Senin, 15 Februari 2021

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 16 (BAG. 9)

 


 

ALLAH  MAHA PEMBERI RASA AMAN

 

 

·         Nash Ayat

 

أَأَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ (16) أَمْ أَمِنْتُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ أَنْ يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا

فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ (17)

 

“Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang?

“Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan akan mengetahui bagaimana ( akibat mendustakan) peringatan-Ku “. (QS.Al Mulk:16-17)

 

·         Pendahuluan

Saat kita merasa takut ketahuilah bahwa ada tempat paling aman untuk berlindung dan bermohon pertolongan, Dia lah Allah Dzat Yang Maha Memberi Aman. Orang-orang mukmin akan selalu berinteraksi dengan sumber rasa Aman beribadah dan berharap hanya kepada-Nya,  Dia lah Allah. Sementara orang-orang kafir mereka akan menjauhi Allah, beralih kepada selain-Nya,  padahal Dia lah Allah Pemberi Aman. Tiada keamanan, kenyamanan, kedamaian dan keamanan hakiki melainkan dengan kembali kepada Allah dengan sebenarnya.

 

·         Tinjauan  Bahasa

 

أَأَمِنْتُمْ

Sudah amankah kamu

 

Pola istifham (pertanyaan) dalam ayat ini menunjukkan ungkapan “heran” bagi kaum yang masih saja merasa aman dari azab Allah meski mereka menyimpang dari perintah Allah dan membangkang. (Muhammad Sayid Thantawi,Tafsir Al Wasith,15/21)

 

أَنْ يَخْسِفَ

Ditelan, gempa

حَاصِبًا

Badai berbatu

 

·         Kandungan Ayat

 

Ayat ini merupakan pertanyaan yang Allah ajukan kepada orang-orang kafir yang mendustakan ayat ayat Allah bahwa mereka tak akan aman selama keingkaran masih bercokol di hati. Karena Allah yang Maha Memberi Aman, Dia juga yang Maha Menghilangkan Rasa Aman bagi orang-orang yang tak henti-hentinya mengerjakan larangan Allah, namun ingkar akan perintah-perintah-Nya. Mereka enggan mendengarkan peringatan yang di dakwahkan oleh para Rasul-Rasul-Nya. ( Tafsir At Thabari,23/513)

 

Balasan bagi orang-orang selalu ingkar kepada aturan Allah adalah kelak mereka akan merasakan pedihnya azab saat langit menurunkan hujan batu yang bergerak bak awan berarak ( Abu Ubaidah Ma’mar Bin Matsani Al Bashri, Majazul Qur’an, 3/262)

 

Juga seperti azab yang menimpa kaum nabi Luth yg menyimpang dari fitrah manusia dengan menyukai sesama jenis dengan ditimpakan badai bercampur batu dan kerikil. (Ghayatul Amani Fil Kalami  ar Rabani,1/200)


 Oleh:  Fauzan Sugiyono, Lc

Bersambung …..

 

 

 

Tafsir Surat Al Mulk Ayat 13 dan 14 (Bag.8)

 


ALLAH MENGETAHUI YANG TERSEMBUYI DAN NYATA

 


 

Nash Ayat

 

وَأَسِرُّوا قَوْلَكُمْ أَوِ اجْهَرُوا بِهِ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ (13) أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)

 

13- “Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah, Sungguh Dia ( Allah ) Maha Mengetahui     segala isi hati

14- “Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui

 

Tinjauan Bahasa

 

 وَأَسِرُّوا

“ Dan rahasiakanlah

 

اجْهَرُوْا

 “Nyatakanlah, terangkanlah

 

 

Kandungan Ayat

 

Ayat ini menceritakan kepada kita tentang sifat Allah yang mengetahui semua kondisi hamb-Nya, baik saat sendiri, tersembunyi,  tak ada orang yang mengetahui, namun Allah Maha mengetahui segala yang tersembunyi meski di lubuk hati yang paling dalam. Begitupula tentang segala yang nyata, jelas dan terlihat, tak luput sedikitpun dari pengetahuan Allah. Sudah sewajarnya manusia mengikhlaskan segala perbuatan hanya karena Allah subhanahu wata’ala, karena Dia mengetahui segalanya.

 

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menukil sebuah hadits dalam as Sahihain terkait dengan golongan yang berhak mendapat pertolongan dan naungan dari Allah kelak di hari kiamat saat tak ada naungan lain selain perlindungan Allah dalam hadits:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan  Allah  Subhanahu wata’ala dimana tidak ada naungan kecuali hanya naungan Allah Ta’ala. Yaitu:  

1.      Pemimpin yang adil

2.      Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala

3.      Seorang yang hatinya senantiasa bergantung di masjid

4.      Dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala. Mereka berkumpul karena Allah dan mereka pun berpisah juga karena Allah Ta’ala.

5.      Seorang yang diajak wanita untuk berbuat yang tidak baik, dimana wanita tersebut memiliki kedudukan dan kecantikan, namun ia mampu mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.

6.      Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.

7.      Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air mata.  ( Sahih Bukhari, no. 660, Sahih Muslim, no.1031 bersumber dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)

 

Syekh An Nawawi Al Bantani dalam tafsirnya mengungkapkan bahwa dalam ayat ini, Allah mengetahui hati dan kondisinya, oleh karena itu berhati-hatilah dengan kemaksiatan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi, karena Allah mengetahuinya sama persis seperti mengetahui kemaksiatan yang dilakukan secara terang-terangan.(Marah Labid,2/547)

 

As Syahid Sayid Qutub menyebutkan dalam tafsirnya:

 

عندئذ يتقي المؤمن النية المكنونة، والهاجس الدفين، كما يتقي الحركة المنظورة، والصوت الجهير. وهو يتعامل مع الله الذي يعلم السر والجهر، الله الذي خلق الصدور فهو يعلم ما في الصدور

 

“Saat itulah seorang mukmin berhati-hati dengan niat, batasan yang membedakannya, seperti berhati-hati dengan gerakan yang terlihat, suara yang terdengar, karena dia berinteraksi dengan Allah, Dzat Yang Maha Mengetahui hal yang tersembunyi dan yang nyata, Allah yang menciptakan hati, tentu Dia Maha Tahu apa yang tersembunyi didalamnya”. (Fi Dzilalil Qur’an, 6/3637)

 

أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (14)

 “Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Maha Halus dan Maha Mengetahui”.

 

Dari Ibnu Ishaq Al Isfirai bahwa maksud Al Alim (Maha Mengetahui) merupakan sifat Allah yang  maknanya adalah mengetahui segala macam pengetahuan, diantaranya adalah al Khabir, salah satu sifat khusus Allah yang Maha Mengetahui sesuatu yang belum terjadi. Al Hakim, salah satu sifat khusus Allah yang Maha Mengetahui secara detail sifat-sifat makhluk-Nya. As Syahid, merupakah saifat Allah yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata,  Al Hafizh merupakan sifat khusus Allah yang tak akan pernah lupa. (As Syinkithi, Adhwaul Bayan, 8/237)

 

Hikmah Ayat

 

  1. Allah Maha Mengetahui segala yang tersembunyi ataupun yang terang-terangan, tak ada perbedaan diantara keduanya.
  2. Pentingnya melihat kondisi hati dan niat terlebih dahulu sebelum beramal, Karena amal yang tidak disertai kehadiran hati dan keikhlasan hanya akan sia-sia, apalagi menyimpang dari ajaran Rasulullah.
  3. Orang yang beramal sembunyi-sembunyi lebih aman dari sifat riya.

Fauzan Sugiyono, Lc

  Bersamabung

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 10, 11 dan 12 ( Bag. 7 )

 


 

PENYESALAN ORANG-ORANG KAFIR

 

Nash ayat

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10) فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ (11) إِنَّ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ كَبِيرٌ (12)

 

Terjemah Ayat

 

10. Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala".

 

11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.

 

12. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

 

Tinjauan Bahasa

 

نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ

 

“Kami mendengar atau memikirkan”

 

Ini adalah ungkapan orang – orang kafir saat mereka sudah dimasukkan kedalam neraka yang menyala-nyala, “ Seandainya kami dahulu berfikir dan mendengarkan ucapan pencari kebenaran dan petunjuk, niscaya kami tak akan masuk kedalam neraka”. ( Ali As Shabuni, Shafwat Tafasir,3/394)

 

Ungkapan mendengar lebih didahulukan dari berfikir, karena konteks mendengar disini adalah ketaatan dan kepatuhan kepada Allah.

 

فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ

 

“Mereka mengakui dosa mereka”

 

Pengakuan orang-orang kafir  atas dosa-dosa mereka, pengingkaran terhadap para nabinya, melakukan perbuatan yang menjauhkan dari rahmat Allah, penyesalan ini dilakukan ketika mereka sudah masuk kedalam neraka, sungguh sebuah penyesalan yang sia-sia.( Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir,29/17)

 

 

 

Al Hakim dan At Tirmidzi menyebutkan hadits, ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم takjub dengan kecerdasan orang Nashrani, “Ya Rasulullah betapa cerdasnya orang Nasrani itu?”.  Lalu Nabi bersabda,” Tidak !, Orang Kafir tidaklah cerdas, apakah kalian tidak mendengar Allah berfirman,” Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (Muhammad Thahir bin Asyur, at Tahrir wa Tanwir, 29/27)

 

Penyesalan Orang Kafir di Akherat Tiada Arti

 

Orang kafir ini berandai-andai jika saja mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, yaitu pendengaran dan akal mereka bisa mengambil manfaat terhadap wahyu yang Allah turunkan, Rasul yang datang di tengah-tengah mereka. Namun mereka tidak memanfaatkan pendengaran dan akal. Kondisi ini jauh berbeda dengan orang yang mendapatkan petunjuk  yang memanfaatkan pendengaran, akal mereka dan mengamalkan ilmu. (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 876)

 

Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:

 

"لَنْ يَهْلِكَ النَّاسُ حَتَّى يُعذِروا مِنْ أَنْفُسِهِمْ"

 

“Seseorang tidak akan merasa binasa hingga ia mengakui kesalahan ( Musnad Ahmad,4/260)

Hadits Rasulullah صلى الله عليه وسلم dari Abu Hurairah berikut menjelaskan:

لاَ يَدْخُلُ أَحَدٌ النَّارَ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ لَوْ أَحْسَنَ لِيَكُونَ عَلَيْهِ حَسْرَةً وَلاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَحَدٌ إِلاَّ أُرِىَ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ لَوْ أَسَاءَ لِيَزْدَادَ شُكْراً

Seseorang yang masuk neraka akan menyesal ketika ia ditampakkan tempat duduknya di surga seandainya surga itu baik baginya. Dan seseorang yang masuk surga akan bertambah syukur ketika ia ditampakkan tempat duduknya di neraka seandainya neraka layak untuknya.” (HR. Ahmad, 2/541. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits tersebut shahih)

Hikmah Ayat

ü  Orang kafir sebenarnya mengetahui tempat kembali mereka adalah neraka namun mereka enggan menggunakan akalan fikiran mereka untuk beriman kepada Allah.

ü  Penyesalan orang-orang kafir di akherat tidaklah berguna sama sekali.

ü  Orang yang beriman kepada Allah bagi mereka ampunan atas dosa dan kesalahan dan pahala yang besar di akherat.


Fauzan Sugiyono, Lc MAg

Bersambung....

 

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 7-8 (Bag. 6)

 



ILUSTRASI MURKA NERAKA KEPADA ORANG-ORANG KAFIR

 

Teks Ayat

 

إِذَا أُلْقُوا فِيهَا سَمِعُوا لَهَا شَهِيقًا وَهِيَ تَفُورُ (7) تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8)

 

“Apabila mereka dilemparkan kedalamnya, mereka mendengar suara neraka yang mengerikan dan menggelegak. Hampir-hampir neraka itu terpecah-pecah karena marahnya, setiap kali dilemparkan kedalamnya (sekumpulan orang-orang kafir)penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka,”Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” ( QS. AL Mulk: 7-8)

 

Tinjauan Bahasa

 

شهيق: الصوت الذي يخرج من الجوف بشدّة كصوت الحمار

Yang dimaksud dengan Syahiq; suara yang keluar dari rongga mulut dengan kerasnya seperti suara keledai ( Tafsir aT Thabari,23/508)

 

Yaitu saat orang-orang kafir dilemparkan kedalam neraka mereka mendengar suara neraka yang mengerikan menggelegak begitu kerasnya seperti suara teriakan keledai.

 

Itulah seburuk-buruk suara teriakan, tak satupun kecuali setiap dada orang kafir dihinggapi rasa takut yang sangat ( tafsir Fathul Bayan, 14/235)

 

تَفُورْ

 

Melahap, menggelegak

 

Mujahid berkata,”Api neraka melahap tubuh orang-orang kafir ibarat butiran-butiran biji kecil yang lenyap ditelan samudera.”( Tafsir Al Qurtubi,18/212)

 

Kondisi Orang-Orang Kafir

 

Al Qurthubi juga mendeskripsikan  bahwa orang-orang kafir dilemparkan kedalam neraka seperti kayu bakar yang di lemparkan kedalam api yang berkobar sangat menjulang lalu mereka di campakkan didalamnya ( Tafsir Al Qurthubi,30/586)

 Bersambung

 

TAFSIR SURAT AL MULK Ayat 5-6 ( Bag.5 )

 





Bintang Di Langit Menjadi Alat Pelempar Syetan

 

Nash Ayat

 

وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ

السَّعِيرِ (5) وَلِلَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (6)

“ Dan sungguh Kami telah hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang dan Kami jadikannya ( bintang-bintang itu) sebagai alat pelempar syetan, dan Kami sediakan bagi mereka azab yang menyala-nyala. Dan orang-orang yang ingar kepada kepada Tuhannya, akan mendapat azab Jahannam, dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”( QS. Al Mulk:5-6)

 

Tinjauan Bahasa

مَصَابِيحَ

 

bintang-bintang”,

 

Diungkapkan Allah dengan kata bentuk jamak yaitu mashabih ( pelita-pelita), bentuk tunggalnya adalah mishbah artinya sesuatu yang dijadikan penerangan dalam gelap. Seperti waktu subuh yang berarti sinar yang menyambut datangnya siang. Bintang-bintang diungkapkan dengan kata mashabih karena ia bersinar bak pelita Imam At Thabari menyebutkan bersumber dari Qatadah bahwa bintang diciptakan untuk tiga hal:

1.       Sebagai penghias langit

2.       Sebagai alat pelempar syetan

3.       Sebagai pedoman arah ( tafsir At Thabari, 23/508)

 

Syaikh Al Utsaimin menerangkan bahwa syetan yang dilempar adalah syetan dari jenis jin, bukan dari jenis manusia, karena syetan dari jenis jin memiliki  kekuatan ( Fathul Majid hal.381)

Seperti dalam firman Allah:

 

وَالشَّيَاطِينَ كُلَّ بَنَّاءٍ وَغَوَّاص

Dan (Kami tundukkan pula kepadanya setan-setan semuanya ahli bangunan dan penyelam.(QS.Shad:37)

 

قَالَ عِفْرِيتٌ مِنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ تَقُومَ مِنْ مَقَامِكَ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ

 

Ifrit dari golongan jin berkata,”Akulah yang akan membawanya kepadamu sebelum engkau berdiri dari tempatmu, dan sungguh aku kuat dan dapat dipercaya ( QS. An Naml:39)

 

Pendapat ulama

 

Syetan yang mencuri kabar dari langit kemudian dilempar Allah dengan bintang-bintang tersebut yang kilatannya ibarat bara api neraka ( Tafsir Al Khazin, 4/319)

 

Ibnu Abbas menyebutkan,”Syetan yang terkena lemparan bintang tersebut ada yang terluka, tergulung dan terbakar”.( Tafsir Ibnu Abbas,1/479)

 

Syekh Wahbah Az Zuhaili berkata:

 

زيّن الله السماء الدنيا وهي القربى أقرب السموات إلى الناس بكواكب مصابيح لإضاءتها، وجعل منها شهبا تنقض على مردة الشياطين، وأعد الله للشياطين أشد الحريق بسبب الكفر والضلال والإفساد

Allah menghiasi langit dunia, yaitu langit yang paling dekat antara manusia dengan jagat raya, dengan bintang-bintang yang menyinarinya, bintang juga dijadikan alat untuk menghalau syetan durjana, Allah menyiapkan bagi syetan azab yang membakar karena kekafiran, kesesatan dan kerusakan mereka. ( Tafsir Al Munir, 29/13)

 

 Berkata Sayyid Qutub: “Indahnya pemandangan bintang dilangit begitu menentramkan hati. Keindahan  warna yang selalu terbarukan, sesuai dengan waktu, selalu berbeda pagi dan sore hari, dari terbit matahari hingga terbenamnya, dari malam yang berbintang hingga malam gelap gulita, dari cerahnya langit hingga berarak awan. Bahkan selalu berbeda dari waktu ke waktu. Dari berbagai sudut dan penjuru, demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir. Itulah keindahan dalam kehidupan manusia, keindahan yang tak terukir dengan kata dan ungkapan. Namun Al Qur’an menunjukkan jiwa manusia kepada keindahan jagat raya dan keindahan seluruh makhluk ciptaan Allah, karena mengetahui keindahan makhluk adalah cara jujur dan termudah untuk mengekspresikan keindahan Sang Maha Pencipta. Pengetahuan inilah yang mengangkat manusia kearah kemuliaan, mempersiapkan hidup abadi, dalam alam nan indah  dari sekedar alam dunia menuju alam kebahagiaan hati yang hakiki kala mengetahui keindahan Illahi.” ( Sayid Qutub, Fidzilalil Qur an, 36/34)

 

Hikmah Ayat

 

  1.  Allah menghiasi langit  dengan bintang gemintang di waktu malam, sebagai penghias langit, pelempar syetan dari kalangan jin yang mencuri kabar dari langit, serta sebagai petunjuk arah baik darat maupun laut.
  2. Bagi orang yang beriman mengetahui keindahan ciptaan Allah adalah cara paling jujur dan mudah untuk mengenal keindahan Allah yang Maha Indah
  3. Orang yang ingkar kepada Allah akan mendapat azab yang pedih berupa neraka jahannam
b


Tafsir Surat Al Mulk Ayat 3-4 (Bag. 4 )

 



Allah Menciptakan Tujuh Langit Berlapis-lapis

1.      Nash Ayat

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4)

 

“Yang telah menciptakan tujuh lapis langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan letih. ( QS. Al Mulk:3-4)

 

2.      Tinjauan Bahasa

 

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا

“Yang telah menciptakan tujuh lapis langit berlapis-lapis”

 

Langit yang diciptakan Allah bertingkat, sebagian berada diatas sebagian yang lain ( At Thabari,23/506)

Tingkatan langit yang Allah ciptaka menunjukkan Maha Sempurnanya Allah, Dia menciptakanlangit tanpa penyangga, tanpa terpengaruh gaya gravitasi bumi, terpisah antara satu tingkatan dengan tingkatan lainnya, tanpa cela, sungguh Maha sempurna Allah. ( Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir,29/11)

Hakikat langit tiada yang mengetahui kecuali Allah, jaraknya dari bumi sekitar perjalanan 500 tahun dengan perkiraan klasik, pendapat lain mengatakan langit adalah angkasa raya sebagai tempat bagi benda-benda langit dalam tata surya, terdiri dari galaksi dan gugusan bintang-bintang dengan jarak berbeda-beda itupula gambaran tingkatan langit yang Allah ciptakan,”( Wahbah Zuhaily, Tafsir Al Munir,29/11)  

Keberadaan langit merupakan kekuasaan Allah atas makhuknya, hal itu bisa dilihat dari tiga sisi: pertama, Langit tetap berada diangkasa menggantung tanpa tiang dan penghubung ikatan,

kedua, tiap-tiap langit memiliki kekhususan masing-masing dalam ukuran tertentu,

 ketiga, tiap-tiap langit memiliki pergerakan tertentu dilihat dari cepat atau lambatnya ( Ar Razi, Mafatihul Ghaib,30/581)

 

ayat 4

ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنْقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ

Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan letih (QS. Al Mulk:4)

 

Ar Razi berkata dalam tafsirnya:

أُمِرَ بِتَكْرِيرِ الْبَصَرِ فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ عَلَى سَبِيلِ التَّصَفُّحِ وَالتَّتَبُّعِ، هَلْ يَجِدُ فِيهِ عَيْبًا وَخَلَلًا، يَعْنِي أَنَّكَ إِذَا كَرَّرْتَ نَظَرَكَ لَمْ يَرْجِعْ إِلَيْكَ بَصَرُكَ بِمَا طَلَبْتَهُ مِنْ وِجْدَانِ الْخَلَلِ وَالْعَيْبِ

 

Diperintahkan untuk mengulangi pandangan dalam ciptaan Allah adalah jalan untuk wawasan dan mengamati, apakah terdapat aib atau cacat dalam ciptaan Allah, artinya jika engkau pandang berulang-ulangpun, maka pandanganmu tak kan menemukan kekurangan  dan aib  dalam ciptaan Allah ( Ar Razi,30/582)

 

3.      Ayat Al Qur’an lain yang mengungkapkan tentang tujuh lapisan langit

 

·         Surat Al Isra: 44

 

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِن

“Langit yang tujuh, bumi  dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah”

·         Surat Al Mukminun: 86

 

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

“Katakanlah,” Siapakah Rabb yang memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki Arsy Yang Agung,?

 

·         Surat Fushilat:12

 

فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَى فِي كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا

“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing…

 

·         Surat At Thalaq:12

 

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ

“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari penciptaan bumi juga serupa”

·         Surat Nuh:15

أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا

Tidakkah kamu melihat bagaimana Allah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis”

·         Surat An Naba:12

وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا

“ Dan Kami membangun diatasmu tujuh langit yang kokoh”

                      

4.      Hikmah Surat

·         Allah Maha Kuasa untuk menciptkan makhluk dalam bentuk apapun sesuai dengan kehendak-Nya.

·         Allah menciptakan langit bertingkat dalam tujuh lapisan, tiada penopang, masing-masing lapisan memiliki kekhususan tertentu, hanya Allah yang Maha Mengetahui-Nya.

·         Jika kita mengulangi pandangan kita, berfikir atas kebesaran Allah niscaya dalam penciptaan langit, bumi dan seisinya, tiada cacat dalam penciptaan-Nya.


Bersambung......

 

 Ditulis Oleh : Fauzan Sugiyono, Lc


Sabtu, 13 Februari 2021

TAFSIR SURAT AL-MULK Ayat 2 (Bag. 3)

 


AMAL TERBAIK


·         Nash Ayat

 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

 

Yang menciptakan kematian dan kehidupan, untuk menguji kalian, siapa diantara kalian yang paling baik amalnya, dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun ( QS. Al Mulk:2)

 

·         Tinjauan Bahasa

 

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ

“Yang menciptakan kehidupan dan kematian”

 

Allah yang memberi kehidupan kepada makhuk-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, mematikan makhluk sesuai dengan kehendak-Nya. Mahkluk akan hidup selama ruh belum terpisah dengan badan, sedangkan jika ruh sudah terpisah dengan badan maka makhluk tersebut disebut mati, meski raga masih utuh secara fisik.  

 Lafadz  al maut  ( mati )  lebih didahulukan dari lafadz al hayat ( hidup), karena setiap makhluk berasal dari sesuatu yang tidak hidup ( mati ) sedangkan hidup adalah efek setelahnya, atau karena kematian lebih dekat dan sesuatu yang tak bisa dihindari ( Fathul Qadir,5/305)

 

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

“Untuk menguji kalian, siapa diantara kalian yang paling baik amalnya”

وَأخرج ابْن أبي الدُّنْيَا وَالْبَيْهَقِيّ فِي شعب الإِيمان عَن السّديّ فِي قَوْله: {الَّذِي خلق الْمَوْت والحياة ليَبْلُوكُمْ أَيّكُم أحسن عملا} قَالَ: أَيّكُم أحسن للْمَوْت ذكرا وَله اسْتِعْدَادًا وَمِنْه خوفًا وحذراً

 

Ditakhrij oleh Ibnu Abi Dunya dan Al Baihaqi dalam Syua’bul iman dari As Siddi dalam firman Allah tersebut diatas. Siapakah diantara kalian yang terbaik dalam mengingat mati, mempersiapkan, takut dan waspada terhadap kematian.” ( As Suyuthi Ad Dur Al Mantsur, 8/234)

 

Maksud dari Ahsanu Amala ( Amal Terbaik )

 

أَحْسَنُ عَمَلًا

“Amalan terbaik”

 

Menurut Ibnu Katsir yang dimaksud ahsanu amala adalah :

Amal terbaik seperti pendapat bin ‘Ajlan dan bukan amalan terbanyak ( Tafsir Ibnu Katsir,8/176)

 

Menurut Fudhail Bin Iyadh makna ahsanu amala adalah amal yang paling ikhlas dan paling benar, ia berkata,” Amal tidak akan diterima hingga ikhlas dan benar, ikhlas jika dikerjakan karena Allah subhanallahu wataala, dan benar jika dikerjakan sesuai sunnah,” ( Tafsir Al Baghawi, 8/176)

 

Menurut Al Hasan  ahsanu amala adalah Amal disisi Allah adalah amalan yang paling zuhud terhadap  dunia ( Tafsir Ibnu Katsir,8/176)

 

Allah menciptakan kehidupan ini sebagai ujian, Allah juga menciptakan kematian  sebagai balasan, karena itulah Allah menciptakan surga dan para penghuninya, menciptakan neraka dan para penghuninya, menguji mereka dengan perintah beramal, anjuran dan larangan, dari situlah didapat balasan dan sanksi  ( Bahrul Ulum,3/474)

 

·         Hikmah Ayat

 

ü  Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu terhadap makhluk –Nya, setiap detik dan setiap tarikan nafas, Allah Maha Mengetahui.

ü  Allah menciptakan kehidupan dan kematian untuk menguji umat-Nya agar memiliki amal-amal terbaik, karena kesudahan manusia adalah surga atau neraka.

ü  Amal terbaik bukan amalan yang terbanyak, namun amal yang memenuhi 2 unsur: ikhlas karena Allah dan sesuai sunnah Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam.

 

Bersambung……