Indonesia ternyata punya beberapa tokoh walikota yang inspiratif, salah
satunya sosok muda dari Bandung yang bernama Ridwan Kamil. Selama ini,
sosok Ridwan Kamil dikenal oleh warga Bandung sebagai seorang arsitek
lulusan ITB yang melanjutkan studi S2-nya di jurusan Urban Design di
University of California, Berkeley, Amerika Serikat. Beliau telah banyak
berkarya dalam bidangnya.
Museum Tsunami di Aceh adalah salah satu karyanya. Ada juga arsitektur
Masjid Al-Irsyad yang sangat indah di pinggiran kota Bandung, dan masih
banyak lagi. Tak hanya di dalam negeri, Ridwan Kamil juga telah
menelurkan beberapa karya di luar negeri. Untuk karya Ridwan Kamil
sendiri ada lebih dari 40 rancangan di luar negeri, baik secara pribadi,
maupun bersama dengan tim Urbane jasa konsultan perencanaan,
arsitektur, dan desain yang didirikannya.
Beberapa karya Ridwan Kamil di luar negeri dihasilkan ketika masih
bekerja di Amerika. Umumnya, proyek di luar negeri berupa pengembangan
kawasan perkotaan. Karya arsitektur Ridwan Kamil di luar negeri
dihasilkan dari pengalaman bekerja di konsultan arsitek dan desain
ternama di Amerika Serikat.
Dari sekian banyak karyanya bersama tim Urbane di luar negeri, berikut ini 6 diantaranya yang mungkin belum banyak diketahui
:
1. Marina Bay Waterfront Master Plan Singapore
Inilah karya Ridwan Kamil di luar negeri, lebih tepatnya di negeri singa
Sinagapura, pembuatan rancangan Master Plan untuk Marina Bay
Waterfront.
2. Ras Al Kaimah Waterfront Master Plan
Salah satu karya Ridwan Kamil di Timur Tengah, tepatnya Uni Emirat Arab.
3. Grand Tourism Community Club House Calcutta
Grand Tourism Community Club House ini adalah salah satu karya Ridwan
Kamil di Calcutta India. Kalkuta merupakan salah satu kota pelabuhan
penting di India yang merupakan ibu kota Benggala Barat.
4. Suzhou Retail Waterfront Masterplan China
Pembuatan rancangan Suzhou Retail Waterfront di China.
5. Masjid Beijing Islamic Centre
Salah satu karya arsitektur religi Ridwan Kamil di luar negeri adalah Masjid Beijing Islamic Center.
6. Tech Park Kunming
Area industri teknologi di daerah Kunming, China.
Melihat hasil karya-karyanya, bukan hanya warga Bandung yang merasa
bangga dengan Ridwan Kamil namun Indonesia juga perlu bangga memiliki
putra bangsa yang berprestasi. (*)
Senin, 24 Agustus 2015
TOL LAUT Turki yang Hubungkan ASIA-EROPA Resmi Beroperasi
Hari Sabtu (22/8/2015) pukul 15 waktu Istanbul, seperti dilansir di laman Facebook
Perdana Menteri Turki yang juga adalah Presiden Partai Keadilan dan
Pembangunan (AKP), Ahmet Davutoğlu, Terowongan Euro-Asia diresmikan dan
dibuka.
Terowongan bawah laut (baca: selat) sepanjang 5,4 km yang menembus Selat Bosphorus yang menghubungkan benua Asia dan benua Eropa ini mulai dibangun pada 26 Februari 2011. Dan selesai lebih cepat dari yang ditargetkan (Oktober 2016).
Terowongan ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama untuk jalur kereta (Metro atau Tram), lantai kedua untuk jalur menuju Asia dan lantai ketiga untuk jalur menuju Eropa.
Selamat kepada masyarakat Turki atas terwujudnya cita-cita memiliki terowongan bawah laut yang menghubungkan Asia dan Eropa yang dicita-citakan sejak zaman kekhalifahan Turki Utsmani. Tak dinyana, impian bersama peradaban ini terwujud di tahun 2015 ini di era Presiden Erdogan.
Inilah 'tol laut' sebenarnya.
Terowongan bawah laut (baca: selat) sepanjang 5,4 km yang menembus Selat Bosphorus yang menghubungkan benua Asia dan benua Eropa ini mulai dibangun pada 26 Februari 2011. Dan selesai lebih cepat dari yang ditargetkan (Oktober 2016).
Terowongan ini terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama untuk jalur kereta (Metro atau Tram), lantai kedua untuk jalur menuju Asia dan lantai ketiga untuk jalur menuju Eropa.
Selamat kepada masyarakat Turki atas terwujudnya cita-cita memiliki terowongan bawah laut yang menghubungkan Asia dan Eropa yang dicita-citakan sejak zaman kekhalifahan Turki Utsmani. Tak dinyana, impian bersama peradaban ini terwujud di tahun 2015 ini di era Presiden Erdogan.
Inilah 'tol laut' sebenarnya.
Selasa, 18 Agustus 2015
KETEGARAN IMAM NAWAWI
Seorang
raja Damaskus di tahun 676 Hijriyah pernah mengalami kesulitan
menghadapi ketegaran seorang ulama. Bayangkan, seluruh ahli fikih di
negerinya sudah sepakat dengan gagasannya memobilisasi dana rakyat untuk
jihad melawan kerajaan Tartar di Syiria. Tapi, seorang ulama itu tidak.
Ia menolak dengan tegas.
Sang raja yang bernama Zhahir Baibras itu pun menanyakan siapa ulama tersebut. Dan tahulah ia kalau ulama yang agak beda itu bernama Yahya bin Syaraf, dengan panggilan akrab Abu Zakaria.
Zhahir ingin tahu lebih banyak siapa Abu Zakaria itu. Seberapa besarkah pengaruh ketidaksetujuannya jika kebijakan mobilisasi dana itu dilakukan? Seorang pejabat istana menjelaskan kalau Abu Zakaria sangat dihormati dan disegani para ulama di Damaskus.
Zhahir pun memanggil Abu Zakaria ke istananya. Ia ingin mendengar langsung argumen ketidaksetujuan sang ulama. “Kenapa Anda tidak setuju kebijakan saya sementara para ulama di negeri ini sudah menyetujui?” tanya Zhahir ke ulama yang masih tergolong muda jika dibanding dengan pengaruhnya yang begitu besar terhadap ulama lain.
Abu Zakaria mengatakan, “Aku akan setuju kebijakan Anda untuk menarik dana dari rakyat jika Anda telah melakukan satu hal.”
Zhahir pun penasaran. “Apa itu?” ucap Zhahir.
”Bukankah Anda mempunyai seratus budak pria dan dua ratus budak wanita. Dan setiap budak Anda itu menyimpan emas anda melalui perhiasan yang mereka pakai. Kalau semua perhiasan yang mereka pakai itu sudah anda tarik untuk biaya perang, maka baru aku akan setuju Anda menarik dana dari rakyat!” jelas Abu Zakaria tanpa rasa takut dan sungkan.
Mendengar itu sang raja langsung melotot. Ia marah besar dengan pernyataan sang ulama muda itu. Ia pun membentak sang ulama, ”Berani benar kau mengatakan itu. Silakan pergi dari negeriku!”
Sang ulama pun pergi meninggalkan negeri kelahirannya menuju sebuah kota yang bernama Nawa. Sebulan kemudian, di usianya yang baru 45 tahun, ulama yang dikenal sangat zuhud ini pun meninggalkan dunia untuk selamanya. Beliaulah yang kemudian dikenal dengan sebutan Imam Nawawi.
Tak ada kesan yang bisa ditangkap dari seorang Imam Nawawi dari para murid dan ulama di zamannya, kecuali sebuah ketakjuban. Imam Nawawi dikenal begitu tekun dalam mencari ilmu, begitu kuat dalam menunaikan ibadah, teramat dekat dengan Alquran, dan selalu menjauh dengan syahwat duniawiyah.
Kesibukan ilmiah dan ibadahnya telah membuatnya teramat asing dengan perhiasan dunia. Ulama sezamannya mengakui bahwa Imam Nawawi tidak memiliki dunia. Dan, dunia pun tidak mampu memilikinya.
Ketika menilai sosok Imam Nawawi, para ulama di zamannya selalu teringatkan dengan sebuah hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud.
”Antara aku dan dunia adalah seperti seorang pengendara yang beristirahat di bawah sebuah pohon yang teduh, kemudian pergi meninggalkannya.”
Sang raja yang bernama Zhahir Baibras itu pun menanyakan siapa ulama tersebut. Dan tahulah ia kalau ulama yang agak beda itu bernama Yahya bin Syaraf, dengan panggilan akrab Abu Zakaria.
Zhahir ingin tahu lebih banyak siapa Abu Zakaria itu. Seberapa besarkah pengaruh ketidaksetujuannya jika kebijakan mobilisasi dana itu dilakukan? Seorang pejabat istana menjelaskan kalau Abu Zakaria sangat dihormati dan disegani para ulama di Damaskus.
Zhahir pun memanggil Abu Zakaria ke istananya. Ia ingin mendengar langsung argumen ketidaksetujuan sang ulama. “Kenapa Anda tidak setuju kebijakan saya sementara para ulama di negeri ini sudah menyetujui?” tanya Zhahir ke ulama yang masih tergolong muda jika dibanding dengan pengaruhnya yang begitu besar terhadap ulama lain.
Abu Zakaria mengatakan, “Aku akan setuju kebijakan Anda untuk menarik dana dari rakyat jika Anda telah melakukan satu hal.”
Zhahir pun penasaran. “Apa itu?” ucap Zhahir.
”Bukankah Anda mempunyai seratus budak pria dan dua ratus budak wanita. Dan setiap budak Anda itu menyimpan emas anda melalui perhiasan yang mereka pakai. Kalau semua perhiasan yang mereka pakai itu sudah anda tarik untuk biaya perang, maka baru aku akan setuju Anda menarik dana dari rakyat!” jelas Abu Zakaria tanpa rasa takut dan sungkan.
Mendengar itu sang raja langsung melotot. Ia marah besar dengan pernyataan sang ulama muda itu. Ia pun membentak sang ulama, ”Berani benar kau mengatakan itu. Silakan pergi dari negeriku!”
Sang ulama pun pergi meninggalkan negeri kelahirannya menuju sebuah kota yang bernama Nawa. Sebulan kemudian, di usianya yang baru 45 tahun, ulama yang dikenal sangat zuhud ini pun meninggalkan dunia untuk selamanya. Beliaulah yang kemudian dikenal dengan sebutan Imam Nawawi.
Tak ada kesan yang bisa ditangkap dari seorang Imam Nawawi dari para murid dan ulama di zamannya, kecuali sebuah ketakjuban. Imam Nawawi dikenal begitu tekun dalam mencari ilmu, begitu kuat dalam menunaikan ibadah, teramat dekat dengan Alquran, dan selalu menjauh dengan syahwat duniawiyah.
Kesibukan ilmiah dan ibadahnya telah membuatnya teramat asing dengan perhiasan dunia. Ulama sezamannya mengakui bahwa Imam Nawawi tidak memiliki dunia. Dan, dunia pun tidak mampu memilikinya.
Ketika menilai sosok Imam Nawawi, para ulama di zamannya selalu teringatkan dengan sebuah hadits Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Turmudzi, dan Ibnu Majah dari Ibnu Mas’ud.
”Antara aku dan dunia adalah seperti seorang pengendara yang beristirahat di bawah sebuah pohon yang teduh, kemudian pergi meninggalkannya.”
DAHULUKAN ILMU SEBELUM BERAMAL
Di dalam kehidupan ini, kita harus menentukan prioritas-prioritas atas hal-hal yang akan kita kerjakan. Di antara pemberian prioritas di dalam agama Islam adalah prioritas ilmu atas amal. Ilmu itu harus didahulukan atas amal karena ilmu yang kita miliki menjadi penunjuk arah dalam setiap amal yang kita lakukan. Ilmu akan membenarkan niat yang kita miliki dan membetulkan perbuatan yang kita amalkan. Ilmu itu adalah cahaya.
Allah melalui RasulNya memerintahkan manusia untuk memahami tentang tauhid terlebih dahulu, ditandai dengan perintah yang berkaitan dengan akidah. Setelah memahami tentang tauhid, manusia baru diperintahkan untuk beramal. Ilmu pengetahuan yang benar itulah yang pada akhirnya bisa mendorong manusia dalam beramal. Hadits di bawah ini menunjukkan tentang pentingnya posisi ilmu dalam agama.
“Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka dia akan diberi-Nya pemahaman tentang agamanya.” (Hadist Bukhari)
Firman yang pertama kali Allah turunkan kepada Nabi Muhammad adalah “Bacalah”. Hal ini menunjukkan bahwa membaca merupakan kunci ilmu pengetahuan yang sangat penting. Ilmu harus didahulukan atas amal. Dengan ilmu pengetahuan, kita mampu membedakan antara yang Ilmu dan Amal haq dan yang bathil. Dengan ilmu pengetahuan pula, kita bisa membedakan mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu dan mana yang bisa diakhirkan. Melakukan suatu amal tanpa ilmu sangat berisiko tersesat dari tujuan yang sebenarnya, hanya sebuah kesia-siaan. Bisa jadi apa yang dikerjakan tanpa ilmu itu mendatangkan kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang didapatkan.
Suatu saat akan muncul sekelompok orang yang akan beramal dengan kuantitas yang besar namun dengan kualitas yang sangat kecil. Hal ini karena mereka beramal tanpa memiliki ilmu pengetahuan atasnya.
“Kalian akan meremehkan (kuantitas) shalat kalian dibandingkan dengan shalat yang mereka lakukan, meremehkan (kuantitas) puasa kalian dibandingkan dengan puasa yang mereka lakukan, dan kalian akan meremehkan (kuantitas) amal kalian dibandingkan dengan amal mereka. Mereka membaca Alquran, tetapi tidak lebih dari kerongkongan mereka. Mereka menyimpang dari agama (ad-din) bagaikan anak panah yang terlepas dari busurnya.” (Hadits Rasulullah)
Maksudnya adalah sekelompok orang itu akan melaksanakan amal dengan jumlah yang banyak namun tidak memahami apa esensi dari amal yang mereka lakukan tersebut. Akal mereka tidak diterangi dari bacaan-bacaan Alquran yang mereka lakukan itu. Imam Syahid
Hasan Al-Banna mengatakan suatu perkataan yang sangat mendalam artinya,
“Orang yang beramal, tetapi tidak disertai dengan ilmu pengetahuan tentang itu bagaikan orang yang melangkahkan kaki, tetapi tidak meniti jalan yang benar. Orang yang melakukan sesuatu, tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang hal itu maka dia akan membuat kerusakan yang lebih banyak daripada perbaikan yang dia lakukan. Carilah ilmu selama ia tidak mengganggu pencarian ibadah yang engkau lakukan. Beribadahlah selama ibadah itu tidak mengganggu pencarian ilmu perngetahuan. Ini karena ada sebagian kaum muslimin yang melakukan ibadah, tetapi mereka meninggalkan ilmu pengetahuan sehingga mereka keluar dengan pedang mereka untuk membunuh umat Muhammad saw. Kalau mereka mau mencari ilmu pengetahuan, niscaya mereka tidak akan melakukan seperti apa yang mereka lakukan itu.” (Hasan Al-Banna)
—
Referensi : Buku Fiqh Prioritas karya Dr. Yusuf Al-Qaradhawi
Senin, 17 Agustus 2015
Allah Mencintai Orang-Orang yang Berbuat Baik
زِيادةُ المبْنىَ تَدُلُّ عَلَى زِيَادَةُ المَعْنَى
“Penambahan struktur kata menunjukkan penambahan makna”
Jadi
kata ihsan lebih tinggi maknanya dari kata hasan, meski secara
bahasa bermakna sama yaitu baik.
Allah
SWT berfirman:
وَأَنْفِقُوا
فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا تُلْقُوا بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ۛ
وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Dan
belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan
dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. ( Al Baqarah:195)
Makna
ihsan seperti yang Rasulullah SAW sebutkan dalam hadits:
(( سُئِلَ
ياَ رَسُولَ الله ِمَا الإِحْسَان؟ فَقَالَ عَلَيهِ الصَّلاةُ وَالسَّلاَم: أَنْ تَعْبُدَ
اللهَ كَأَنَّكَ تَراهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ )
Rasulullah
ditanya tentang apakah ihsan, beliau menjawab,”Engkau menyembah Allah
seolah-olah engkau mampu melihat-Nya dan jika kau tak mampu sesungguhnya Allah
melihatmu ( HR. Muslim dari Abu Hurairah )
Yang menarik dari hadits ini adalah
saat Rasulullah ditanya tentang ihsan, beliau tidak menjawab makna ihsan secara
langsung sesuai soal yang ditanyakan, namun beliau menjawab dengan jawaban
bagaimana jalan menuju ihsan dan bagaimana menjadi orang muhsin. Orang muhsin
adalah orang yang bersungguh-sungguh mencapai derajat ihsan.
Maknanya,
jika seseorang tak mampu mencapai derajat ihsan, maka hendaklah ia mencapai
derajat kedua, meyakini bahwa Allah melihat kita, sebuah perasaan selalu
dibimbing dan diawasi Allah dalam segala kondisi.
Allah Subhanahu wataala berfirman:
﴿وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ
وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ ﴾
“Bekerjalah, maka
Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman akan melihat pekerjaan kalian,kemudian
kalian dikembalikan kepada yang Maha Mengetahui perkara yang ghaib dan yang
nyata, dan kalian akan diberitahu apa yang telah kalian kerjakan dahulu.”( At
Taubah:105)
Ihsan ada
dua dimensi, lahir dan bathin. Ihsan
secara bathin ( ihsanu niyyah ) berarti meluruskan niat, memperbaiki
hati dan menjauhkan diri dari segala penyakit-penyakit hati yang bisa merusak
keimanan, seperti hasad ( dengki ), sombong dan riya ( ingin dilihat
orang ). Orang-orany yang senantiasa membersihakan hatinya maka kelak ia akan
menghadap Allah dalam kondisi jhati yang bersih dna diridhai-Nya.
Ihsan
secara lahiriyah berarti, selalu berusaha melakukan pekerjaan yang dilandasi
perilaku itqan ( sempurna). Shalat yang disertai itqan berarti dilakukan
dari wudhu yang benar,dilakukan diawal waktu dan berjamaah di masjid, khusyuk
dan memperhatikan bacaan shalatnya. Sehingga shalat yang dilakukan bukan hanya
sekedar gerakan belaka namun disertai ketenangan dan kepasrahan kepada Allah
Sang Maha Pencipta. Begitu pula dengan pekerjaan atau ibadah lain dilakukan
dengan sempurna. Innallaha thayibun la yaqbalu illa thayiban (
Allah itu adalah baik dan takkan menerima melainkan yang baik-baik ).
@FauzanProf
Sabtu, 15 Agustus 2015
Dimanakah Qarun Ditenggelamkan Allah
Hampir semua umat Islam di seluruh
dunia, pernah mendengar kisah Qarun. Ia adalah seorang yang sangat kaya
raya, dan hidup sezaman dengan Nabi Musa AS. Ibnu Katsir dalam tafsirnya
menjelaskan, Qarun adalah anak dari paman Musa. Kisah Qarun ini secara
lengkap dapat dilihat dalam surah al-Qashash [28] ayat 76-82.
Menurut situs wikipedia, Qarun adalah sepupu Musa, anak dari Yashar
adik kandung Imran ayah Musa. Baik Musa maupun Qarun masih keturunan
Yaqub, karena keduanya merupakan cucu dari Quhas putra Lewi. Lewi
bersaudara dengan Yusuf anak dari Yaqub, hanya berbeda ibu. Silsilah
lengkapnya adalah Qarun bin Yashar bin Qahit/Quhas bin Lewi bin Yaqub
bin Ishaq bin Ibrahim.
Qarun dikenal sebagai orang yang sangat kaya. Kekayaannya membuat iri orang-orang Bani Israil. Karena kekayaannya itu pula, Qarun senantiasa memamerkan dirinya kepada khalayak ramai. Bahkan, begitu banyak kekayaan yang dimilikinya, sampai-sampai anak kunci untuk menyimpan harta kekayaannya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat. (Al-Qashash [28]: 76).
Di manakah lokasi ditenggelamkannya Qarun tersebut? Mengapa banyak orang menganggap bila mereka menemukan harta terpendam selalu mengatakan dengan sebutan harta karun? Benarkah ia harta karun?
Menurut beberapa riwayat, lokasi tempat ditenggelamkannya Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi itu terjadi di daerah Al-Fayyum, sekitar 90 kilometer (km) atau dua jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Kairo, ibu kota Mesir. Menurut penduduk setempat, nama danau itu adalah Bahirah Qarun (laut Qarun). Di sekitar Al-Fayyum ini yang tersisa hanya berupa puing-puing istana Qarun.
Di lokasi ini, terdapat sebuah danau yang sangat luas. Panjang danau mencapai 30 km dengan lebar danau sekitar 10 km dan kedalaman mencapai 30-40 meter.
Menurut DR Rusydi al-Badrawy, dalam bukunya Qashash al-Anbiya' wa al-Tarikh (Kisah Para Nabi dan Sejarahnya), Bahirah Qarun ini dulu pernah dilakukan penelitian oleh ahli Geologi dari Eropa Barat. Penelitian difokuskan untuk membuktikan, apakah di lokasi tersebut pernah terjadi sebuah bencana berupa gempa hingga menenggelamkan Qarun beserta rumahnya, seperti diungkapkan dalam Alquran.
Hasilnya? Setelah melalui pengkajian yang komprehensif, tulis Rusydi al-Badrawy, para peneliti dari Eropa itu berkesimpulan bahwa di zaman dahulu kala, benar di lokasi itu pernah terjadi bencana berupa gempa bumi yang sangat besar, terutama di bagian sebelah selatan danau Qarun.
''Ini membuktikan bahwa kisah Qarun pernah terjadi di sekitar danau tersebut,'' tulis Rusydi. Dan, menurut penduduk Mesir, di Al-Fayyum ini dulunya Qarun tinggal.
Kini, danau Qarun tampak tenang. Meski di baliknya menyimpan sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Yakni, kesombongan dapat membinasakan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada Qarun.
Rusydi menjelaskan, danau ini sudah ada sejak dahulu sebelum Qarun ada. Danau tersebut dulunya merupakan sebuah danau kecil yang disebut dengan Munkhafazh al-Laahun.
Tentu saja masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam di lokasi ini mengenai ditenggelamkannya Qarun. Sebab, bila di situ benar tempat Qarun ditenggelamkan bersama hartanya, tentunya akan ditemukan sejumlah harta kekayaan Qarun yang banyak itu.
Mengenai pendapat yang menisbatkan setiap harta terpendam yang ditemukan dinamakan harta Karun, hanyalah sebuah perumpaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sumber: Republika.com
Qarun dikenal sebagai orang yang sangat kaya. Kekayaannya membuat iri orang-orang Bani Israil. Karena kekayaannya itu pula, Qarun senantiasa memamerkan dirinya kepada khalayak ramai. Bahkan, begitu banyak kekayaan yang dimilikinya, sampai-sampai anak kunci untuk menyimpan harta kekayaannya harus dipikul oleh sejumlah orang-orang yang kuat. (Al-Qashash [28]: 76).
Di manakah lokasi ditenggelamkannya Qarun tersebut? Mengapa banyak orang menganggap bila mereka menemukan harta terpendam selalu mengatakan dengan sebutan harta karun? Benarkah ia harta karun?
Menurut beberapa riwayat, lokasi tempat ditenggelamkannya Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi itu terjadi di daerah Al-Fayyum, sekitar 90 kilometer (km) atau dua jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari Kairo, ibu kota Mesir. Menurut penduduk setempat, nama danau itu adalah Bahirah Qarun (laut Qarun). Di sekitar Al-Fayyum ini yang tersisa hanya berupa puing-puing istana Qarun.
Di lokasi ini, terdapat sebuah danau yang sangat luas. Panjang danau mencapai 30 km dengan lebar danau sekitar 10 km dan kedalaman mencapai 30-40 meter.
Menurut DR Rusydi al-Badrawy, dalam bukunya Qashash al-Anbiya' wa al-Tarikh (Kisah Para Nabi dan Sejarahnya), Bahirah Qarun ini dulu pernah dilakukan penelitian oleh ahli Geologi dari Eropa Barat. Penelitian difokuskan untuk membuktikan, apakah di lokasi tersebut pernah terjadi sebuah bencana berupa gempa hingga menenggelamkan Qarun beserta rumahnya, seperti diungkapkan dalam Alquran.
Hasilnya? Setelah melalui pengkajian yang komprehensif, tulis Rusydi al-Badrawy, para peneliti dari Eropa itu berkesimpulan bahwa di zaman dahulu kala, benar di lokasi itu pernah terjadi bencana berupa gempa bumi yang sangat besar, terutama di bagian sebelah selatan danau Qarun.
''Ini membuktikan bahwa kisah Qarun pernah terjadi di sekitar danau tersebut,'' tulis Rusydi. Dan, menurut penduduk Mesir, di Al-Fayyum ini dulunya Qarun tinggal.
Kini, danau Qarun tampak tenang. Meski di baliknya menyimpan sebuah pelajaran yang sangat berarti bagi umat manusia. Yakni, kesombongan dapat membinasakan dirinya, sebagaimana yang terjadi pada Qarun.
Rusydi menjelaskan, danau ini sudah ada sejak dahulu sebelum Qarun ada. Danau tersebut dulunya merupakan sebuah danau kecil yang disebut dengan Munkhafazh al-Laahun.
Tentu saja masih diperlukan penelitian yang lebih mendalam di lokasi ini mengenai ditenggelamkannya Qarun. Sebab, bila di situ benar tempat Qarun ditenggelamkan bersama hartanya, tentunya akan ditemukan sejumlah harta kekayaan Qarun yang banyak itu.
Mengenai pendapat yang menisbatkan setiap harta terpendam yang ditemukan dinamakan harta Karun, hanyalah sebuah perumpaan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Sumber: Republika.com
Minggu, 09 Agustus 2015
SYAIKH WAHBAH Az -ZUHAILI WAFAT
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, umat
Islam kembali kehilangan pewaris Nabi yang mendunia. Salah seorang
ulama Ahlussunnah dunia di Damaskus Suriah Syaikh Wahbah Az-Zuhaili atau
Wahbah bin Musthofa Az-Zuhaili dikabarkan wafat pada Sabtu sore (8/8)
pada usianya yang ke 83 tahun.
Syaikh Wahbah merupakan salah satu ulama terkemuka asal Suriah diabad ini, anggota daripada Dewan Fiqh di Makkah, Jeddah, India, Amerika dan Sudan.
Biografi Syaikh Wahbah Az-Zuhaili
Syaikh Prof.Dr.Wahbah Az Zuhaili adalah cerdik cendikia (alim allamah) yang menguasai berbagai disiplin ilmu (mutafannin). seorang ulama fikih kontemporer peringkat dunia, pemikiran fikihnya menyebar ke seluruh dunia Islam melalui kitab-kitab fikihnya. Beliau dilahirkan di desa Dir `Athiah, utara Damaskus, Syiria pada tahun 1932 M. dari pasangan Mustafa dan Fatimah binti Mustafa Sa`dah.Ayah beliau berprofesi sebagai pedagang sekaligus seorang petani.
Beliau mulai belajar Al Quran dan sekolah ibtidaiyah di kampungnya. Dan setelah menamatkan ibtidaiyah di Damaskus pada tahun 1946 M. beliau melanjutkan pendidikannya di Kuliah Syar`iyah dan tamat pada 1952 M. Ketika pindah ke Kairo beliau mengikuti kuliah di beberapa fakultas secara bersamaan, yaitu di Fakultas Syari'ah, Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al Azhar dan Fakultas Hukum Universitas `Ain Syams. Beliau memperoleh ijazah sarjana syariah di Al Azhar dan juga memperoleh ijazah takhassus pengajaran bahasa Arab di Al Azhar pada tahun 1956 M. Kemudian memperoleh ijazah Licence (Lc) bidang hukum di Universitas `Ain Syams pada tahun 1957 M, Magister Syariah dari Fakultas Hukum Universitas Kairo pada tahun 1959 M dan Doktor pada tahun 1963 M. Gelar doktor di bidang hukum (Syariat Islam) beliau peroleh dengan predikat summa cum laude (Martabatus Syarof Al-Ula) dengan disertasi berjudul "Atsarul Harbi Fil Fiqhil Islami, Dirosah Muqoronah Bainal Madzahib Ats-Tsamaniyah Wal Qonun Ad-Dauli Al-'Am" (Beberapa pengaruh perang dalam fiqih Islam, Kajian perbandingan antara delapan madzhab dan undang-undang internasional) . Sungguh catatan prestasi yang sangat cemerlang.
Satu catatan penting bahwa, Syaikh Wahbah Az Zuhaili senantiasa menduduki ranking teratas pada semua jenjang pendidikannya. Ini semua menunjukkan ketekunan beliau dalam belajar. Menurut beliau, rahasia kesuksesannya dalam belajar terletak pada kesungguhannya menekuni pelajaran dan menjauhkan diri dari segala hal yang mengganggu belajar. Moto hidupnya adalah, “Inna sirron najah fil-hayat, ihsanus shilah billahi `azza wa jalla”, (Sesungguhnya, rahasia kesuksesan dalam hidup adalah membaikkan hubungan dengan Alloh `Azza wa jalla).
Karir Akademis
Setelah memperoleh ijazah Doktor, pekerjaan pertama Syaikh Wahbah Az Zuhailli adalah staf pengajar pada Fakultas Syariah, Universitas Damaskus pada tahun 1963 M, kemudian menjadi asisten dosen pada tahun 1969 M dan menjadi profesor pada tahun 1975 M. Sebagai guru besar, ia menjadi dosen tamu pada sejumlah univesritas di negara-negara Arab, seperti pada Fakultas Syariah dan Hukum serta Fakultas Adab Pascasarjana Universitas Benghazi, Libya; pada Universitas Khurtum, Universitas Ummu Darman, Universitas Afrika yang ketiganya berada di Sudan. Beliau juga pernah mengajar pada Universitas Emirat Arab.
Beliau juga menghadiri berbagai seminar internasional dan mempresentasikan makalah dalam berbagai forum ilmiah di negara-negara Arab termasuk di Malaysia dan Indonesia. Akan tetapi, di Medan belum pernah. Ia juga menjadi anggota tim redaksi berbagai jurnal dan majalah, dan staf ahli pada berbagai lembaga riset fikih dan peradaban Islam di Siria,Yordania, ArabSaudi,Sudan, India, dan Amerika.
Karya Ilmiah
Syaikh Wahbah Az Zuhaili sangat produktif menulis, mulai dari artikel dan makalah sampai kepada kitab besar yang terdiri atas beberapa jilid. Baru-baru ini beliau merampungkan penulisan ensiklopedia fiqih yang beliau tulis sendiri brjudul, "Maus'atul Fiqhil Islami Wal-Qodhoya Al-Mu'ashiroh" yang telah diterbitkan Darul Fikr dalam 14 jilid.
Di antara karya-karya beliau adalah
Dr.Badi` As Sayyid Al Lahham dalam biografi Syaikh Wahbah yang ditulisnya dalam buku yang berjudul, "Wahbah Az Zuhaili al -`Alim, Al Faqih, Al Mufassir" menyebutkan 199 karya tulis Syaikh Wahbah selain jurnal, beliau juga500-an karya dalam bentuk makalah ilmiah. Demikian produktifnya Syaikh Wahbah dalam menulis sehingga Dr. Badi` mengumpamakannya seperti Imam As Suyuthi dimasa lampau.
Sumber: Muslimedia.com
Syaikh Wahbah merupakan salah satu ulama terkemuka asal Suriah diabad ini, anggota daripada Dewan Fiqh di Makkah, Jeddah, India, Amerika dan Sudan.
Biografi Syaikh Wahbah Az-Zuhaili
Syaikh Prof.Dr.Wahbah Az Zuhaili adalah cerdik cendikia (alim allamah) yang menguasai berbagai disiplin ilmu (mutafannin). seorang ulama fikih kontemporer peringkat dunia, pemikiran fikihnya menyebar ke seluruh dunia Islam melalui kitab-kitab fikihnya. Beliau dilahirkan di desa Dir `Athiah, utara Damaskus, Syiria pada tahun 1932 M. dari pasangan Mustafa dan Fatimah binti Mustafa Sa`dah.Ayah beliau berprofesi sebagai pedagang sekaligus seorang petani.
Beliau mulai belajar Al Quran dan sekolah ibtidaiyah di kampungnya. Dan setelah menamatkan ibtidaiyah di Damaskus pada tahun 1946 M. beliau melanjutkan pendidikannya di Kuliah Syar`iyah dan tamat pada 1952 M. Ketika pindah ke Kairo beliau mengikuti kuliah di beberapa fakultas secara bersamaan, yaitu di Fakultas Syari'ah, Fakultas Bahasa Arab di Universitas Al Azhar dan Fakultas Hukum Universitas `Ain Syams. Beliau memperoleh ijazah sarjana syariah di Al Azhar dan juga memperoleh ijazah takhassus pengajaran bahasa Arab di Al Azhar pada tahun 1956 M. Kemudian memperoleh ijazah Licence (Lc) bidang hukum di Universitas `Ain Syams pada tahun 1957 M, Magister Syariah dari Fakultas Hukum Universitas Kairo pada tahun 1959 M dan Doktor pada tahun 1963 M. Gelar doktor di bidang hukum (Syariat Islam) beliau peroleh dengan predikat summa cum laude (Martabatus Syarof Al-Ula) dengan disertasi berjudul "Atsarul Harbi Fil Fiqhil Islami, Dirosah Muqoronah Bainal Madzahib Ats-Tsamaniyah Wal Qonun Ad-Dauli Al-'Am" (Beberapa pengaruh perang dalam fiqih Islam, Kajian perbandingan antara delapan madzhab dan undang-undang internasional) . Sungguh catatan prestasi yang sangat cemerlang.
Satu catatan penting bahwa, Syaikh Wahbah Az Zuhaili senantiasa menduduki ranking teratas pada semua jenjang pendidikannya. Ini semua menunjukkan ketekunan beliau dalam belajar. Menurut beliau, rahasia kesuksesannya dalam belajar terletak pada kesungguhannya menekuni pelajaran dan menjauhkan diri dari segala hal yang mengganggu belajar. Moto hidupnya adalah, “Inna sirron najah fil-hayat, ihsanus shilah billahi `azza wa jalla”, (Sesungguhnya, rahasia kesuksesan dalam hidup adalah membaikkan hubungan dengan Alloh `Azza wa jalla).
Karir Akademis
Setelah memperoleh ijazah Doktor, pekerjaan pertama Syaikh Wahbah Az Zuhailli adalah staf pengajar pada Fakultas Syariah, Universitas Damaskus pada tahun 1963 M, kemudian menjadi asisten dosen pada tahun 1969 M dan menjadi profesor pada tahun 1975 M. Sebagai guru besar, ia menjadi dosen tamu pada sejumlah univesritas di negara-negara Arab, seperti pada Fakultas Syariah dan Hukum serta Fakultas Adab Pascasarjana Universitas Benghazi, Libya; pada Universitas Khurtum, Universitas Ummu Darman, Universitas Afrika yang ketiganya berada di Sudan. Beliau juga pernah mengajar pada Universitas Emirat Arab.
Beliau juga menghadiri berbagai seminar internasional dan mempresentasikan makalah dalam berbagai forum ilmiah di negara-negara Arab termasuk di Malaysia dan Indonesia. Akan tetapi, di Medan belum pernah. Ia juga menjadi anggota tim redaksi berbagai jurnal dan majalah, dan staf ahli pada berbagai lembaga riset fikih dan peradaban Islam di Siria,Yordania, ArabSaudi,Sudan, India, dan Amerika.
Karya Ilmiah
Syaikh Wahbah Az Zuhaili sangat produktif menulis, mulai dari artikel dan makalah sampai kepada kitab besar yang terdiri atas beberapa jilid. Baru-baru ini beliau merampungkan penulisan ensiklopedia fiqih yang beliau tulis sendiri brjudul, "Maus'atul Fiqhil Islami Wal-Qodhoya Al-Mu'ashiroh" yang telah diterbitkan Darul Fikr dalam 14 jilid.
Di antara karya-karya beliau adalah
- Al Fiqhul Islami wa Adillatuh
- At Tafsir Al Munir
- Al Fiqhul Islami fi uslubih Al Jadid
- Nadhariyatudh DhArurAt Asy Syari`yah
- Ushuul Fiqh Al Islami
- Adz-Dzarai`ah fs Siyasah Asy Syari`ah
- Al `Alaqot ad-Dualiyah fil Islam
- Juhud Taqnin Al Fiqh Al Islami
- Al Fiqhul Hanbali Al Muyassar.
- Al Fiqhul Hanafi Al Muyassar
- Al Fiqhus Syafi'i Al Muyassar
Dr.Badi` As Sayyid Al Lahham dalam biografi Syaikh Wahbah yang ditulisnya dalam buku yang berjudul, "Wahbah Az Zuhaili al -`Alim, Al Faqih, Al Mufassir" menyebutkan 199 karya tulis Syaikh Wahbah selain jurnal, beliau juga500-an karya dalam bentuk makalah ilmiah. Demikian produktifnya Syaikh Wahbah dalam menulis sehingga Dr. Badi` mengumpamakannya seperti Imam As Suyuthi dimasa lampau.
Sumber: Muslimedia.com
Jumat, 07 Agustus 2015
AGAR ILMU BERMANFAAT
Betapa mulianya ilmu, sehingga Allah menyebut perintah
khusus untuk menambah ilmu didalam Al Quran, sungguh tiada perintah Allah
didalam Al Qur’an kecuali untuk menambah keilmuan dalam diri. Seperti disebutkan dalam firman Allah:
﴿ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
﴾
“ Ya Tuhanku
tambahkanlah ilmu kepadaku” ( Taha:114 )
Di dunia terkadang
manusia membeda-bedakan kedudukan orang, yang kaya merendahkan yang miskin dan
sebaliknya namun orang yang berilmu begitu mulia disisi Allah, sehingga
keduanya jelas berbeda.
﴿ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ
يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ﴾
Katakanlah
apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui.. ( Az Zumar:9 )
Paling tidak ada 4 ciri bahwa ilmu bermanfaat:
1.
Ilmu yang menambah rasa takut
kepada Allah
Seseorang yang berilmu hendaklah
ilmunya menambah rasa takut kepada Allah, semakin berilmu maka semakin ia takut
kepada Allah bukan semakin sombong. Kita sering mendengar tentang ilmu padi,
semakin berisi semakin merunduk. Seorang manusia tak layak untuk membagakan
keilmuannya, karena pada dasarnya ilmu yang dimiliki oleh manusia adalah
sedikit.
Firman Allah:
وما
أوتيتم من العلم إلا قليلا
Sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya
sedikit ( Al Isra: 85 )
Lalu, pantaskah hanya dengan
ilmu yang sedikit itu kita sombong kepada Allah?
2.
Ilmu yang menambah pengetahuanmu
akan aib dan kekuranganmu
Seseorang yang ilmunya
bermanfaat ia akan mengetahui bahwa semakin ia berilmu maka semakin ia tahu
akan kekurangannya. Imam Syafi’i Rahimahullah mengatakan,” Semakin aku
mengetahui ilmu, semakin aku tahu akan kekuranganku. Itulah pencari ilmu
sejati, tak sombong kala berilmu, tak congkak kala berpengetahuan.
3.
Ilmu yang tidak melalaikanmu dari
akherat
Ilmu dunia boleh diambil dan
dipelajari, namun ilmu akherat lebih utama. Salah satu cirri ilmu yang bermanfaat
adalah ilmu yang mendekatkan kepada akherat.
4.
Ilmu yang dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari
Langganan:
Postingan (Atom)