Selasa, 03 September 2013

The Great Umar Bin Khattab



Kelahiran

Berkata Amru bin Ash: “Aku melihat pelita menyala di rumah Al Khattab, saat itu aku masih kecil, aku bertanya lalu beliau menjawab: “Telah lahir seorang anak laki-laki dikeluargaku, dialah Umar.
Umar tumbuh dan berkembang layaknya anak suku Quraisy kebanyakan, namun hal berbeda yang diajarkan oleh kedua orang tuanya adalah pendidikan baca dan tulis kepada Umar. Ketika remaja, dialah satu-satunya anak yang sangat mahir membaca dan menulis diantara anak seusianya di Mekkah.
Umar sangat menyukai buku, cepat menghafal syair dan silsilah nasab bangsa Arab. Ketika Umar sedang menggebu-gebu untuk memenuhi isi kepalanya dengan berbagai pengetahuan pada saat itu,  Al Khattab ayahnya mengajak Umar untuk menggembala unta padang rumput sekitar Mekkah, dari sinilah ia mewarisi  sifat keras dan kuat ayahnya.  

Kebiasaan Umar Meminta Pendapat Sahabat

Ketika tidak mendapati hukum baik didalam Al Qur’an maupun As Sunnah, Umar meminta pendapat kepada para sahabat, sebagaimana yang dilakukan oleh Abu Bakar.
Umar berkata: “Apakah Abu Bakar sudah memutuskan hukum ini sebelumnya?”. Jika sudah Umar berhukum seperti yang telah dilakukan Abu Bakar.

Hai Nil Mengalirlah!

Ketika Amr bin Al Ash Radhiyallahu Anhu berhasil menaklukkan Mesir dan menjadi gubernur disana,  ia melihat ritual yang kejam. Ritual itu adalah ketika air sungai Nil mulai menyusut dan nyaris kering, penduduk Mesir mempersembahkan seorang gadis  untuk dilemparkan ke tengah-tengah sungai. 

Terlebih dahulu sang gadis calon persembahan itu dirias,  setelah sempurna  serentak mereka melemparkannya kedalam sungai. Karena menurut keyakinan mereka gadis itu akan diterima oleh  'penunggu' sungai Nil  sehingga air sungai pun akan mengalir, begitu harapan mereka,  tradisi ini sudah berjalan bertahun-tahun.

Peristiwa ini diamati oleh Amr bin Ash yang kemudian mendorongnya untuk menulis surat kepada Khalifah Umar bih Khattab di Madinah menceritakan  ritual yang dilakukan oleh penduduk Mesir.

Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu kemudian membalas surat dari Amr bin Ash dan menuliskan untaian kata-kata.

يا نيل مصر إذا كنت تجري بأمرك فلا حاجة لنا فيك , وإذا كنت تجري بأمر الله  الواحد القهار فاسأل الله أن يجريك 

 Wahai sungai Nil di Mesir, jika kamu mengalir atas kehendakmu sendiri, aku tidak butuh dirimu. Namun jika kamu mengalir atas perintah Allah yang Maha Esa dan Maha Perkasa, aku bermohon kepada Allah agar Dia mengalirkanmu.

Kemudian Umar mengirimkan surat itu ke Mesir dengan memerintahkan kepada Amr bin Ash untuk melemparkan surat itu kedalam sungai Nil. Ajaib tak berapa lama surat itu terlempar air sungai nil bertambah sedikit-demi sedikit hingga melimpah ruah sampai ke halaman rumah para penduduk Mesir.


Aku Raja Atau Khalifah?

Suatu hari Umar sedang duduk bersama para sahabat, diantara mereka ada Salman Al Al Farisi. Umar mengetahui betapa Salman memiliki tempat istimewa disisi Rasulullah saw semasa hidup. Umar kemudian bertanya kepada Salman Al Farisi: “ Wahai Salman, apakah aku seorang raja atau khalifah?

Lalu Salman berkata: “ Wahai Amirul Mukminin sungguh keduanya terdapat perbedaan yang besar. Seorang Khalifah tidak memutuskan sesuatu perkara atau meninggalkannya melainkan atas dasar kebenaran.”

Namun jika engkau mengumpulkan dirham dari tanah kaum muslimin banyak atau sedikit, kemudian engkau menggunakan dengan tidak benar ( haknya ), maka engkau adalah raja, bukan khalifah.

Umar Yang Menyetuh Hati
“Tidak akan celaka seseorang selama hawa nafsunya tunduk kepada agama, ketahuilah tamak itu adalah kefakiran, jika seseorang tidak  mampu maka Allah akan memperkayanya,
Wahai manusia bertemanlah dengan tawwabin ( orang-orang yang bertaubat ) karena mereka memiliki hati yang lembut. Sungguh aku mengetahui siap yang paling pemurah dan santun, orang yang paling pemurah adalah orang yang memberi kepada seseorang yang dibencinya, dan orang yang paling santun adalah orang yang memaafkan orang yang mendzaliminya, zuhud terhadap dunia membuat tenang hati dan badan.
Pelajarilah ilmu, pelajarilah dari ilmu itu untuk mendapatkan ketenangan dan sifat santun. Redah hatilah kepada orang mengajarimu dan kepaa orang yang kau ajari..

Umar dan Abu Darda menangis

Umar pergi menemui Abu Darda, lalu Abu Darda berkata: “Wahai Amirul Mukminin, ingatkah engkau sebuah hadits Rasulullah saw,. Umar menjawab: “ Hadist yang mana wahai Abu Darda?,  Abu Darda lalu menyebutkan sebuah hadits : “ Hendaklah hasrat kalian terhadap dunia seperti mengumpulkan bekal perjalanan, Umar berkata: “ Benar, lalu Abu Darda berkata: “ Lalu apa yang kita lakukan setelah itu wahai Amirul Mukminin?” Abu Darda menangis, disusul Umar, mereka berdua menangis hingga adzan shalat Subuh”.
                                                                                                                                                                                                                        
Kekhawatiran Umar Terhadap Syirik

Mencium Hajar Aswad
Abu Said Al Khudri berkata: “ Kami menunaikan ibadah  haji bersama Umar, ketika memasuki Masjidil Haram Umar mendekati Hajar Aswad lalu mencium dan mengusapnya kemudian berkata: “ Aku mengetahui engkau hanya sebongkah batu, tidak memberi manfaat atau kerugian, kalaulah tidak Rasulullah menciummu, aku tak akan menciummu”.
Menebang Pohon
Umar melihat orang-orang mendatangi pohon tempat dahulu Rasulullah mengadakan Baiatu Ridwan ( perjanjian setia kepada Islam ). Mereka melakukan shalat dibawah pohon tersebut, mengagung-agungkannya. Umar lalu melarang mereka, ada diantara mereka yang berujar,” Ini adalah pohon keberkahan, yang Allah sebut dengan Syajaratu Ridwan ( pohon yang diridhai ). Ketika melihat itu, Umar lalu menebangnya berserakanlah dahan dan rantingnya.
Umar melakukan hal itu karena khawatir kaum muslimin dapat terjerumus kepada kemusyrikan.


Keadilan  Umar
Ketika raja terakhir Bani Gassan yaitu Jabalah bin Aiham memeluk Islam, lalu menunaikan ibadah haji bersama Umar, ketika sedang Thawaf, kainnya terinjak oleh seorang laki-laki Badui. Dengan marah raja itu menampar wajah laki-laki Badui itu hingga mengucurkan darah. Lalu laki-laki Badui itu mengadukan kepada Umar.
Umar bertanya kepada Raja: “Apa yang menyebabkanmu menamparnya hingga berdarah?, ia menjawab: “ Badui ini menginjak kainku.
Umar berkata, “Sekarang maafkanlah Badui itu, atau jika tidak engkau tidak mau, maka Badui itu akan menamparmu sebagaimana engkau menamparnya?. Sesungguhnya antara kamu dan Badui itu memiliki hak yang sama dalam Islam, tidak ada kelebihan satu dan lainya kecuali amal kebaikannya.
Raja itu berkata: “ Wahai Amirul Mukminin, aku berharap dalam Islam aku lebih terhormat daripada saat aku belum memeluk Islam. Namun jika demikian yang terjadi, berilah aku waktu berfikir hingga esok wahai Amirul Mukminin.
Umar berkata: “ Terserahlah “.
Namun pada malam hari, Raja dan sejumlah sahabatnya kabur kembali kembali ke Konstantinopel dan murtad.

Adilnya Umar
Seorang penduduk dari Mesir datang menemui Umar bin Khattab di Madinah, lalu berkata: “ Wahai Amirul Mukminin, aku mengadukan persoalanku”. Umar berkata: “ Ada apa denganmu ?. penduduk itu berkata: “ Dalam perlombaan pacuan kuda yang diadakan oleh gubernur Amr bin Ash ikut didalamnya putera beliau yang bernama Muhammad bin Amr bin Ash, pada pertandingan itu kudaku lebih dulu memenangkan pertandingan, namun Muhammad bin Amr bin Ash tidak terima,  lalu memukulku dengan cemeti, padahal semua orang yang menyaksikan pertandingan itu mengakui bahwa akulah pemenangnya. Umar berkata: “Duduklah” kemudian Umar menulis sepucuk surat kepada Amr bin Ash yang isinya:
“Jika sampai surat ini kepadamu, datanglah ke Madinah bersama anakmu Muhammad.
Sesampainya surat itu, Amr bin Ash memanggil anaknya dan berkata: “ Apa yang terjadi?, Apakah kamu melakukan kekerasan? Anaknya menjawab: “Tidak”
Amr bin Ash lalu berkata: “ Tetapi mengapa Amirul Mukminin menulis surat kepadaku berisi tentangmu?
kemudian Amr bin Ash dan puteranya menuju Madinah menemui Umar. Setibanya di Madinah, Umar berkata kepada laki-laki dari Mesir itu: “Sekarang pukullan anak ini”. Lalu lelaki itu memukulnya.”
Umar  Tidak Membedakan Antara Tuan dan Pelayan
Orang –orang kaya suku Quraisy membuat makanan diperuntukkan bagi jamaah haji. Makanan yang sudah tersedia segera diangkat dan diletakkan dalam nampan-nampan yang besar, lalu orang-orang kaya makan, sedangkan para pelayan beringsut meninggalkan tempat makan. Lalu umar bertanya kepada orang-orang kaya, “ Mengapa aku tidak melihat para pelayan kalian ikut menikmati makanan ini, apakah mereka tidak berselera dengan makanan ini ?,Salah satu dari orang kaya itu menjawab, “Tidak wahai Amirul Mukminin, mereka berselera dengan makanan ini, namun kami akan menyisakan untuk mereka dari makanan ini.”
Umar sangat marah, dan berseru, “Tidaklah suatu kaum memberi makanan sisa kepada pelayannya, Allah akan membalas perbuatannya itu.
Lalu Umar berkata kepada para pelayan, “Duduk dan makanlah kalian”. Merekapun duduk dan makan.
Sedangkan Umar tidak makan, berdiri menjauh, mempersilahkan para pelayan makan dengan lahap dan senang.

Allah “Sepakat” Dengan Pendapat Umar
1.      Perihal Tawanan Perang Badar

Ketika kaum muslimin memenangkan perang Badar, jumlah  tawanan kaum musyrikin yang ditawan oleh kaum muslimin berjumlah 70 orang.  Diantara mereka pemuka dan bangsawan Quraisy. Diantara mereka terdapat Abbas bin Abdul Muthalib paman Nabi dan Uqail bin Abi Thalib saudara Ali bin Abi Thalib. Abu Bakar berkata, “Ya Rasulullah mereka adalah kaum dan saudaramu, lepaskanlah mereka semoga Allah mengampuni mereka, ambilla dari mereka tebusan dengan harta.
Sedangkan Umar berkata, “Ya Rasulullah, mereka telah mendustaimu dan mengusirmu, bunuhlah mereka karena mereka adalah tokoh tokoh kafir, adapaun Allah tidak butuh tebusan dari mereka,  biarkan Ali yang membunuh Uqail, Hamzah membunuh Abbas dan biarkan aku membunuh fulan yang memiliki kedekatan nasab denganku”.
Lalu Rasulullah bersabda,” Sesungguhnya Allah membuat hati seseorang mejadi selembut-lembutnya hati, dan Allahlah yang membuat hati seseorang keras seperti kerasnya batu.  Engkau Abu Bakar seperti Ibrahim ketika berkata kepada kaumnya:
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ ۖ فَمَنْ تَبِعَنِي فَإِنَّهُ مِنِّي ۖ وَمَنْ عَصَانِي فَإِنَّكَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( Ibrahim:36)

Sedangkan engkau Umar seperti Nuh, ketika berdoa:

وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لَا تَذَرْ عَلَى الْأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا
Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. ( Nuh Ayat: 26)

Rasulullah lebih memilih pendapat Abu Bakar untuk menawan kaum musyrikin dengan tebusan, ketika kaum muslimin mengambil tebusan dari para tawanan, pada saat itu sebesar 220 dinar setiap tawanan, banyak diantara mereka yang tidak mampu membebaskan diri karena miskin, bagi yang tidak mampu Rasulullah mewajibkan mereka untuk mengajarkan baca tulis kepada sepuluh orang penduduk Madinah.  Tak berapa lama setelah itu turunlah ayat:
 Al Anfal: 67-68

مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
 Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ( 67 )

Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil. ( 68 )

Rasulullah menangis sehingga Abu Bakarpun ikut menangis lalu bersabda, Jika adzab turun saat ini tidak akan ada yang selamat kecuali Umar, Saad dan Muadz.





Jumat, 30 Agustus 2013

Gerakan Damai Rakyat Mesir Melawan Junta Militer

SINAIOnline- Dalam sebuah tulisannya di harian Hurriyah wal adalah (14/8), Hasan al-Qabbany, pendiri “Gerakan Jurnalis dan Wartawan pro reformasi” mengangkat analisanya yg berjudul: “Pasca dilengserkannya Junta Militer”. Bahwa ada enam tahapan yang akan dilakukan oleh Koalisi Nasional Pro Rakyat Anti Junta Militer Mesir selain memperjuangkan kembalinya Dr. Mursi dan legitimasinya.

Ada 6 bidang garapan reformasi yang akan dilakukan kedepan.
a. Kehakiman
b. Politik
c. Keamanan
d. Ekonomi
e. Hukum dan perundang-undangan
f. Media

Pasca pembantaian ini, seluruh pihak berusaha untuk melakukan penyadaran kepada seluruh rakyat Mesir bahwa yang terjadi sekarang adalah konspirasi dari dalam dan luar negeri untuk menghancurkan Mesir dan menghilangkan peradaban keislaman dan ciri khas utama rakyat Mesir yaitu Negara yang memegang teguh keislaman dan keagamaan. Yang terpenting adalah menghancurkan sisa-sisa junta militer di Mesir ini.

Aksi pengerahan jutaan massa akan kembali digelar di Mesir tiap hari untuk melawan kediktatoran Junta Militer. Dan puncaknya rakyat akan melakukan aksi “Pembangkangan sipil”!

Ada 10 langkah yang akan dilakukan oleh pendukung legitimasi dan Koalisi Nasional Pro legitimasi di Mesir untuk melengserkan junta militer: (analisa harian FJP 4/8/2013)
1. Ihtijajat al-Sya’biyah (Aksi protes rakyat)
2. Al-Masirat al-Bathi’ah linnas was Sayyarat (Longmarch massa dan mobil/kendaraan)
3. Adawat fanniyah lil muqawamah minha al-Ghina’ al-‘Am (Membuat kreasi seni perlawanan seperti menciptakan lagu dan anasyid)
4. Al-Huffadz ‘ala al-Silmiyah (Menjaga aksi tetap damai)
5. Al-Idrabat al-Ummaliyah (Mogok massal buruh)
6. Melakukan aksi dialog dan penyadaran thd masyarakat tentang hakikat sebenarnya junta militer
7. Membongkar operasi penyiksaan yang dilakukan oleh junta militer
8. Menolak segala bentuk keputusan dan kebijkan pemerintah junta militer
9. Melakukan aksi demo besar-besaran dan menguasai kantor-kantor pemerintah untuk mengacaukan pemerintahan junta militer
10. Al-‘Isyan al-Madani (Pembangkangan rakyat sipil secara massal)
sumber: sinaionline

Rabu, 28 Agustus 2013

Sempurnakan Usahamu Dengan Berserah Diri kepada Allah




قل لا أملك لنفسي نفعا ولا ضرا إلا ما شاء الله ولو كنت أعلم الغيب لاستكثرت من الخير وما مسني السوء إن أنا إلا نذير وبشير لقوم يؤمنون- (الأعراف:188.
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman". ( Al A’raf: 188 )

Sebab Turun Ayat

Imam Al Baghawi dalam tafsirnya menyebutkan bahwa sebab turun ayat ini adalah kisah pada hadits Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yaitu:

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن أهل مكة قالوا: يا محمد! ألا يخبرك ربك بالسعر الرخيص قبل أن يغلو، فتشتري عند الغلاء، وبالأرض التي تريد أن تجدب، فترتحل منها إلى التي قد أخصبت

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma bahwa penduduk Mekkah berkata: “ Wahai Muhammad, Tidakkah Tuhanmu memberitahukan harga yang murah sebelum menjadi mahal, hingga engkau membelinya pada saat mahal, atau tanah mana yang akan tandus hingga engkau dapat berpindah ke wilayah yang subur.[1]

Ayat ini memiliki kandungan akidah dan pokok penting dalam agama Islam, yaitu keyakinan akan ke Mahakuasaan Allah atas segala makhluknya, tiada yang mengetahui apa yang akan terjadi esok kecuali Allah, tidak ada yang mengetahui apa yang akan lenyap dan binasa esok hari melainkan semua ada dalam kekuasaan Allah. Rasulullah pun ketika ditanya dalam ayat diatas mengatakan bahwa beliau hanyalah pemberi peringatan, pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Dan beliau tidak bisa menentukan apa yang akan terjadi esok hari. Manusia hanya bisa berencana, mereka, menerka dan memanage hidup, namun hasil akhir tetapAllah yang menentukan. 

Rasulullah menyebutkan seandainya Beliau hal-hal ghaib yang belum terjadi atau yang akan terjadi, maka beliau akan memperbanyak kebaikan. Namun sejarah mencatat bahwa Rasullah berperang, menang dan kalah silih berganti. Semua ada hikmah yang bisa dipetik.

Imam Al Alusi menyebutkan dalam tafsirnya, bahwa yang dimaksud dengan ayat:

قل لا أملك لنفسي نفعا ولا ضرا إلا ما شاء الله

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah.

Maksudnya: Aku tidak mengetahui manfaat atau bahaya apa yang akan menimpa diriku pada suatu waktu kecuali yang Allah izinkan bagiku untuk mengetahuinya.[2]
Berusahalah, maksimalkan usahamu dengan doa dan serahkan hasil akhir kepada Allah. fzn



[1]Al Baghawi w 516 H, Maalim Tanzil,( Darun Nasyr , 1997 M )
[2] Syuhabuddin Al Alusi, Tafsir Al Alusi  6/475

Selasa, 27 Agustus 2013

Perang Pemikiran ( Ghazwul Fikri )



Ghazwul fikri adalah peperangan yang tidak menggunakan senjata api, namun ia merusak pola fikir ( akidah ) sehingga berimbas pada perilaku yang digelorakan oleh kaum yang tidak senang dengan Islam, identitas Islam tetap dianut namun perilaku dan pemikiran  sama sekali tidak mencerminkan akhlak Islami.
Perang ini sangat berbahaya sebab ia merangsek kedalam diri umat Islam tanpa disadari dengan menyebarkan keragu-raguan dalam pondasi keislaman sehingga Islam sebagai ajaran akan ditinggalkan perlahan-lahan oleh pemeluknya,

Kata-kata

Mulai dari meninggalkan tutur kata islami, sehingga kata-kata yang keluar dari lisan manusia sudah jauh dari nilai Islam bahkan tidak bermakna sama sekali, kasar dan arogan terhadap umat islam, tidak ada simpati sama sekalai terhadap islam dan kaum muslimin.

Pakaian 

Cara berbusana, sehingga perlahan-lahan umat islam akan meninggalkan cara berpakaian islami yang menutup aurat. Kaum wanita bangga dengan memamerkan auratnya dan membiarkan terbuka dan dinikmati oleh siapa saja. Ketika ditegur mereka menjawab ini hak asasi dan bagian dari privasi saya, apa urusannya dengan anda. 

Gaya hidup

Orang lebih senang dengan gaya hidup yang free, serba bebas. Tidak mau ada aturan dan kekangan dari siapapun dan dari pihak manapun. Semua berjalan tanpa norma dan kebijakan, karena menurut mereka aturan hanya akan mengekang kreatifitas dan cara perfikir seseorang. Sekarang zaman bebas. Bukan saatnya lagu ada batasan dan kekangan.

Sejarah awal ghazwul fikri

Di penghujung tahun 1217 M terjadi kesepakatan antara Paus Roma yang pada saat itu dijabat oleh Honoreus III dengan instansi Kristen Prancis dipimpin oleh  Raja Louis IX pasca kekalahan perang Salib. Pada tahun 1250 M mulai tercetus ide untuk memerangi kaum muslimin dari dalam.  Belajar dari perang Salib, kaum muslimin sangat sulit untuk dikalahkan dengan perlawanan fisik dan senjata. Ide ini memuncak pada tahun 1788 M ketika rencana besar mereka untuk menghancurkan kaum muslimin berangsur-angsur berjalan dan mulai menampakkan hasil positif. 

Dua Senjata Ghazwul Fikri

Pertama, orientalisme ( isytisyraqiyah )

Maksudnya adalah mempelajari islam dari sudut pandang orang non islam ( Kristen ) dari segi akidah, sejarah, peradaban, hukum dan kebudayaan mereka untuk diterapkan dalam internal umat islam. Target utamanya adalah membuat keraguan terhadap Islam dan hukum-hukum didalamnya. Sehingga ketika kaum muslimin ragu, mereka akan meninggalkan islam dan berpaling dari ajaran Islam. [1]
Tiga hal yang diharapkan dari orientalisme ini adalah: menutup penyebaran islam di negeri negeri Nashrani. Memerangi islam dan mencabik-cabik ajaran islam dari dalam dan mengajak kaum muslimin untuk menjadi Nashrani. Bentuknya bisa bemacam-macam diantaranya:

-          Mengingkari kebenaran wahyu Al Qur’an

-          Mengingkari kenabian Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam, 

-          Mengingkari hadits sebagai sumber hukum dalam ajaran Islam.

-          Ke Mahasucian Allah terbatas dll.

Kedua, Westernisasi ( kebarat-baratan )

Adalah mengambil ajaran barat secara keseluruhan dan bangga dengan semua yang datang dari Barat. Terutama system hidup dan kebudayaan barat yang sangat bertentagan dengan  ajaran Islam.










[1] Ru’yatul Islamiyah Lil Istisyrak hal 7, Ahmad Gharab, Al Islam Baina Ahqad At Tabsyir wad halal al aisytisyrak, Abdurrahman Amirah.

Sabtu, 10 Agustus 2013

Hikmah Silaturahim

Begitu indahnya ajaran Islam, setiap sisi kesempurnaannya mengandung rahasia agung. Silaturahim misalnya, ia adalah bagian dari sisi hubungan antar manusia disamping hubungan vertikal manusia dengan Allah. Rasulullah pun secara eksplisit menyebutkan:
"Barangsiapa yang ingin dipanjangkan usia atau ditambah rezekinya hendaklah ia menyambung silaturahim      ( Bukhari 10/429,,Muslim, Abu Daud )

Menyambung yang putus, meluruskan yang bengkok, menambal yang retak adalah ibarat yang cocok untuk kembali merajut benang-benang persaudaraan dan pertemanan yang renggang akibat jauhnya jarak, sibuknya aktifitas, hilangnya kontak, atau gara-gara permasalahan yang terjadi diantara mereka.

Sungguh indahnya bersaudara lebih indah dari dunia dan seisinya. Apalagi saudara sesama muslim. Mereka akan merasakan getaran-getaran ukhuwah bukan hanya pada level lokal namun lintas negara dan batas teritorial.

Silaturahim, mudah diucapkan namun sulit dilaksanakan. Apalagi dizaman yang serba online, logikanya silaturahim akan lebih mudah dilakukan dari zaman dulu yang serba manual dan terbatas.

Silaturahim yang tulus tidak ada keinginan lain selain menyambung tali persaudaraan yang renggang. Silaturahim yang tulus tidak ada maksud lain melainkan hanya mendekatkan diri kepada Allah. Silaturahim yang tulus adalah ibarat satu tubuh yang ingin merasakan sakitnya anggota tubuh lain tanpa pamrih.

Silaturahim yang tulus tidak mengatas namakan lembaga atau tokoh tertentu, namun mengatas namakan cinta Allah dan Rasul-Nya. Ia tidak akan berhenti meski tidak jadi Bupati, ia tak kan goyah meski tidak jadi lurah, anggota dewan, atau presiden sekalipun.

Sudah saatnya bersilaturahim tidak hanya terkait moment tertentu. Namun kapan saja ada kesempatan bersilaturahimlah. Kepada manusia hendaklah tebarkan salam sebagai pintu awal hubungan persaudaraan.

Kepada Allah terlebih lagi, bersilaturahimlah ke rumah-Nya lima kali sehari, bahkan lebih. Agar Dia mencintai kita bukan karena apa-apa namun karena Cinta -Nya melebihi segala yang ada didunia.

Bersilaturahimlah untuk mereguk Cita Allah dunia dan akherat. Fzn

Jumat, 09 Agustus 2013

Makna Iedul Fitri


Selepas Ramadhan adalah saat yang menggembirakan bagi kaum muslimin. Mereka akan merayakan hari raya idul fitri 1434. Sudah menjadi tradisi bertahun tahun di Indonesia khususnya akan mudik, sebagai ritual rutin setiap tahun. Meski berdesak desakan dan macet berhari hari asal tiba di kampung halaman tercinta tempat dibesarkan bunda. Bagi mereka yang memang berasal dari perkotaan seperti Jakarta dan sekitarnya, mereka akan menghabiskan liburan dengan berkunjung kesanak saudara disekitar. Ada lagi yang bepergian ke tempat pariwisata, tak heran tempat-tempat wisata penuh dengan pengunjung. Itulah sekelumit aktifitas masyarakat pasca Ramadhan. Mereka meluapkan kegembiraan dengan berbagai hal tersebut.

Namun apakah demikian cara beridul fitri? Sah sah saja jika masyarakat demikian. Toh dibolehkan selama tidak melalaikan kewajiban mereka kepada Allah. Jangan sampai mengejar mudik sampai tidak shalat lima waktu, jangan sampai berlibur ke tempat wisata hingga lupa bersilaturahim kepada tetangga, guru dan sanak saudara. Silahkan berlibur namun karena itu hak hamba, namun hak Allah lebih prioritas untuk ditunaikan. Laisal ied liman labisal jadiid lakinahu man thaathu taziid. ( Bukanlah Ied bagi yang berpakaian serba baru, akan tetapi bagi mereka yang ketaatannya bertambah ).
Jangan sampai kesucian Ramadhan kembali dikotori oleh dosa dan maksiat. Jangan sampai ketaatan di bulan Ramadhan tidak dilaksanakan kembali diluar Ramadhan. Selamat beriedul fitri mohon maaf lahir dan bathin.