Senin, 25 April 2016

Hukum Puasa Dan Adab-Adabnya (Bagian I)



Pengertian Puasa
Secara Bahasa puasa berasal dari kata: صام-يصوم-صوما
Artinya sama dengan الإمساك   atau menahan
Sedangkan secara istilah, puasa adalah: 

والصوم في الشرع: هو التعبد لله سبحانه وتعالى بالإمساك عن الأكل والشرب والجماع وسائر المفطرات - مع اقتران النية به - من طلوع الفجر الثاني إلى غروب الشمس؛ وتمامه وكماله باجتناب المحظورات، وعدم الوقوع في المحرمات، لقوله صلى الله عليه وسلم : «مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ» (أخرجه البخاري في صحيحه))

Secara syariat, puasa adalah taabud (ibadah) kepada Allah dengan menahan makan, minum, jima’ dan hal-hal yang membatalkan puasa diikuti dengan niat bermula dari terbitnya fajar kedua hingga terbenam matahari, bagian dari kesempurnaan puasa dengan menjauhi larangan dan tak terjatuh dalam perkara haram, berdasarkan hadits Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan amalan keji, Allah tak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya”. (Sahih Bukhari, lihat Tafsir Al Qurthubi, 2/269)

Hukum Puasa Ramadhan
Hukum puasa Ramadhan adalah wajib, berdasarkan dalil dari Al Qur’an, Hadits dan Ijma’ Ulama.adapun dalil dari Al Qur’an tentang wajibnya puasa adalah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan untuk kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa”.(QS. Al Baqarah:183)

Ibnu Asyur dalam tafsirnya mengatakan bahwa lafaz  كُتِبَ dalam ayat diatas untuk menunjukkan makna wajib[1]. sehingga hukum puasa Ramadhan adalah wajib. Selain ia juga merupakan rukun islam yang ke empat dari lima rukun islam. Barang siapa yang meninggalkannya secara sengaja ia dihukumi kafir.

Puasa Orang-Orang Terdahulu
Dalam Bibel sendiri, bertebaran kisah puasa para nabi terdahulu bertaburan dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Perhatikan ayat-ayat berikut:

Puasa pada masa Nabi Musa: "Akan tetapi pada tanggal sepuluh bulan yang ketujuh itu ada hari Pendamaian; kamu harus mengadakan pertemuan kudus dan harus merendahkan diri dengan berpuasa...” (Imamat 23:27, Bilangan 29:7; bandingkan: Imamat 16:29-31, 23:32).

Nabi Daud berpuasa dengan tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Samuel 12:16). Bahkan ia bertaqarrub kepada Allah dengan puasa sampai badannya kurus: “Lututku melentuk oleh sebab berpuasa, dan badanku menjadi kurus, habis lemaknya” (Mazmur 109:24).

Nabi Yunus berpuasa selama 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17). Pada masanya, orang-orang Niniwe berpuasa selama 40 hari 40 malam dengan tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:1-10).

Orang-orang Israel pada massa Samuel berpuasa untuk bertaubat kepada Tuhan (I Samuel 7:6) dan berkabung (I Samuel 31:13; II Samuel 1:12).

Ester berpuasa selama 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Ester 4:16); Nabi Zakharia diperintah Tuhan untuk berpuasa (Zakharia 7:5); Nehemia berpuasa ketika berkabung (Nehemia 1:4); Daniel juga berpuasa (Daniel 9:3); Yoel berpuasa bersama penduduk negerinya (Yoel 1:14).

Selain berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum, Bibel juga mencatat puasa dengan cara lain: Nabi Ayub berpuasa 7 hari 7 malam tidak bersuara (Ayub 2:13); Puasa Elia berpuasa dengan berjalan kaki selama 40 hari 40 malam ke gunung Horeb (1 Raja-raja 19:8); Daniel berpuasa dengan hanya makan sayur dan minum air putih selama sepuluh hari (Dan 1:12).

Kitab Perjanjian Baru juga banyak mencatat amalan puasa, antara lain: Puasa Senin-Kamis setiap pekan yang dilakukan oleh orang Farisi pada masa Yesus (Lukas 18:12); Yohanes pembabtis berpuasa dengan tidak makan dan tidak minum (Matius 11:18); Hana seorang nabi perempuan tidak pernah meninggalkan ibadah puasa dalam rangka bertaqarrub kepada Tuhan (Lukas 2:36-37); Paulus berpuasa selama 3 hari 3 malam dengan cara tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kisah Para Rasul 9:9); Jemaat mula-mula berpuasa untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kisah Para Rasul 13:2-3); dan lain-lain.[2]

Puasa Dalam Hadits
Rasulullah menyebutkan tentang puasa dalam haditsnya, yaitu tentang rukun islam beliau menyebutkan:

عن أبي عبد الرحمن عبد الله بن عمر بن الخطاب رضي الله عنهما قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ( بني الإسلام على خمس : شهادة أن لا إله إلا الله ، وأن محمدا رسول الله ، وإقام الصلاة ، وإيتاء الزكاة ، وحج البيت ، وصوم رمضان ) رواه البخاري ومسلم(
“Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhuma berkata,” Aku mendengar Rasulullah bersabda,” Islam dibangun atas lima dasar,” Syahadat tiada sesembahan selain Allah, dan bersaksi Nabi Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan berpuasa Ramadhan”. ( HR. Bukhari Muslim)


[1] Ibnu Asyur, At Tahrir wa Tanwir, (Tunis: Dar Tunis Li Nasyr, 1984) juz 2 h. 154
[2]  Situs Suara –Islam. Com  diakses t 25 April 2016

Selasa, 19 April 2016

NABI ISA MEMBENARKAN KEDATANGAN NABI MUHAMMAD SETELAHNYA



وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“ Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata,”Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS. As Shaff [61]:6)

 TINJAUAN BAHASA

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ
 Wahai Bani Israil

إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ
 Aku adalah utusan Allah kepadamu

مُصَدِّقًا
Membenarkan

وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ

Memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, namanya Ahmad

KANDUNGAN AYAT

Jika kita perhatikan, estafet risalah yang di dakwahkan oleh para nabi dan Rasul adalah senantiasa bersambung, sejak zaman nabi Adam hingga zaman nabi Muhammad. Nabi Muhammad sebagai nabi akhir zaman, penutup para nabi dan Rasul, ternyata sudah diberitakan akan datang bahkan jauh-jauh hari sebelum beliau lahir. Ini adalah bukti kebenaran risalah yang beliau bawa. Bahkan dalam aya ini Nabi Isa berkata kepada kaum Bani Israil bahwa ia adalah utusan Allah seperti yang disifatkan dalam kitab Taurat mereka, membenarkan isinya dan kandungannya yang merupakan kitab yang Allah turunkan kepada nabi Musa. Nabi Isa juga memberikan saksi kebenaran seperti kesaksian tentang kebenaran Taurat, yaitu kabar gembira akan datangnya seorang rasul setelahnya yang bernama Ahmad ( Muhammad)[1]

Nama-Nama Lain dari Nabi Muhammad

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ، حَدَّثَنَا شُعَيْبٌ، عَنِ الزُّهْرِيِّ قَالَ: أَخْبَرَنِي مُحَمَّدِ بْنِ جُبَير بْنِ مُطعم، عَنْ أَبِيهِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "إِنَّ لِي أَسْمَاءٌ: أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمحُو اللَّهُ بِهِ الْكُفْرَ، وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي، وَأَنَا الْعَاقِبُ".

“Telah menceritakan kepadaku Abu AlYaman, telah bercerita Syuaib, dari Az Zuhri ia berkata,”Telah mengabarkan kepadaku Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya, ia berkata,” Aku telah mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda,” Sesungguhnya aku memiliki nama-nama: Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al Mahy (menghapus) yang dijadikan Allah untuk menghapuskan kekufuran, aku al Hasyir (berkumpul) dimana manusia berkumpul dibawah kakiku, aku adalah ‘Aqib (nabi terakhir). (Sahih Bukhari no.4896, Shhih Muslim, no.2354)

 وَقَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا الْمَسْعُودِيُّ، عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرّة، عَنْ أَبِي عُبَيدة، عَنْ أَبِي مُوسَى قَالَ: سَمَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفسه أسماءً، منها ما حفظنا فقال: "أَنَا مُحَمَّدٌ، وَأَنَا أَحْمَدُ، وَالْحَاشِرُ، وَالْمُقَفِّي، وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ، وَالتَّوْبَةِ، وَالْمَلْحَمَةِ".
Abu Daud At Thayalisy berkata, telah bercerita Al Mas’udi dari Amr bin Murrah dari Abu Ubaidah dari Abu Musa, berkata,” Rasulullah menyampaikan nama-nama dirinya kepada kami, sebagian kami hafal, Beliu bersabda,” Aku Muhammad, Ahmad , Al Hasyir, Al Muqaffiy, Nabiyu Rahmah, At Taubah dan Al Malhamah”.  (Abu Daud At Thayalisy, no.492, Shahih Muslim, no. 2354)

Imam Al Qurthubi menyebutkan dalam tafsirnya: “Makna Ahmad artinya,” Aku memuji Allah, para nabi mereka adalah orang yang senantiasa memuji Allah, dan Nabi Muhammad merupakan nabi yang paling banyak memuji Allah.[2]

Para Nabipun Dikhianati Umatnya

فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ

“Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata”. (QS. As Shaff:6)

Tabiat Bani Israil meski sudah didakwahi dengan hikmah, hingga didatangkan mukjizat sebagai bukti kebenaran, namun mereka enggan bahkan mencela dengan tuduhan para nabi adalah pembawa sihir yang nyata.


KESIMPULAN

·         Risalah Allah senantiasa bersambung, dari zaman nabi Adam hingga disempurnakan oleh diutusnya Rasulullah Muhammad dan Rasul sebagai nabi terakhir.
·         Para penyeru dakwah haruslah bersaba dengan perlakuan kaumnya, seperti para nabi yang didustakan meski telah datang kepada mereka mukjizat sebagai bukti kebenaran risalah.

والله أعلم


[1] Fakhruddin Ar Razy w.606 H, Mafatihul Ghaib,jilid 29 (Beirut: Dar Ihya Turats Arabi,1420H) h.528
[2]  Al Qurthuby w. 671H, al Jami Li ahkamil Qur’an, jilid 18 (Kairo: Darul Kutub al Mishriyah, 1384H) h. 83

Senin, 18 April 2016

SEPULUH LANGKAH MENJADI AYAH HEBAT



Menjadi seorang ayah yang diidolakan oleh anak dan keluarga tidaklah mudah. Prosesnya panjang, bertahap dan membutuhkan energy yang tidak sedikit. Ayah yang kehdirannya selalu dinanti oleh buah hatinya, dirindu oleh istrinya. Berikut ini beberapa langkah menjadi ayah idaman tersebut:

1.    Kerjakan, bukan hanya kata-kata

Jika seorang ayah banyak memberikan teladan dengan langsung mengerjakan tanpa banyak berkata-kata, maka akan muncul kepercayaan anak kepadanya. Karena ternyata orang tua mereka bukan hanya omdo (omong doang). Keteladanan inilah yang akan berbekas lama pada jiwa sang anak. Misalnya, jika orang tua membiasakan untuk shalat berjamaah di Masjid kala waktu shalat memanggil, maka sang anak akan melihat aktifitas orang tuanya, perlahan tapi pasti ia akan mengikuti aktifitas tersebut tentu, dengan bimbingan orang tua. Dari pada seorang ayah yang hanya menyuruh kebaikan dengan kata-kata saja namun, ia sendiri enggan.

2.    Perbaiki watakmu, bukan penampakan fisik

Seorang anak akan terkesan dengan watak dan perangai ayahnya, karenanya ia akan mencontoh apapun yang orang tuanya lakukan baik terhadapnya, maupun terhadap orang lain, sehingga membentuk pola fikir dan perilaku keseharian. Misalnya orang tua yang terbiasa merokok, maka anak-anaknya kemungkinan besar akan mengikuti jejaknya meski dilarang, karena ia mendapati watak yang bertolak belakang antara larangan dan perilaku yang dikerjakan oleh orang tuanya.

3.    Lembut dalam memimpin

Lembut bukan berarti lembek, namun lembut untuk menyentuh hati dan kesadaran anak. Terkadang sang anak dengan terpaksa melaksanakan perintah sang ayah, hanya karena takut nanti ayahnya marah jika ia tidak mampu memenuhi keinginan ayah kepadanya. Akibatnya muncul budaya didepan ayah baik, dibelakang ayah mereka akan melakukan bisa jadi hal- hal terlarang karena takut perilaku kasar ayahnya.

4.    Tegas dalam batasan
 Pastikan ketegasan ayah adalah dalam batas perilaku anak yang melanggar norma agama atau norma sosial.  Ketegasan disini dimaksudkan agar mereka tersadar akan bahaya atau mudharatnya jika mereka melanggar.

5.    System yang membuat paham
Hendaklah didalam rumah ada sebuah system, meskipun tidak tertulis menjadi semacam standar acuan dalam aktifitas anggota keluarga. Misalnya ada agenda shalat tahajud bersama berjamaah, puasa sunnah bersama, yang terprogram dan terrencana, sehingga membuat sang anak paham secara perlahan kedepannya.

6.    Tsaqafahmu (wawasanmu)  adalah Tsaqafah untuk anakmu
Terus perluas kemampuan orang tua akan berbagai perkembangan baik ilmiyah maupun non ilmiyah, misalnya jika seorang ayah terbiasa membaca dan mengoleksi buku, secara perlahan anak anak anda akan meniru kebiasaan anda membaca.

7.    Sabar dalam tarbiyah
Tidak ada yang isntan dalam mendidik anak dan keluarga, semua butuh proses yang tidak singkat. Sabar adalah kuncinya.

8.    Dampingi anakmu
Hendaknya orang tua mendampingi anak-anak dalam situasi normal, bukannya acuh, atau hanya memberikan uang saja. Apalagi jika mereka sedang ada masalah disinilah peran ayah atau orang tua bisa mengarahkan mereka untuk menghadapi bahkan keluar dari masalahnya.

9.    Ayah dan suami
Ayah yang baik, biasanya ia juga menjadi suami yang baik bagi istrinya, begitu sebaliknya.

10.              Kun Rabbaniyan (hanya kepada Allah saja)
Selalu berharap kepada Allah atas usaha dan doa yang dipanjatkan, karena Allah yang Maha mengatur segalanya. Selalu hadirkan Allah dalam aktifitas rumah tangga, niscaya Allah akan selalu memberkahi hidup anda.