada Umar.
Umar bertanya kepada Raja: “Apa yang
menyebabkanmu menamparnya hingga berdarah?, ia menjawab: “ Badui ini menginjak
kainku.
Umar berkata, “Sekarang maafkanlah
Badui itu, atau jika tidak engkau tidak mau, maka Badui itu akan menamparmu
sebagaimana engkau menamparnya?. Sesungguhnya antara kamu dan Badui itu memiliki
hak yang sama dalam Islam, tidak ada kelebihan satu dan lainya kecuali amal
kebaikannya.
Raja itu berkata: “ Wahai Amirul
Mukminin, aku berharap dalam Islam aku lebih terhormat daripada saat aku belum
memeluk Islam. Namun jika demikian yang terjadi, berilah aku waktu berfikir
hingga esok wahai Amirul Mukminin.
Umar berkata: “ Terserahlah “.
Namun pada malam hari, Raja dan
sejumlah sahabatnya kabur kembali kembali ke Konstantinopel dan murtad.
Adilnya
Umar
Seorang
penduduk dari Mesir datang menemui Umar bin Khattab di Madinah, lalu berkata: “
Wahai Amirul Mukminin, aku mengadukan persoalanku”. Umar berkata: “ Ada apa
denganmu ?. penduduk itu berkata: “ Dalam perlombaan pacuan kuda yang diadakan
oleh gubernur Amr bin Ash ikut didalamnya putera beliau yang bernama Muhammad
bin Amr bin Ash, pada pertandingan itu kudaku lebih dulu memenangkan
pertandingan, namun Muhammad bin Amr bin Ash tidak terima, lalu memukulku dengan cemeti, padahal semua orang
yang menyaksikan pertandingan itu mengakui bahwa akulah pemenangnya. Umar
berkata: “Duduklah” kemudian Umar menulis sepucuk surat kepada Amr bin Ash yang
isinya:
“Jika
sampai surat ini kepadamu, datanglah ke Madinah bersama anakmu Muhammad.
Sesampainya surat
itu, Amr bin Ash memanggil anaknya dan berkata: “ Apa yang terjadi?, Apakah
kamu melakukan kekerasan? Anaknya menjawab: “Tidak”
Amr bin Ash
lalu berkata: “ Tetapi mengapa Amirul Mukminin menulis surat kepadaku berisi
tentangmu?
kemudian Amr
bin Ash dan puteranya menuju Madinah menemui Umar. Setibanya di Madinah, Umar berkata
kepada laki-laki dari Mesir itu: “Sekarang pukullan anak ini”. Lalu lelaki itu
memukulnya.”
Umar Tidak Membedakan Antara Tuan dan Pelayan
Orang –orang kaya suku Quraisy
membuat makanan diperuntukkan bagi jamaah haji. Makanan yang sudah tersedia
segera diangkat dan diletakkan dalam nampan-nampan yang besar, lalu orang-orang
kaya makan, sedangkan para pelayan beringsut meninggalkan tempat makan. Lalu umar
bertanya kepada orang-orang kaya, “ Mengapa aku tidak melihat para pelayan
kalian ikut menikmati makanan ini, apakah mereka tidak berselera dengan makanan
ini ?,Salah satu dari orang kaya itu menjawab, “Tidak wahai Amirul Mukminin,
mereka berselera dengan makanan ini, namun kami akan menyisakan untuk mereka
dari makanan ini.”
Umar sangat marah, dan berseru, “Tidaklah
suatu kaum memberi makanan sisa kepada pelayannya, Allah akan membalas
perbuatannya itu.
Lalu Umar berkata kepada para
pelayan, “Duduk dan makanlah kalian”. Merekapun duduk dan makan.
Sedangkan Umar tidak makan, berdiri
menjauh, mempersilahkan para pelayan makan dengan lahap dan senang.
Allah “Sepakat”
Dengan Pendapat Umar
1.
Perihal
Tawanan Perang Badar
Ketika kaum
muslimin memenangkan perang Badar, jumlah tawanan kaum musyrikin yang ditawan oleh kaum
muslimin berjumlah 70 orang. Diantara
mereka pemuka dan bangsawan Quraisy. Diantara mereka terdapat Abbas bin Abdul
Muthalib paman Nabi dan Uqail bin Abi Thalib saudara Ali bin Abi Thalib. Abu Bakar
berkata, “Ya Rasulullah mereka adalah kaum dan saudaramu, lepaskanlah mereka
semoga Allah mengampuni mereka, ambilla dari mereka tebusan dengan harta.
Sedangkan Umar
berkata, “Ya Rasulullah, mereka telah mendustaimu dan mengusirmu, bunuhlah
mereka karena mereka adalah tokoh tokoh kafir, adapaun Allah tidak butuh
tebusan dari mereka, biarkan Ali yang
membunuh Uqail, Hamzah membunuh Abbas dan biarkan aku membunuh fulan yang
memiliki kedekatan nasab denganku”.
Lalu Rasulullah
bersabda,” Sesungguhnya Allah membuat hati seseorang mejadi selembut-lembutnya
hati, dan Allahlah yang membuat hati seseorang keras seperti kerasnya
batu. Engkau Abu Bakar seperti Ibrahim
ketika berkata kepada kaumnya:
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ
تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala
itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang
mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa
yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (
Ibrahim:36)
Sedangkan engkau Umar seperti Nuh, ketika
berdoa:
وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى
الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan
seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. ( Nuh
Ayat: 26)
Rasulullah
lebih memilih pendapat Abu Bakar untuk menawan kaum musyrikin dengan tebusan,
ketika kaum muslimin mengambil tebusan dari para tawanan, pada saat itu sebesar
220 dinar setiap tawanan, banyak diantara mereka yang tidak mampu membebaskan
diri karena miskin, bagi yang tidak mampu Rasulullah mewajibkan mereka untuk
mengajarkan baca tulis kepada sepuluh orang penduduk Madinah. Tak berapa lama setelah itu turunlah ayat:
Al Anfal: 67-68
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي
الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ
عَزِيزٌ حَكِيمٌ
Tidak patut, bagi seorang Nabi
mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu
menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( 67 )
Kalau sekiranya tidak ada ketetapan
yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena
tebusan yang kamu ambil. (
68 )
Rasulullah menangis sehingga Abu Bakarpun
ikut menangis lalu bersabda, Jika adzab turun saat ini tidak akan ada yang
selamat kecuali Umar, Saad dan Muadz.